Menteri Kehutanan (Menhut) Republik Indonesia, Dr. (Hc) Zulkifli Hasan, SE, MM melakukan kunjungan kerja ke areal Hutan Kemasyarakatan (HKm) Aik Nyet Sesaot Senin (25/8). Saat memberikan sambutan, menteri yang berasal dari Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut menyampaikan perlunya menjaga keseimbangan hubungan antara Tuhan (Hamblumminallah) manusia (Hamblumminannas) dan alam.
“Ini yang dalam agama Hindu disebut Tri Hita Karana, kalau tidak demikian maka alam akan memusuhi kita, alam akan memberikan banjir, kebakaran pada kita,” ujar Zulkifli sambil memuji pohon-pohon mahoni besar yang ada di sekitar lokasi acara yaitu di Desa Pemekaran Buwun Sejati. “tolong mari kita jaga hutan ini,” ajak menteri.
Menteri menyampaikan ada beberapa kategori hutan, di antaranya Tahura seperti Taman Nasional yang merupakan kawasan konservasi yang tidak boleh dieksploitasi. Ada juga Hutan Lindung di mana masyarakat sekitar boleh mengambil manfaat tapi tidak boleh dijual, hanya hak pakai bukan hak milik.
Wakil Gubernur Muhammad Amin mewakili Gubernur menyampaikan bahwa Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan jumlah penduduk lebih dari 5 juta jiwa dengan 278 pulau-pulau kecil, memiliki luas 2.035.315 hektar dengan luas hutan sebesar 53%.
“Sebagian atau sekitar 200.000 hektar merupakan lahan kritis,” kata Wagub. Untuk itu berbagai upaya telah dilakukan untuk memperbaiki kondisi ini di antaranya rehabilitasi hutan, menekan gangguan keamanan di hutan, pemberdayaan masyarakat dan melalui Jasa Lingkungan dan pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).
Sementara itu, dalam laporan panitia yang disampaikan Ahmad M, disampaikan luas HKm di Sesaot 185 hektar dari 3872 hektar yang diusulkan kepada Menteri Kehutanan tahun 2008. Areal hutan seluas 3872 hektar tersebut dimanfaatkan oleh sekitar 6000 KK di 7 desa sekitar di antaranya yaitu Sedau, Lebah Sempage, Pakuan, Sesaot, Buwun Sejati dan Batu Mekar. Beberapa manfaat yang bisa diambil selain kayu yaitu HHBK terdiri atas 37 jenis yang bisa menghasilkan rupiah hingga Rp 1,2 M per minggu.
Selain itu juga pemanfaatan untuk jasa lingkungan, kelompok pemuda ekowisata, jasa air PDAM yang mengalir ke Kota Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur dan Kabupaten Lombok Utara.
“Juga untuk pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dengan memanfaatkan Sungai Sesaot menghasilkan 1 MW yang diberikan secara gratis kepada masyarakat sebesar 50 Kw,” kata Ahmad.
Juga melalui Koperasi Sugeh Engger, industry-industri rumah tangga (home industry) yang memanfaatkan Talas, Nangka, Apukat, dan lain-lain untuk makanan.
“Kami berharap agar Hutan Kemasyarakatan kami ditambah, karena sudah diverifikasi dan kami layak mendapat HKm,” harap Ahmad.
Menhut pada poin lain sambutannya menyampaikan bahwa hutan-hutan yang kritis di NTB akan segera dilakukan rehabilitasi melalui RHL (Rehabilitasi Hutan dan Lahan). Selain itu dikatakan Menhut, bila dulu kawasan hutan banyak dikelola perusahaan-perusahaan, maka sekarang diutamakan masyarakat.
“Zaman kita (Zulkifli menjabat Menhut), rakyat yang kita utamakan (memanfaatkan HKm, Taman Rakyat, Hutan Desa) baru perusahaan,” ujar menhut. Namun yang perlu digarisbawahi, kata menhut, kawasan hutan merupakan milik negara, boleh dikelola masyarakat tapi tidak boleh dijual. Menteri yang kedatangannya didampingi istri tercinta, Soraya Zulkifli, menghimbau agar area hutan Sesaot dimanfaatkan untuk wisata karena wisata bisa menghasilakn pendapatan secara terus menerus (quick yielding industry).
“Jaga betul hutan ini, pohonnya jangan ditebang, jarang di NTB ada yang seperti ini, ini pertama kali saya temukan, kembangkan tempat wisata, selain alam bagus penghasilan masyarakat sekitar juga bisa meningkat,” ujar menhut.
Acara yang berlangsung asri, di bawah pohon-pohon besar dengan tiupan angin sejuk tersebut dihadiri juga oleh Anggota DPR RI PAN Syafrudin, Dirjen BPDAS DS, Dirjen PH KA, Dishut Provinsi, Sekda Lobar, HM.Uzair, Dishut Lobar (Syaiful Arifin), sejumlah tuan guru, Camat Narmada, para kepala desa se-Narmada, dan puluhan undangan lainnya serta masyarakat sekitar hutan. (Muhammad Busyairi)