Giri Menang – Tim Buru Sergap (Buser)Polres Lombok Barat (Lobar) dan Polda NTB Kamis (1/11) malam,meringkus empat pelaku yang diduga terlibat dalam insiden berdarah di Mapolsek Kediri beberapa waktu lalu. Identitas pelaku masih dirahasiakan polisi untuk kepentingan penyelidikan.”Selain yang terlibat di Kediri, Kami juga sudah menangkap pelaku yang terlibat di Kuta, Lombok Tengah,”kata Mapolda NTB Brigjen M.Iriawan saat bertemu Bupati kemarin.
Kasatreskrim Polres Lobar AKP Agus Dwi Ananto yang di konfirmasi membenarkan kabar tersebut. Saat ini keempat pelaku sudah berstatus tersangka dan ditahan Mapolda.
Saat disinggung apakah para pelaku semuanya merupakan warga Kediri, Agus memilih bungkam. Begitu pula saat ditanya apakah akan ada penambahan pelaku yang diamankan terkait kasus yang sama. Polisi lanjut dia, selama ini tetap tetap berupaya menegakkan hukum sambil menjaga kondusifitas wilayah. Koordinasi dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat juga harus diintensifkan.”Video yang selama ini beredar diwarga itu hanya merupakan petunjuk. Sementara untuk menentukan seseorang atau tidak, kami sudah didukung bukti kuat,”tandasnya.
Kapolda saat bertemu Bupati menyampaikan, para provokator yang menyebarkan SMS itu tergolong lihai.Dari penulusuran Polisi, mereka diketahui membuang sim card selulernya setelah digunakan untuk menghilangkan barang bukti.
Saat ini modus yang digunakan kelompok itu dengan membenturkan Umat Islam dengan isu Kristenisasi.Kapolda berharap, Bupati bias terus memberikan pemahaman dan sosialisasi ke masyarakat bahwa isu tersebut tidak benar.
Sementara Bupati H. Zaini Arony mengungkapkan, sedianya dalam enam bulan terakhir, kondusifitas Lobar tergolong aman.Terkait isu merebak beberapa waktu lalu, dirinya sudah meminta Camat dan Kades untuk terus melakukan sosialisasi ke masyarakat agar tidak mudah terprovokasi isu miring.”Pasca insiden di Kediri saya tujuh kali melakukan pertemuan dengan Toga dan Toma,”tandasnya.
Meski diakui Bupati potensi konflik di Lobar cukup tinggi, sejauh itu umat Islam dan Hindu sudah lebih dewasa hidup bermasyarakat. Bahkan mereka mengadakan acara bersamaan seperti perayaan lebaran ketupat.
(Sumber:Lombok Post.Sabtu, 3 Nov 2012)