Rumput laut telah menjadi salah satu komoditi andalan Pemkab Lombok Barat, dan berbanding lurus dengan program unggulan pemerintah Provinsi NTB, yang bernama Pijar (Sapi, Jagung dan Rumput Laut). Kecuali itu sejumlah zona pengembangan rumput laut di Lombok Barat juga telah di SK-kan oleh Kementerian kelautan dan Perikanan RI melalui program Minapolitan di daerah pesisir. Guna menuju arah kebijakan dan pencapaian target dimaksud berbagai upaya telah dan sedang dilakukan Pemkab. Lombok Barat untuk mewujudkan target produksi yang semakin meningkat setiap tahunnya, mengingat potensi rumput laut cukup menjanjikan bagi kesejahteraaan dan mengangkat perekonomian masyarakat.
Menjadikan rumput laut sebagai komoditi andalan, dalam prosesnya memang tak mudah. Tidak hanya mengejar kuantitas dari sisi produksi, namun harus sejalan dari sisi hasil/kualitas produksi. Dalam hal mengembangkan komoditi yang satu ini, pihak mitra usaha yang sudah dikenal masyarakat NTB CV. Phoenix Mas Mataram sebagai perusahaan penampung hasil produksi, menyarankan agar belajar dari keberhasilan pengembangan komoditi sejenis di Lombok Timur.
“Untuk maju dan bertambah maju, tak perlu berkecil hati untuk belajar dari daerah lain yang sudah lebih bagus pengelolaan usaha rumput lautnya. Dengan belajar, kita tentu tahu permasalahan, kendala teknis yang dijumpai dalam usaha pembudidayaan, diversifikasi usaha rumput laut dari bahan mentah ke barang olahan setengah jadi atau jadi, termasuk solusi tepat dan cepat mengatasinya,” kata Kadis. Kelautan Perikanan Lobar, Ir. H. Ahmad Subandi, MM.
Subandi didampingi, Kabid. Perikanan dan Budidaya, H. Misbah menyebutkan, Potensi area rumput laut di Lobar seluas lima ribu hektar, namun yang sudah dimanfaatkan baru 20 persen saja dari luas tersebut. Padahal permintaan produksi setiap bulannya cukup besar dan tidak mampu dipenuhi oleh petani. Ia memberi contoh, jika Phoenix Mas Mataram sebagai penampung hasil budidaya, sebulannya membutuhkan rata-rata 9 ton rumput laut kering.
“Karena itu kita melakukan berbagai trobosan penting mulai dari pembinaan kelompok, bimbingan teknis maupun permodalan. Bantuan permodalan misalnya, kita memfasilitasinya dengan menggandeng Bank Pesisir Layar Berkembang Batulayar, maupun mitra usaha yang selama ini menampung hasil produksi, lebih diintensifkan kerjasamanya,” kata Subandi.
Sentra minapolitan pengembangan rumput laut di Lombok Barat sebagaian besar berada di wilayah pesisir bagian selatan yakni di Kecamatan Sekotong. Diantaranya sebagian besar di perairan Pengantap, Desa Buwun Mas, Sekotong dan Batu Putih, Sekotong Barat. Di Perairan ini sangat cocok untuk dikembangkan, karena selain pantai ini berbentuk teluk, juga tak mengenal musim. Panen bisa dilakukan setiap tahunnya antara 5-6 kali. “Panen rata-rata bisa dilakukan setelah 45 hari untuk mendapatkan hasil yang lebih berkualitas dan tentunya diinginkan pasar,” jelas Subandi.
Berbicara target produksi rumput laut di Lombok Barat menyebutkan, bahwa tahun 2013 produksinya mencapai 50.115 ton basah. Target 2014 ini diharapkan ada peningkatan sebanyak 2,5 persen dari capaian produksi tahun 2013. “Mudah-mudahan target tersebut bisa dicapai bahkan lebih, dengan berbagai program pemerintah yang selama ini diberikan baik melalui BLM maupun lembaga bantuan lainnya seperti AIPAD dalam bentuk pembibitan rumput laut dan lainnya,” jelas Subandi. (Hernawardi).