Satu Data Lombok Barat
Alamat dan Nomer Telepon Penting
NAMA, ALAMAT DAN NOMOR TELEPON SKPD
KAB. LOMBOK BARAT
NO. |
NAMA SKPD |
ALAMAT KANTOR |
NOMOR TELEPON & FAX (0370) |
1 |
SEKRETARIAT DAERAH | Jl. Soekarno Hatta Giri Menang – Gerung | 6183001 Fax.6183006 |
2 |
SEKRETARIAT DEWAN | Jl. Soekarno Hatta Giri Menang – Gerung | 681415, 681515 |
3 |
INSPEKTORAT | Jl. Soekarno Hatta Giri Menang – Gerung | 681030 |
4 |
BAPPEDA | Jl. Soekarno Hatta Giri Menang – Gerung | 681442 |
5 |
BAKESBANGPOL | Jl. Soekarno Hatta Giri Menang – Gerung | |
6 |
BKBPP | Jl. Jendral Sudirman – Dasan Tapen – Gerung | 6653902 |
7 |
BPBD | Jl. Soekarno Hatta Giri Menang – Gerung | |
8 |
BPMP2T | Jl. TGH. Lopan – Labuapi | |
9 |
BAPELUH | Jl. Soekarno Hatta Giri Menang – Gerung | |
10 |
BLH | Jl. Soekarno Hatta Giri Menang – Gerung | 681651 |
11 |
BKD | Jl. Soekarno Hatta Giri Menang – Gerung | 681291 |
12 |
BPMD | Jl. Soekarno Hatta Giri Menang – Gerung | |
13 |
Dinas Kelautan dan Perikanan | Jl. Soekarno Hatta Giri Menang – Gerung | |
14 |
Dinas kehutanan | Jl. Soekarno Hatta Giri Menang – Gerung | 681040 Fax. 681101 |
15 |
Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan | Jl. TGH. Shaleh Hambali – Bengkel – Labuapi | |
16 |
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil | Jl. Jendral Sudirman – Dasan Tapen – Gerung | 681337 |
17 |
Dinas Kesehatan | Jl. Gatot Suroto – Gerung | 681684 |
18 |
Dinas Koperasi dan UKM | Jl. Soekarno Hatta Giri Menang – Gerung | 6183001 Fax. 6183006 |
19 |
Dinas Pariwisata | Jl. Soekarno Hatta Giri Menang – Gerung | 6183001 Fax. 6183006 |
20 |
Dinas Pekerjaan Umum | Jl. Soekarno Hatta Giri Menang – Gerung | |
21 |
Dinas P & K | Jl. Soekarno Hatta Giri Menang – Gerung | 681540 |
22 |
Dinas Pertambangan dan Energi | Jl. Soekarno Hatta Giri Menang – Gerung | 6183001 Fax. 6183006 |
23 |
Dinas Sosial, Tenaga kerja dan Transimigrasi | Jl. Soekarno Hatta Giri Menang – Gerung | |
24 |
Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah | Jl. Soekarno Hatta Giri Menang – Gerung | 681282 |
25 |
Dinas Pertamanan dan Tata Kota | Jl. Soekarno Hatta Giri Menang – Gerung | 681354 |
26 |
Dinas Perindustrian dan Perdagangan | Jl. Jendral Sudirman – Dasan Tapen – Gerung | |
27 |
Dinas Perhubungan , Komunikasi dan Informasi | Jl. Soekarno Hatta Giri Menang – Gerung | |
28 |
Kantor Ketahanan Pangan | Jl. TGH. Abd. Karim Dusun Glogor Selatan, Desa Gelogor, Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat | |
29 |
Kantor Asset Daerah | Jl. Soekarno Hatta Giri Menang – Gerung | 6183001 Fax. 6183006 |
30 |
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah | Jl. Soekarno Hatta Giri Menang – Gerung | 681520 |
31 |
Kantor Pol. PP | Jl. Soekarno Hatta Giri Menang – Gerung | |
32 |
Kantor Camat Sekotong | Jl. Raya Sekotong | |
33 |
Kantor Camat Lembar | Jl. Raya Lembar | |
34 |
Kantor camat Gerung | Jl. Gatot Subroto – Gerung | |
35 |
Kantor Camat Labuapi | Jl. Raya Pengsong – Labuapi | |
36 |
Kantor Camat Kediri | Jl. TGH. ABD. Karim – Kediri | |
37 |
Kantor Camat Kuripan | Jl. Raya Kuripan | |
38 |
Kantor Camat Narmada | Jl. Raya Narmada | |
39 |
Kantor Camat Lingsar | Jl. Gora – Lingsar | |
40 |
Kantor Camat Gunungsari | Jl. Pariwisata Gunungsari | |
41 |
Kantor Camat Batulayar | Jl. Raya Senggigi – Batulayar | |
42 |
RSUD Patut Patuh Patju | Jl. H.L. Anggrat BA – Gerung |
Tlp. 681321, 681561 Fax. 681341 |
Telpon Penting Wilayah NTB
- Nomor Telepon Bandara dan Pelabuhan
Bandara Internasional Lombok: (0370) 6157000
Pelabuhan Kayangan: (0376) 21773
Pelabuhan Lembar: (0370) 681313
- Nomor Telepon Kepolisian Lombok
Polda NTB : (0370) 644344
Polres Mataram: (0370) 621124
Polres Lombok Tengah: (0370) 654030
Poltes Lombok Barat: (0370) 681530
Polres Lombok Timur: (0370) 21005
Polsek Tanjung, Lombok Utara: (0370)631897
Polsek Pemenang, Lombok Utara: (0370) 649214
- Nomor Telepon SAR dan Emergency Lombok
SAR Mataram: (0370) 533253
Pemadam Kebakaran: (0370) 6662113
PLN NTB: (0370) 123 / 08123758123
RSU Kota Mataram: (0370) 640774
RSUP NTB: (0370) 623876
RS Risa Mataram: (0370) 625560
RS Biomedika Mataram: (0370) 645137
RSU Praya: (0370) 654007
RS Dr. Soedjono Selong, Lombok Timur : (0376) 21118
RS Risa Sentra Medika Lombok Timur: (0376) 23888
Surat Edaran Penegasan Atribut KORPRI
Komunikasi Yang Efektif Untuk Mempengaruhi Orang
H.Prasetya Utama, M.Kes.
(Widyaiswara BKD Kab.Lombok Barat)
Komunikasi efektif, berasal dari kata komunikasi dan efektif. Secara etimologis, kata efektif seringkali diartikan sebagai mencapai sasaran yang diinginkan (producing desired result), berdampak menyenangkan (having a pleasing effect), bersifat actual dan nyata (actual and real). Dengan demikian Komunikasi Efektif dapat diartikan sebagai penerimaan pesan oleh komunikan atau receiver sesuai dengan pesan yang disampaikan oleh sender atau komunikator, kemudian komunikan atau receiver memberikan respon positif sesuai dengan yang diharapkan.
Jadi komunikasi efektif itu terjadi apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dengan komunikan. Dan informasi tersebut sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut (komunikator dan komunikan).
Aspek-aspek Komunikasi yang Efektif
Sedikitnya ada lima aspek yang harus dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif:
- Kejelasan (Clarity) : bahasa maupun informasi yang disampaikan harus jelas. Dalam kehidupan kita sehari-hari, seringkali kita mendengar ucapan-ucapan seperti ini : ”Masalahnya ininya belum dianu” Apa yang di maksudkan dengan ini dan anu? Akan lebih mudah dipahami maknanya bila, misalnya, kata ini diganti dengan buku dan kata anu diganti dengan beri. Jadi kalimatnya akan berbunyi: ”Masalahnya bukunya belum diberika.”
- 2. Ketepatan (accuracy) : bahasa dan informasi yang disampaikan harus betul-betul akurat atau tepat. Bahasa yang digunakan harus sesuai dengan informasi yang disampaikan harus benar. Benar disini artinya bahwa sesuai dengan apa yang sesungguhnya ingin disampaikan. Bisa saja informasi yang disampaikan belum pasti kebenarannya, tetapi apa yang kita sampaikan adalah benar-benar apa yang kita ketahui. Itulah yang dimaksud dengan akurasi disini.
- Konteks (contex) : bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan danlingkungan dimana komunikasi itu terjadi. Bisa saja kita menggunakan bahasa dan akurasi yang tepat tetapi karena konteksnya tidak tepat, reaksi yang kita dapatkan tidak sesuai dengan yang di harapkan. Contohnya, sepulang dari kantor seorang suami berkata pada istrinya: ”Dindaku, tolong kanda diberikan segelas air nan jernih, kanda haus sekali.” Dari segi kejelasan dan keakuratan bahasa dan informasi tidak ada masalah. Tetapi konteksnya tidak tepat, sehingga reaksinya sang istri mungkin tidak segera mengambilkan air melainkan bertanya tentang keadaan suami.
- Alur (Flow) : keruntutan alur bahasa dan informasi akan sangat berarti dalam menjalin komunikasi yang efektif. Sewaktu kita meminjam uang, misalnya, kita cenderung mengemukakan kesulitan-kesulitan kita terlebih dahulu sebelum kita menyampaikan maksud kita untuk meminjam uang. Mungkin begitu juga pada saat kita pertama kali menyampaikan perasaan jatuh cinta pada seseorang.
- Budaya (culture) : aspek ini tidak hanya menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga tata karama atau etika. Bersalaman dengan satu tangan bagi orang Sunda mungkin terkesan kurang sopan, tetapi bagi etnis lain mungkin suatu hal yang biasa.
Strategi Membangun Komunikasi yang Efektif
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menciptakan sebuah
komunikasi yang efektif:
- Ketahui mitra bicara (audience). Kita harus sangat mengenal dan memahami dengan siapa kita berbicara. Apakah dengan orang tua, anak-anak, laki-laki atau perempuan, status sosialnya seperti apa, pangkat, jabatan dan semacamnya. Dengan mengetahui audinece kita harus cerdik di dalam memilih kata-kata yang digunakan dalam menyampaikan informasi atau buah fikiran kita. Artinya, bahasa yang dipakai harus sesuai dengan bahasa yang mudah dipahami oleh audience kita. Berbicara dengan orang dewasa tentunya akan sangat berbeda dibandingkan kita berbicara dengan anak-anak. Begitu pula berbicara dengan atasan tentunya akan sangat berbeda ketika kita berbicara dengan bawahan atau teman sejawat. Pengetahuan mitra bicara kita pun harus diperhatikan. Informasi yang disampaikan mungkin saja bukan hal baru bagi mitra kita, tetapi kalau penyampaiannya dengan menggunakan jargon jargon atau istilah-istilah khusus yang tidak dipahami oleh mitra, informasi atau gagasan yang kita sampaikan bisa saja tidak bisa dipahami. Jadi, dengan memperhatikan mitra bicara kita, kita akan dapat menyesuaikan diri dalam bekomunikasi dengannya.
- Ketahui tujuan . Tujuan kita berkomunikasi akan sangat menentukan cara kita menyampaikan informasi. Bila kita bermaksud sekedar menyampaikan informasi, tentu komunikasi bersifat pengumuman. Tetapi bila kita bermaksud membeli atau menjual barang komunikasi kita akan bersifat negosiasi. Kalau tujuan kita untuk menghibur akan pula bahasa yang kita gunakan.
- Perhatikan konteks. Konteks disini berarti keadaan atau lingkungan pada saat berkomunikasi. Pada saat berkomunikasi, konteks sangat berperan dalam memperjelas informasi yang disampaikan. Dalam hal pemakaian kata, misalnya. Kata ’hemat’ dalam kalimat : ”Kita harus menghemat uang, waktu dan tenaga kita”, sangat berbeda artinya dalam kata hemat pada kalimat berikut ini: ” Menurut hemat saya, kita harus lebih jujur dan terbuka dalam berkomunikasi dengan semua rekan sekerja.” Tidak hanya kata dalam konteks kalimat, akan tetapi cara mengucapkan dan kepada siapa kata itu diucapkan akan membuat makna yang disampaikan akan berbeda pula. ”Ah….dasar gila.” Kalimat ini bisa bermakna cacian atau bisa juga bermakna kekaguman, tergantung bagaimana kita mengucapkannya. Bila diucapkan dengan nada tinggi berarti cacian, tetapi bila diucapkan dengan nada datar apalagi dibarengi dengan gelengan kepala , kalimat ini bisa berarti kekaguman. Ungkapan ”Gila Lu!” kepada teman dekat , pasti dipahami sebagai ungkapan biasa yang tidak bermakna negatif. Tetapi apabila kita sampaikan kepada orang yang belum atau baru saja kita kenal ungkapan ini tentu dipahami sebagai ungkapan yang memiliki makna negatif. Formalitas dalam konteks tertentu juga dapat mempengaruhi cara berkomunikasi seseorang. Coba perhatikan gaya berkomunikasi anatar atasan dan bawahan di lingkungan dunia kerja, bahkan komunikasi antar sesama atasan maupun sesama bawahan pasti berbeda. Apabila orang-orang ini bertemu di mall atau di undangan (tempat resepsi) gaya komunikasi dantara mereka akan sangat lain dengan gaya pada saat mereka berada di kantor.Mengirim bunga pada orang yang berulang tahun atau kepada orang yang kita kasihi akan memiliki makna yang berbeda apabila kita mengirimkan bunga kepada orang yang sedang berduka. Bahkan jenis bunga yang dikirimkan pun akan membawa pesan atau kesan tersendiri. Dengan ilustrasi singkat di atas, maka jelaslah bahwa konteks sangat mempengaruhi makan apapun yang disampaikan.
- Pelajari Kultur. Kultur atau budaya, habit atau kebiasaan orang atau masyarakat juga perlu diperhatikan dalam berkomunikasi. Orang Jawa atau Sunda pada umunya dikenal kelembutannya dalam bertutur kata. Kelembutan bertutur kata akan sangat baik bila diimbangi dengan cara serupa. Akan tetapi tentu tidak berarti mutlak. Atau orang Batak yang dikenal bernada tinggi dalam bertutur kata. Apakah ketika orang Jawa dan orang Sunda bertemu dalam satu bentuk komunikasi, lantas mereka harus saling merubah budaya, bahasa dan kebiasaan? Tentu saja tidak demikian. Yang penting adalah pelaku komunikasi harus memahami kultur mitra berbicaranya sehingga timbul saling pengertian dan penyesuaian gaya komunikasi dapat terjadi. ”When in Rome, do as the Romans do.”
- Pahami Bahasa. Bahasa menunjukkan bangsa, artinya bahasa dapat menjadi ciri atau identitas suatu bangsa. Berbicara identitas berarti berbicara harga diri atau kebanggaan. Dengan memahami bahasa orang lain berarti berusaha menghargai orang lain. Tetapi memahami bahasa`di sini tidak berarti harus memahami semua bahasa yang diapakai oleh mitra bicara kita. Dalam hal ini kita harus memahami gaya masing-masing audience dalam berbahasa. Anak muda dengan gayanya sendiri, orang kantoran, pedagang dan atau seniman. Masing-masing kelompok dan jenis pekerjaan atau usia orang tersebut memiliki gaya dalam berbahasa.
Efektifitas Komunikasi Verbal
Kualitas sebuah komunikasi verbal sangat ditentukan oleh tonalitas suara atau tinggi rendah dan lemah lembutnya suara, keras tidak suara dan perubahan nada suara. Akan tetapi tonalitas suara saja tidak cukup, karena tonalitas suara bisa saja membuat komunikasi verbal kurang hidup. Oleh karena itu tonalitas suara sebaiknya dibarengi dengan ekspresi atau raut muka yang sesuai.
Sebuah hasil riset menyatakan bahwa dalam komunikasi verbal, khususnya pada saat presentasi, keberhasilan penyampaian informasi 55% tergantung pada bahasa tubuh (body language), postur, isyarat dan eye contact. 38% ditetntukan pleh nada suara dan 7% saja yang ditetntukan oleh kata-kata. Mechribian dan Ferris dalam O’connor dan Seymour). Riset lain juga menunjukkan bahwa komunikasi akan lebih efektif apabila disampaikan secara berbarengan antara bahasa lisan dengan bahasa tulisan.
Masyarakat senang dengan komunikasi lisan pada saat media tulisan memberitakanhal-hal yang tidak jelas, dan msayarakat akan senang menggunakan media tulisan apabila media lisan tidak jelas.
Pada perkembangan jaman saat ini, komunikasi pada organisasi modern atau organisasi yang maju menggunakan media yang tersedia yaitu video display terminal, E-mail, net camera, Voice mail, dan bahkan SMS.
Efektifitas Komunikasi Non Verbal
Ada beberapa hal yang dapat kita kembangkan dalam meningkatkan efektifitas komunikasi non verbal, yaitu: Cara berpakaian, Waktu dan Tempat.
- Cara Berpakaian Cara berpakaian telah mengkomunikasi siapa dan apa status seseorang, baik dalam pekerjaan sehari-hari maupundalam waktu-waktu tertentu seperti; pesta, rapat-rapat, kunjungan resmi dan sebagainya. Masyarakat cenderung memiliki percayaan diri yang tinggi kalau ia berpakaian danberpenampilan secara sempurna. Demikian juga deangan adanya perbedaan cara berpakaian. Bahkan cara berpakaian ini pun telah mengelompokkan jenis pekerjaan seseorang. Kita mengenal adanya istilah ”white collar” dan ”blue collar” yang bisa menceritakan status dan kedudukan seseorang di dalam sebuah perusahaan. Kenyataan menunjukkan bahwa pada saat seseorang wawancara untuk melamar sebuah pekerjaan, mereka yang berpakaian tidak tepat (misalnya hanya memakai jeans dan T-Shirt) dibandingkan dengan mereka yang berpakaian tepat (full dress, berdasi dan rapi). Yang berpakaian tepat akan memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi dan memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk mendapatkan posisi pekerjaan yang dicarinya. Jadi pakailah pakaian yang tepat untuk suasana yang tepat pula.
- Waktu Bagi sebagian orang, waktu adalah sesuatu yang sangat berarti. ”Time is money” adalah prinsip yang dipegang oleh para pengusaha bahkan oleh orang-orang yangmemanfaatkan hidupnya untuk suatu produktifitas yang bermanfaat. Dokter, akuntan, dosen, bahkan sebagian guru seringkali dibayar berdasarkan jam kerja. Dalam konteks organisasi, dimana masing-masing bagian memiliki tugas yang harus diselesaikan, maka komuikasi secara tepat sangatlah diperlukan. Artinya, dalam berkomunikasi hendaklah memanfaatkan waktu sebaik mungkin.
- Tempat Sama seperti waktu, tempatpun sangat menentukan efektifitas sebuah komunikasi. Kantor adalah tempat bekerja, restoran adalah tempat makan, lapangan golf adalah tempat olah raga dan sebagainya. Meskipun demikian seringkali urusan rumit di kantor bisa terselesaikan dengan baik di meja makan, atau lapangan olahraga.
Di samping itu ada beberapa fungsi yang dapat menunjukkan komunikasi non verbal, yaitu:
- Repetition (pengulangan). Pengulangan pesan dari individu dilakukan dengan verbal.
- Contradiction (pertentangan/penyangkalan). Penyangkalan pesan yang dilakukan terhadap seseorang. Misalnya; mengangkat bahu, menggelengkan kepala, melambaikan tangan.
- Subtitution (pengganti pesan). Misalnya seseorang berkomunikasi dengan Fire in his eyes (mendelik), mengepalkan tangan.
- Complementing (melengkapi pesan verbal). Mengatakan bagus sambil menunjukkan ibu jari, mengatakan orang tidak waras sambil menyilangkan telunjuk di kening.
- Accenting (penekanan). Penekanan disini artinya menggari bawahi pesan verbal. Misalnya berbicara dengan sangat pelan.
Penutup dan Kesimpulan
Berkomunikasi dengan tepat adalah dengan menggunakan hati nurani saat berkomunikasi. Ada beberapa alasan mengapa hati perlu dihidupkan dalam berkomunikasi dengan orang lain, yaitu setiap orang tidak hanya memiliki akal rasionalitas tetapi juga hati yang berfungsi untuk merasakan dan meninmabng sesuatu, sehingga setiap kata atau sikap tidak hanya ditangkap oleh akal namun juga akan diolah oleh rasa.
Kata-kata adalah cerminan isi hati seseorang. Setiap orang berpeluang untuk menginterpretasi setiap pesan yang kita produksi dan kita komunikasikan. Untuk itu sesungguhnya kata-kata atau sikap adalah informasi tentang diri kita, tentang siapa kita dan bagaimana karakter kita. Sebuah pesan akan membangun citra diri kita.
Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk berkomunikasi dengan hati adalah dengan membangun kepekaan atau sensitifitas diri kita terhadap sikap-sikap orang lain. Dengan mencermati bahasa tubuh orang lain saat mereka berinteraksi dengan kita.
Sikap-sikap bahasa tubuh tersebut menjelaskan tentang apa yang sedang terjadi dalam pikiran mereka saat berkomunikasi dengan kita. Karena bahasa tubuh adalah sebagai penjelas dan peneguh atas pesan-pesan verbal yang diproduksi oleh seseorang.
Kemudian perlihatkan kepedulian kita terhadap orang lain pada hal-hal sekecil apapun yang dilakukannya. Misalkan pada saat dia sedang butuh sesuatu, maka tanyakan dan penuhilah kebutuhannya tanpa harus dia memintanya. Karena dengan hal seperti ini kita dapat mempengaruhi orang lain berdasarkan kebutuhan mereka.
Selain itu perlu dioptimalkan indera kita dengan mengamati sikap dan tidakan komunikasi orang lain. Dengarkan dengan penuh antusias setiap perkataan mereka, menjadi pendengar yang baik. Mendengar secara aktif dan penuh perhatian. Artinya kita melihat dan mencermati dengan teliti sikap dan bahasa tubuh mereka tentang apa yang sebenarnya ingin mereka sampaikan.
Merasakan perasaan mereka dengan penuh empati, membantu kebutuhan mereka tanpa harus terlebih dahulu mereka mengungkapkannya. Dan mulailah dari kita untuk memulainya dan siap melaksanakan dari hal-hal yang kecil.
Wujud komunikasi yang baik :
- Bersedia mendengarkan
- Melatih kemampuan mendengar
- Memberi kesempatan orang lain untuk mendengar
- Bersikap antusias dengan lawan bicara
- Tampilkan wajah bersahabat
- Jadikan diri kita aman dan nyaman bagi orang lain
- Pilih dan rasakan setiap kata yang diucapkan
- Bicara yang penting dan bermanfaat
- Tulus dalam setiap ucapan dan tidak berpura-pura.
Jadwal Jam Kerja Selama Bulan Ramadhan 1437 H
Harus Ada Kesamaan Persepsi APIP dan Penegak Hukum Terjemahkan UU Adpem
JAKARTA – Penyamaan cara pandang dalam mendefinisikan Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan dianggap perlu sebagai bagian dari percepatan implementasi reformasi birokrasi. Oleh karena itu, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) menginisiasi kegiatan “Focus Group Discussion (FGD) tentang Kontradiksi Pengertian Penyalahgunaan Wewenang antara Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintah dengan Hukum Pidana” untuk meminimalisir singgungan antara administrasi pemerintah dengan hokum pidana, di Jakarta, Jumat (27/05).
Menteri PANRB, Yuddy Chrisnandi, dalam sambutannya mengatakan bahwa badan pengawas administrasi pemerintah dan aparat penegak hukum harus memiliki pandangan yang sama dalam melakukan pengawasan terhadap penyalahgunaan wewenang.
Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) sebagai pengawas juga harus mengidentifikasi secara jelas permasalahan administratif agar penyelesaian permasalahan administratif tidak masuk ke ranah hukum. “Substansi dari UU Administrasi Pemerintah adalah ketika seorang pejabat mengambil keputusan yang betul-betul emergency dan tidak dimaksudkan untuk menyalahgunakan wewenang, maka itu sifatnya administratif. Jadi tidak berujung pada polisi, kejaksaan, bahkan penjara,” ujar Menteri Yuddy.
Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur, dan Pengawasan Kementerian PANRB, M. Yusuf Ateh, mengatakan dalam menghadapi perkembangan masyarakat yang menuntut birokrasi lebih progresif dan inovatif telah menimbulkan perdebatan tentang diskresi yang dilakukan pejabat pemerintah.
Oleh karena itu Ateh menuturkan dibutuhkan APIP yang independen, profesional, dan mandiri.APIP juga dituntut untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan baik dari segi organisasi dan personelnya sehingga mampu menjawab tuntutan yang di amanatkan didalam UU Administrasi Pemerintahan. “Tugas strategis itu bukanlah tugas yang mudah,” tegas Ateh.
Kepala BPKP, Ardan Adiperdana, dalam kesempatannya sebagai pembicara, menyampaikan bahwa peran strategis APIP sudah diatur dalam UU Administrasi Pemerintahan yang salah satunya adalah sebagai pengawas tindak penyalahgunaan wewenang.
Namun menurutnya tugas terberat dari APIP adalah mengidentifikasi pelanggaran yang terjadi, apakah termasuk pelanggaran administratif atau hukum pidana. Selama ini, pelanggaran dalam betuk administratif yang identik dengan tindak pidana korupsi, cenderung langsung diasumsikan masuk ke dalam hukum pidana. Padahal seharusnya harus dilakukan identifikasi terleih dahulu sebelum melakukan justifikasi.
Oleh karena itu, Ardan menganggap perlu adanya persamaan perspektif dalam penanganan diskresi tersebut. “Kami menganggap perlu ada kesepakan bersama, yaitu prosedur lintas instansi yang terkait dengan penyalahgunaan wewenang yang berimplikasi atau tidak pada kerugian negara. Ini satu hal yang penting untuk menyatukan cara pandang,” tegas Ardan.
Senada dengan Ardan, Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus), Arminsyah juga menegaskan pentingnya untuk melakukan penyamaan cara pandang antara APIP dengan pelaksana pemerintahan terkait dengan pelanggaran administratif dan hukum pidana. Hal ini dikarenakan aparat hukum terlalu mudah untuk memformulasikan suatu pelanggaran ke dalam tindak pidana hukum. “Setiap unsur pendekatan pidana harus ada kesengajaan. Aparat hukum terlalu mudah memformulasikan kesengajaan itu. Memang perlu ada kesepakatan antara penegak hukum dan pelaksana pengawasan, khususnya APIP,” ujarnya.
Sedikit berbeda dengan pembicara lain, Anggota III Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI, Eddy Mulyadi Supardi, lebih menekankan pada tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh petinggi instansi pemerintah memang sudah seharusnya masuk dalam hukum pidana. “Korupsi di Republik ini dilakukan dengan sadar, sudah direncanakan, sudah diniatkan. Jadi korupsi itu dilakukan dimulai dari perencanaan,” kata Eddy.
Oleh sebab itu, Eddy mengatakan bahwa Kementerian PANRB bisa membenahi hal tersebut di sektor hulu, sementara APIP melakukan pembenahan di hilirnya. Namun demikian, terlalu banyaknya aturan yang saling berbenturan menjadi salah satu penyebab belum adanya persamaan persepsi antara APIP dengan pembuat kebijakan.
Sementara Ketua Tim Independen Reformasi Birokrasi Nasional (TIRBN), Eko Prasodjo, yang juga Guru Besar FISIP Universitas Indonesia, mengungkapkan bahwa UU Administrasi Pemerintahan memang lebih banyak bicara mengenai pencegahan atas tindak pidana korupsi. “Oleh karena itu yang diatur adalah tata cara bagaimana mengambil kebijakan,” ujarnya.
Menurut Eko, dalam masyarakat Indonesia yang cenderung berkarakter low trust society, segala sesuatu harus diatur, tetapi karena banyaknya aturan tersebut membuat orang-orang cenderung untuk mengakali. Tujuan dari UU tersebut yang sebenarnya jelas tertuang, yaitu menciptakan tertib administrasi pemerintah dan mencegah penyalahgunaan wewenang.Secara tidak langsung, konsep wewenang di Indonesia sudah dibawa ke ranah hukum pidana yang semestinya adalah ‘milik’ administrasi negara.
Dalam penyusunannya, Eko menuturkan bahwa UU tersebut memang yang paling lama dalam pembahasannya. “Paling lama itu di pemerintah, itu karena pemerintah tidak mau kaki dan tangannya terikat,” ungkap Eko. Selain itu, Eko juga menegaskan bahwa UU tersebut jangan dilihat sebagai landasan hukum yang berdiri sendiri, melainkan pemerintah juga sedang menyusun Rancangan Undang-Undang tentang Pengawasan sebagai bagian dari agenda perubahan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. (ris/HUMAS MENPANRRB)
Peraih Kick Andy Hero dan SheCan, Fitri Sosok Pejuang Bagi Dunia Pendidikan Anak-anak
Kediri – Melihat sosok Fitri Nugrahaningrum yang penuh kesederhanaan, bersahaja dan cerdas, maka tak heran jika ia dianugerahi seabrek penghargaan baik lokal dan nasional.
Berkat dedikasinya terhadap dunia pendidikan anak-anak, wanita tunanetra asal Dusun Karang Bedil Desa Kediri Kecamatan Kediri ini terpilih sebagai penerima anugerah Kick Andy Hero yang tayang di Metro TV. (lebih…)
Mendagri Perintahkan Daerah Perkuat Perda Miras
JAKARTA – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo telah memerintahkan pemerintah daerah (pemda) untuk memperkuat aturan soal pengendalian dan pengawasan minuman beralkohol/keras (miras). Sebab, tak ada pencabutan peraturan daerah (Perda) terkait miras.
“Kami justru mendorong daerah konsisten membentuk perda miras. Kami sudah bikin instruksi untuk mengatur pengamanan, peredaran dan pencegahan miras. Terkait juga bagaimana home industri ini. Harus tegas,” kata Mendagri Tjahjo di Istana Negara, Selasa (24/5).
Dalam hal ini, bukan hanya miras impor atau produk dalam negeri yang telah memiliki izin, namun juga miras oplosan yang berasal dari produksi rumahan. Menurut dia, harus ada ketegasan dari daerah, bagaimana mengatur peredaran minuman tersebut, sampai pengadaannya.
Misal, peredaran miras hanya boleh di hotel berbintang, dan penjualannya hanya boleh kepada turis asing, tidak sembarang orang bisa mendapatkan miras. Apalagi untuk miras jenis oplosan yang selama ini dianggap sebagai sumber kriminalitas, bahkan sampai mengakibatkan korban tewas.
“Seperti di Papua, saya sangat mendorong perdanya agar konsisten mengendalikan miras. Jangan juga sampai ada barang gelap bisa masuk,” ujar dia.
Penyampaian Informasi Tidak Ada Pembayaran Manfaat Pensiun Sekaligus
Kawal Keterbukaan Informasi di Desa, Kemendes Gandeng KIP
