Giri Menang, Kamis 20 Juli 2017 – Dinas Pemadam Kebakaran (PMK) Kabupaten Lombok Barat menggelar simulasi dan pelatihan untuk melatih kemampuan teori dan praktek sekaligus pengenalan kepada delapan perwakilan pemuda desa yang ada di Lombok Barat (Lobar). Perwakilan pemuda desa ini akan menerima pelatihan selama dua hari (19-20 Juli) di Kantor Dinas PMK Lobar di Gerung.
“Para peserta pelatihan ini diharapkan akan menjadi cikal bakal relawan yang ada di masing-masing desa. Kami tidak akan berhenti sampai disini, hingga semua desa bahkan di setiap dusun terbentuk satgas dan relawan pemadam kebakaran,” kata Kepala Dinas PMK Lombok Barat Fauzan Husniadi saat membuka acara, Rabu (19/7) kemarin.
Pada prinsipnya, sambung Fauzan, kebutuhan armada di Lobar masih sangat jauh. Untuk itu, pihaknya menggelar pelatihan ini agar masyarakat paham sehingga mampu meminimalisir terjadinya kebakaran.
Kebakaran yang terjadi di wilayah Senggigi beberapa waktu lalu menjadi peringatan keras bagi institusinya. Tercatat, sejak 2014 hingga akhir 2016, menurut data Dinas PMK, Kabupaten Lombok Barat telah mengalami 121 peristiwa kebakaran. Paling banyak terjadi di Kecamatan Gerung yaitu 36 kejadian diikuti Kecamatan Lembar 18 kejadian, Kecamatan Kediri 13 kejadian, Kecamatan Batulayar 12 kejadian dan di kecamatan lainnya rata-rata dibawah 10 kali kejadian. Kerugian yang diderita juga sangat besar yakni Rp. 3,939 milyar.
Sedangkan di semester awal (Januari-Juli) tahun 2017 ini, sudah tercatat ada 16 kejadian yang mayoritas disebabkan oleh korsleting listrik.
Sebagai langkah antisipatif lainnya, dalam waktu dekat ini Pemkab Lobar rencananya akan meluncurkan posko kebakaran di beberapa titik di wilayah Lombok Barat. “Agustus besok kita akan launching posko kebakaran di Batulayar. Kami juga mengharapkan partisipasi dan dukungan dari semua pihak untuk sama-sama bersinergi,” harapnya.
Menanggapi minimnya kebutuhan utama PMK seperti armada, Asisten ll H. Poniman mengatakan, Pemkab Lobar akan berupaya melengkapi sarana dan prasarana mulai dari alat-alat serta beberapa unit armada.
“Kita tidak hanya menyiapkan sarana dan prsarana, akan tetapi SDM juga. SDM tidak terbatas kepada petugas resmi, namun juga pemberian pemahaman dan pelatihan kepada masyarakat. Tahap pertama melalui pihak desa dan tahap berikutnya kepada masyarakat yang dirasa rentan terhadap bahaya kebakaran,” jelasnya. (emi/humas)