Giri Menang, 13 Agustus 2018 – Seminggu sudah Pemerintah menetapkan masa tanggap darurat bencana gempa bumi Pulau Lombok. Pasca gempa dengan kekuatan 7,0 dalam Skala Richter, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat (Lobar) telah menetapkan Aula Kantor Camat Lingsar sebagai Pos Utama Komando Tanggap Darurat.
Kepala Bagian Humas dan Protokol Lobar, H. Saepul Ahkam menuturkan bahwa sampai dengan pukul 18.00 WITA kemaren (12/08), Pos Utama mencatat paling sedikit 270.297 jiwa warga Lobar terdampak atas gempa tersebut.
“Apalagi dengan gempa susulan yang terjadi hari Kamis kemaren (9/08, red), dampaknya di wilayah tengah semakin meluas,” ujarnya prihatin.
Sesuai dengan data yang dihimpun pos tersebut, 39 orang meninggal dunia.
“Terakhir atas nama Papuk Salkiah (80 tahun), warga Dusun Lingsar Desa Lingsar. Dia meninggal di pengungsian,” tutur Marzuki, salah seorang staff Kantor Camat Lingsar.
Gempa susul menyusul dengan kekuatan yang signifikan itu membuat warga semakin ketakutan dan memilih tinggal di pengungsian.
Tercatat paling sedikit 207.246 orang mengungsi di banyak titik pengungsian. Kondisi mereka dari hari ke hari semakin memprihatinkan. Walau banyak sumbangan diberikan, tetap saja terasa kurang.
“Untuk itu, kita terus meminta agar semua pos kecamatan membuat laporan reguler dan menginformasikan kebutuhan para pengungsi,” ujar Ahkam.
Pasca gempa susulan 6,2 SR hari Kamis lalu, paling tidak 57.922 rumah dalam kondisi rusak. Rusak Berat 22.948, Rusak Sedang 16.301, dan Rusak Ringan 18.673.
“Kita diminta segera mendata. BNPB sudah meminta untuk secepatnya kita mendata by name by address. Pemerintah akan membantu sebesar 50 juta untuk rusak berat, 25 juta untuk rusak sedang, dan 10 juta untuk rusak ringan. Semuanya harus berdasarkan hasil verifikasi,” papar Ahkam.
Gempa Kamis 9/08 tersebut pun menambah daftar kerusakan pada fasilitas umum. Pos Utama Kab. Lobar pun mencatat 435 tempat peribadatan, 61 fasilitas kesehatan, dan 174 sekolah mengalami kerusakan.
“Kerugian materil kami perkirakan mencapai 266,363 milyar rupiah,” pungkas Ahkam.
Gempa kali ini memang sangat memukul masyarakat dan semua pihak.
Menurut hitungan BMKG, paling tidak 593 kali kejadian gempa terjadi, namun hanya 24 gempa yang dapat dirasakan.
Kejadian ini pun mengundang iba dari banyak kalangan dan menjadi perhatian nasional. Bantuan pun sudah berdatangan, namun serasa tidak bisa cukup mengingat massifnya dampak yang ditimbulkannya.
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat tidak ingin berlama-lama dalam situasi abnormal itu. Terhitung mulai hari ini (Senin, 13/08), sekolah dan kantor pun, kecuali di seluruh wilayah KLU, sudah mulai beraktivitas (Humas Lobar)