Giri Menang, Kamis 23 Agustus 2018 – Ribuan warga dari berbagai penjuru mengikuti zikir dan doa untuk gempa di Lombok, Kamis (23/8). Acara ini dilaksanakan di kamp pengungsian korban gempa di belakang Kantor Camat Gunungsari Kabupaten Lombok Barat (Lobar).
Selain zikir dan doa, warga pun melakukan sholat sunat taubat yang diimami TGH. Fathul Aziz dari Pondol Pesantren Al-Aziziyah Gunungsari.
Hadir pada acara itu antara lain Gubernur NTB TGB Zainul Madjdi, Bupati Lobar H. Fauzan Khalid dan KH. Manarul Hidayat, salah seorang Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
Gubernur NTB, dalam sambutannya mengajak jamaah berdoa agar semua musibah dan bencana diangkat oleh Allah dan diganti dengan keberkahan, kedamaian dan ketenangan hati.
Ia juga mengatakan bahwa apa yang dirasakan masyarakat, juga dirasakan oleh dirinya.
“Saya adalah bagian dari Pelungguh (kalian, red) semua. Apa yang saudara rasakan, begitu pula yang saya rasakan. Kesedihan, kekhawatiran, dan ketakutan,” ujarnya.
Bencana atau musibah bagi orang yang beriman, tambah TGB bukanlah azab, melainkan ujian dan cobaan.
TGB menambahkan, apabila sabar dalam menghadapi ujian ini, maka ampunan demi ampunan, rahmat, dan pujian dari Allah menjadi gambarannya.
“Musibah dan bencana ini mudah-mudahan buahnya adalah kita semakin kokoh dan kuat keyakinan kita kepada Allah,” harapnya.
Dalam kesempatan itu, alumni Al-Azhar Mesir itu juga mengutip perkataan ulama terkait musibah.
Dijelaskannya, ada 3 berkah yang didapat dengan adanya musibah.
“Pertama, derajat akan ditinggikan. Kedua, dosa akan diampuni, dan ketiga, pahala akan dilipatgandakan,” terangnya.
Ketiga berkah ini hanya diperoleh bagi orang yang menjaga dua sifat
Yaitu menjaga sabar dan syukur dalam berbagai keadaan.
Terkait adanya isu bahwa besok tanggal 26 ada gempa besar, Gubernur minta masyarakat jangan percaya hoax karena semua itu tidak ada yg tahu.
“Itu rahasia Allah. Jangan percaya hoax apalagi yang membuat keyakinan kita rusak kepada Allah dan tidak akan bersandar lagi kepada Allah,” tegasnya.
Menurut TGB, semua musibah pasti berlalu dan menyisakan peningkatan iman dan keyakinan, ibadah, dan perbaikan cara muamalah setelah musibah.
Dalam istigotsah itu, warga diajak melakukan zikir untuk “membuka pintu langit” agar bencana gempa bisa disudahi.
Untuk diketahui, gempa yang terjadi di Pulau Lombok sudah sangat beruntun dan unik. Tidak saja karena kekuatan magnitudonya, namun karena jarak gempa utama (mainshock) nya tidak terlalu lama.
Setelah diguncang gempa tanggal 29 Juli dengan kekuatan 6,4 Skala Richter (SR), Lombok diguncang lagi dengan kekuatan 7,0 SR di tanggal 5 Agustus 2018.
Gempa kembar itu disusul lagi oleh dari seribu gempa susulan, baik yang dirasakan maupun tidak. Gempa itu telah meluluh lantakkan Kabupaten Lombok Utara (KLU) dan empat Kecamatan di Lobar.
Tidak pupus sampai di situ, aktivitas gempa baru kembali terjadi di tanggal 19 Agustus. Gempa dengan kekuatan 6,9 SR kembali menghancurkan pemukiman warga. Kali ini tidak hanya mengakibatkan kerusakan hanya di Pulau Lombok, namun juga meluluh lantakkan Kecamatan Alas di Kabupaten Sumbawa.
Sampai saat ini, gempa terakhir tersebut telah diikuti lagi oleh 266 gempa dan 15 diantaranya dapat dirasakan.
Untuk Kab. Lobar, gempa-gempa tersebut mengakibatkan 46 orang meninggal dunia, 258 orang luka berat dan 701 orang luka ringan.
Akibat gempa tersebut dirasakan setidaknya oleh 266.691 orang warga dan di antara mereka ada 178.377 yang terpaksa mengungsi.
Rangkaian gempa itu pun telah menimbulkan 23.007 rumah rusak berat, 14.820 rumah rusak sedang, dan 19.787 rumah rusak ringan.
Tidak hanya itu, Pos Komando Utama Tanggap Darurat Lobar mencatat 461 tempat ibadah, 50 fasilitas kesehatan, 175 fasilitas pendidikan, 7 jembatan, dan 294 kios/ toko mengalami kerusakan parah.
Sementara itu Prof. Dr. KH Manarul Hidayah MA, dalam tausiyahnya mendoakan agar rahmat Allah turun kepada NTB.
“Yang wafat semoga husnul khatimah, yang hidup semoga makin mantap imannya,” ujarnya.
KH Manarul juga minta masyarakat melakukan koreksi diri, mungkin ada hal-hal yang kurang baik telah dilakukan kepada Allah. Namun demikian ia minta agar masyarakat jangan suuzhon terhadap Allah apalagi bikin prediksi-prediksi macam-macam.
“Kalau terjadi bencana, tanya langsung yang punya gempa, yang punya gunung, yang punya banjir. Tanya Allah,” tegasnya.
Yang jelas, bagi orang-orang beriman musibah ini adalah ujian. Sedangkan bagi orang yang munafik, ini adalah teguran.
“Oleh karena itu, yang tidak sholat, ayo sholat. Yang tidak pernah ke masjid ayo ke masjid,” pintanya.
KH Manarul juga menyampaikan, sikap kita selanjutnya dalam menghadapi musibah adalah taubat. Siapa yang berbuat dosa kemudian minta ampun kemudian menyesal dan tidak mengulangi lagi, insya Allah akan kembali suci. Allah sangat senang melihat hamba-Nya istighfar.
“Termasuk hamba yang sombong adalah kalau tiap hari tidak baca istighfar. Mumpung sedang diuji oleh Allah, banyak-banyaklah berdoa. Mari kembali ke masjid,” ajaknya.
Di ahkhir tausiyahnya ia mengingatkan, kalau suatu kaum sholatnya rajin, ngaji rajin, sosialnya rajin, bangun negara rajin, membina ekonomi rajin, maka akan diberi barokah dari langit dan bumi.
“Insya Allah NTB ini akan beri keberkahan oleh Allah. Kita harus optimis. Allah tidak ingin hamba-Nya terus dalam kesusahan. Ini harus kita yakini,” pungkasnya.
Sebelumnya, Gubernur NTB TGH M. Zainul Majdi bersama Bupati Lombok Barat H Fauzan Khalid mengunjungi kamp pengungsian yang berada di lokasi digelarnya Istighosah.
Bupati Fauzan Khalid juga menerima bantuan berupa bantuan logistik, Medical Kit dan satu ekor sapi yang diserahkan langsung oleh perwakilan pimpinan redaksi Tv One. Bantuan pemirsa tv one ini merupakan hasil dari sumbangan masyarakat yang dikumpulkan melalui Tv One. (Tim Humas Lobar)