Giri Menang, Jum’at 28 Desember 2018 – Tahun baru kali ini Pemerintah Kabupaten Lombok Barat (Pemkab Lobar) tidak merayakannya dengan kemeriahan. Bencana gempa yang melanda Lombok belum lama ini dan sejumlah bencana di tanah air menyebabkan Pemkab Lobar memilih untuk merayakan pergantian tahun dengan kegiatan ibadah.
Lima hari sebelum tahun 2018 berakhir, Pemkab Lobar telah mengeluarkan surat edaran yang meminta semua pihak tidak merayakan tahun baru dengan hura-hura. Selain itu dihimbau juga agar menyelenggarakan pergantian tahun dengan kegiatan ibadah.
Tidak ingin sekedar menghimbau, Pemkab Lobar secara serentak mengadakan kegiatan keagamaan pada Jumat sore (28/12). Kegiatan yang berlangsung di semua kecamatan itu bertemakan refleksi dan muhasabah akhir tahun 2018.
Di Kecamatan Batu Layar misalnya, kegiatan muhasabah dilaksanakan di masjid Maryam Jamil Dusun Karang Telaga Desa Senteluk. Dalam acara ini ratusan warga mengikuti kegiatan ini. Hadir di kesempatan itu para kepala desa sebagai Batu Layar, kepala dusun, babinkamtibmas dan babinmaspol.
PLT Camat Batu Layar, Drs. Mahyudin yang membacakan sambutan Bupati Lobar mengatakan, Momen pergantian tahun hendaknya dijadikan sebagai momen untuk melakukan muhasabah (introspeksi). Ia menyontohkan, Khalifah Umar bin Khaththab sering mengingatkan umat Islam untuk selalu melakukan muhasabah diri.
“Hasibu qobla an tuhaasabu, yang artinya hitunglah diri kalian sebelum datang hari perhitungan,” ujarnya meniru Umar bin Khattab.
Lebih lanjut dikatakan, sebagai aparatur pemerintahan hendaknya melakukan muhasabah atas segala kegiatan pembangunan yang kita laksanakan. Apakah program pembangunan yang telah dilaksanakan sudah sesuai rencana atau tidak, dan program tahun selanjutnya apakah bermanfaat dan bisa kita laksanakan atau tidak.
“Dengan rutin muhasabah akan memberi manfaat besar bagi kita. Roda pembangunan di daerah tercinta ini bisa terus berjalan dengan baik sebagaimana yang kita harapkan,” ujarnya.
Di akhir sambutannya Mahyudin berharap agar persatuan, kesatuan, kebersamaan, kasih sayang dan jiwa gotong royong terus dipupuk. Semangat tersebut justru muncul di saat masyarakat terkena musibah gempa.
“Semangat untuk peduli kepada sesama harus terus kita tingkatkan, tidak hanya di saat bencana, namun juga di saat bahagia,” pungkasnya.
Sementara itu bertindak selaku penceramah adalah TGH Maskur dari Kekeran. Dalam tausiyahnya ia mengajak masyarakat untuk tidak merayakan tahun baru dengan hal-hal negatif. Perayaan hendaknya dilakukan dengan kegiatan zikir dan doa agar daerah ini terhindar dari musibah.
Ia juga menghimbau kaum muslimin untuk memakmurkan masjid dengan sholat berjamaah. “Kalau kita tahu besarnya pahala sholat berjamaah, maka kita akan mendatangi masjid meski dengan merangkak,” jelas TGH Maskur. (afgan/humas)