Persentase lahan pesisir laut di Lombok Barat yang dikatagorikan cukup kritis. Pasalnya ditemukan sebanyak 30 persen dari luas lahan sebanyak 362 hektar mengalami kritis. Karena itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut melalui Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar melakukan rehabilitasi dengan menanam bibit mangrove.
Staf ahli Bidang Ekologi dan Sumberdaya Laut KKP Aryo Hanggono, pada gerakan ayo menanam mangrove mengatakan Desa Cendi Manikove, di Desa Cendi Manik, Sekotong Rabu lalu dipilih karena faktor kerentanan. Daerah ini termasuk kawasan rawan tsunami. Selain itu, Cendi Manik juga perlu rehabilitasi sebagai Green Belt (perlindungan) terhadap abrasi. “Dari kegiatan kita ini, ada manfaat ekonomi kedepan. Yakni membuka peluang kerja dan mata pencaharian baru,” jelasnya.
Menurutnya, Kementerian Kelautasn Perikanan (KKP) memprogramkan hanya untuk rehabilitasi. Namun Pemda Lobar menginginkan untuk peningkatan penghasilan masyarakat. Setelah empat hingga lima tahun kedepan buah mangrove dapat diolah menjadi aneka ragam barang menghasilkan nilai ekonomi. Hal ini tentu akan meningkatkan penghasilan masyarakat setempat. “Bisa dikembangkan jadi eko wisata. Turis pun akan banyak datang ke sini,” jelasnya.
Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid, M.Si saat itu memerintahkan Dinas PU membuatkan jalan aspal untuk mempermudah akses menuju kawasan mangrove. “Sebab Lobar tekenal dengan destinasi wisata. Ini akan kita jadikan destinasi baru nantinya,” kata Fauzan.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Lobar Ir H Subandi menuturkan, Sekitar 150 ribu mangrove ditanam pada tahun ini. Kedepannya, akan dibuatkan jalan tracking, gazebo, dan lainnya. Artinya, mangrove tidak hanya sebagai penyangga abrasi. Mangrove dapat dikembangkan menjadi beragam produk lainnya. “Tujuan program ini untuk mensejahterahkan masyarakat,” harapnya.
Tahun depan DKP Lobar akan fokus pada infrastruktur lainnya. Hal ini sudah disetujui oleh Bupati. Setelah menjadi kawasan wisata, nelayan akan memasarkan hasil mereka dengan mudah. Selain itu mereka juga dapat menawarkan jasa antar para tamu keliling wisata mangrove dan menikmati kuliner. Pada musim panas, mereka dapat mengelola garam.
Terkait lahan kritis, DKP mulai berusaha untuk mengurangi kerusakan dengan penanaman mengrove. Harapan kedepan, Sekotong dapat menjadi salah satu destinasi wisata mangrove. Tidak hanya untuk memancing ataupun melihat karang. (her-humas)