Oleh : Lalu Pangkat Ali, S.IP
Komunikasi antar manusia sangat mungkin akan membosankan bila hanya dilakukan dengan kata-kata. Karena itu, selebihnya dapat dilakukan secara menarik dengan menggunakan bahasa tubuh yang ditunjukkan dengan posisi dan gerak tubuh ketika seseorang berkomunikasi.
Bahasa tubuh (body language) ini masih dapat diperinci lagi melalui penggunaan anggota tubuh, seperti gerak bibir, mulai dari gerak bibir yang membuat posisi tersenyum sampai posisi bibir yang menyiratkan perasaan dongkol, kecut dan masam.
Komunikasi non verbal dapat juga dilakukan dengan anggukan, tatapan mata (eye contack) atau melalui pancaran air muka. Bahkan dari tanganpun dapat dibangun komunikasi non verbal dengan memperlihatkan bagaimana posisi tangan ketika sedang berbicara. Bagaimana jabat tangan dilakukan, juga memberi isarat kepada lawan bicara.
Jabat tangan yang dilakukan dengan tangan terkulai lemah dan dingin, bisa berbeda dengan hasilnya dibandingkan dengan jabat tangan yang erat dan hangat. Kernyit alis, intonasi dalam berbicara, pemilihan warna, aroma, busana, semua itu tergolong sebagai alat komunikasi. Bahkan sentuhan dan penggunaan ruang, atau diam, semuanya mengandung makna. Begitu pula dengan nada suara, ekspresi wajah, gerak gerik dan isarat, bahkan kerlingan mata dan kernyitan alis merupakan cara-cara berkomunikasi yang harus diperhatikan.
Hasil penelitian melaporkan, 55 persen dari keseluruhan aktivitas komunikasi, didominasi oleh body language, semengtara isi pembicaraan hanya mencapai 7 persen. Selanjutnya dilaporkan pula, jeda dan tarik napas mewakili 38 persen penekanan-penekanan dalam berbicara. Betapa komunikasi non verbal ini berbeda maksudnya pada suatu budaya tertentu dengan budaya lainnya.
Anggukan kepala, merupakan contoh yang sangat baik. Secara universal, anggukan berarti isarat tanda setuju. Tetapi di India, anggukan yang disertai dengan ucapan ‘nehi’ (tidak), mengandung arti yang sebaliknya. Suku Aborigin, penduduk asli di benua Kanguru-Australia, mempunyai kebiasaan unik ketika pertama kali bertemu seseorang. Apabila pertemuan pertama itu disukainya, maka untuk menandakan keakraban dengan dengan lawan bicara yang baru dikenalnya, orang Aborigin akan menciumkan bau ketiaknya kepada lawan bicaranya itu. Lain lagi dengan suku Maori, penduduk asli Selandia Baru. Untuk menyatakan ‘say’,’hello’ kepada orang lain, dia akan menjulurkan lidahnya. Bayangkan kalau itu dilakukan dikalangan orang sasak, bisa bermakna sangat menghina.
Kita coba mengupas beberapa model komunikasi non verbal yang sering dilakukan orang Sasak seperti:
– Satu jari yang tertuju pada satu sisi kepala dengan membuat posisi jari dimiringkan, sebagai isarat untuk menunjukkan tanda ’gila’.
– Melambaikan tangan dengan lambaian menurun, isarat untuk memanggil seseorang secara berterima.
– Mengepalkan tangan dengan ibu jari tersembul diantara ibu jari dan jari tengah, merupakan isarat hubungan seksual. Begitu pula, menyambung telunjuk dan jari tengah sehingga membuat bentuk oval, merupakan isarat yang berkonotasi kemaluan wanita dan itu sangat tidak berterima.
– Menggerakkan bibir dengan posisi menurun (Sasak: bekemiq), sebagai isarat tersembunyi seseorang kepada lawan bicaranya untuk memperlihatkan ketidaksukaannya kepadaorang ketiga.
– Menunggingkan pantat (Sasak: Nungkeq) kehadapan orang lain, sebagai ekspresi rasa jengkel atau menantang.
– Mengernyitkan alis (Sasak: ngejit), sebagai isarat penuh arti.
Banyak lagi bahasa tubuh yang lain yang belum bisa ditulis di sini. Mungkin pada tulisan
lain dengan topik yang sama akan dibahas kembali. Insya Allah.