Giri Menang, 19 April 2020 – Masih banyaknya masyarakat yang bersikukuh menyelenggarakan ibadah shalat Jum’at, membuat Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid berkesimpulan bahwa masyarakat, bahkan para tuan guru belum seluruhnya memahami bahaya Covid 19 dan cara penularannya.

“Terutama para tuan guru yang menjadi panutan masyarakat, sekiranya mereka diberikan penjelasan bahaya Covid 19 dengan cara penularannya, saya yakin pendapat mereka akan sama (tentang ibadah sholat Jum’at, red), karena sebenarnya ilmu agama mereka sama,” terang Bupati saat melakukan monitoring di Pos Komando (Posko) Penanggulangan Covid 19 Kecamatan Gunung Sari, di Aula Rapat Kantor Camat Gunung Sari, Sabtu Malam (18/4/2020).

Fauzan justru heran karena menurutnya, patron pendidikan agama di Pulau Lombok sesungguhnya paling tidak terpusat di Pancor Lombok Timur dan Kediri Lombok Barat di mana di dua tempat tersebut para tuan gurunya justru sepakat tidak menyelenggarakan shalat Jum’at dan menggantinya dengan shalat Zuhur.

“Para Tuan Guru di dua tempat tersebut telah memahami fatwa MUI dan tidak menyelenggarakan ibadah shalat Jum’at dan menggantinya dengan shalat zuhur. Nah ini agak mengherankan, apalagi untuk Kecamatan Gunung Sari dan Kecamatan Batulayar, biasanya kiblat ilmu keagamaannya ke dua tempat itu karena dulu mengajinya di dua tempat itu,” imbuh Fauzan.

Salah seorang Kepala Desa yang hadir pada kunjungan itu mensinyalir, setiap desa memang memiliki patron ke tuan guru yang ada di desanya masing-masing.
“Tuan guru di desa kami juga belum menganggap situasi saat ini mengharuskan kita untuk tidak menyelenggarakan shalat Jum’at. Menurut beliau, siapapun yang akan ibadah shalat Jum’at pasti mandi, wudhu, jadi sudah bersih dari virus,” aku Kepala Desa tersebut.

Kalau soal orang berkumpul, imbuhnya meneruskan pendapat tuan guru di tempatnya, kenapa justru pasar tidak ditutup, padahal di sana lebih banyak lagi kerumunan orang.
Kepala Desa lainnya pun menyampaikan kesulitan lapangan yang ditemuinya untuk masalah Jum’atan tersebut.

“Terutama untuk masjid yang berada di pinggir jalan, ini agak menyulitkan. Kalaupun tidak ada Jum’atan di masjid tersebut, jama’ah malah ke tempat lain sehingga terjadi penumpukan di masjid lainnya. Kita sudah menempelkan himbauan dalam bentuk spanduk, namun masyarakat luar yang justru meminta agar tetap menyelenggarakan Jum’atan,” kata Kepala Desa yang wilayahnya berbatasan dengan wilayah Kota Mataram itu.

Menurut Bupati Lombok Barat terkait dengan perbandingan antara perlakuan antara masjid dengan pasar, justru menyesalkan pandangan tuan guru tersebut.

“Seharusnya dalam membandingkan, harus setara. Masjid dengan masjid. Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah saja ditutup. Bahkan ibadah umrah pun ditutup, dan ada kemungkinan ibadah haji tahun ini tidak dilaksanakan. Jadi, kalau di Makkah dan Madinah saja ditutup, apalagi masjid di sini. Kalau pasar, itu denyut nadi ekonomi. Kalau pasar ditutup, ekonomi kita mati. Jangan karena kita tidak mau mati akibat Corona, tapi malah mematikan ekonomi kita. Mati perekonomian kita (jika pasar ditutup, red),” terang Fauzan panjang lebar sambil meminta semua yang hadir menonton video dan menyebarkan pendapat mantan Gubernur NTB yang juga seorang ulama’ besar di Pulau Lombok, yaitu TGH. Zainul Madjdi mengenai cara memahami agama Islam di tengah wabah Covid 19.
Persoalannya kata Fauzan, ada pada cara penyebaran virus Corona yang bisa tertular dengan percikan ludah ketika bercakap-cakap, atau penyebaran virus melalui jabat tangan.
“Kalau di pasar, kita masih bisa menjaga jarak, tidak perlu bercakap-cakap lama dan bisa menghindari siapapun. Kalau di masjid, kan sulit?,” tanya balik Fauzan.

Dengan kondisi seperti itu, mantan Ketua KPUD NTB itu meminta agar para Kepala Puskesmas bisa lebih aktif mensosialisasikan bahaya Covid 19 ini.

“Sebagai contoh saat MUI Lombok Barat bermusyawarah untuk mengeluarkan fatwa tentang shalat Jum’at, terlebih dahulu dipaparkan dari aspek kesehatan sehingga para ulama’ bisa mengambil kesimpulan secara lebih komprehensif, termasuk dari aspek kesehatan,” terang Fauzan.

Berdasarkan hasil pantauan di dua kecamatan tersebut, persoalan ibadah Shalat Jum’at yang diganti dengan Shalat Zuhur memang menjadi polemik di tengah masyarakat.

“Di sini masih sulit untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat karena para tuan guru pun masih berpendapat bahwa kondisi jama’ah belum ada yang tertular,” terang Camat Gunung Sari Mudassir yang hadir menemui tim kabupaten tersebut.

Masih menurut Mudassir, jumlah Masjid se-Kecamatan Gunung Sari adalah 96 masjid dan hanya dua yang tidak menyelenggarakan shalat Jum’at. Serupa dengan itu laporan Camat Batulayar Syahrudin kepada Bupati, jumlah masjid di Kecamatan Batulayar adalah 53 masjid, namun masih ada 11 masjid yang menyelenggarakan ibadah mingguan tersebut.

“Kita akan coba kunjungi para tuan guru tersebut dan menjelaskan masalah ini,” pungkas Bupati sebelum mengakhiri kunjungannya.

Dalam kunjungan monitoringnya, Fauzan didampingi oleh Sekretaris Daerah H. Baehaqi, Kalaksa BPBD Mahnan, Kasat Pol PP Baiq Yeni S. Ekawati, dan Plt. Kabag Humas Protokol Saiful Ahkam. Mereka ditemui oleh Camat dan beberapa Kepala Perangkat Daerah yang diserahi tanggung jawab koordinasi di tingkat kecamatan. Di Kantor Camat Gunung Sari, rombongan kecil itu juga ditemui oleh setidaknya tiga orang Kepala Desa yang sengaja hadir menemui Bupati.

Sampai rilis terakhir, Ahad (19/4/2020), jumlah pasien postif di Kabupaten Lombok Barat ada 9 orang, namun 1 orang dinyatakan sembuh dan telah dipulangkan ke rumahnya. Terjadi penambahan 1 orang di hari ini dari jumlah total pasien positif di dua hari sebelumnya, yaitu pasien nomor 56 atas nama M (perempuan 48 tahun) asal Desa Sigerongan Kecamatan Lingsar. Ibu ini diketahui memiliki kontak erat dengan orang yang pernah bepergian ke Gowa Sulawesi dan diduga tertular dari orang tersebut. Jadi sampai hari ini, ada 8 orang pasien positif dari 36 orang pasien dalam pengawasan (PDP). Dari 36 orang PDP tersebut, 4 orang telah melewati masa pengawasan, 1 orang PDP meninggal dunia namun dipastikan negatif dari virus Corona, dan 32 orang masih dalam pengawasan. Sampai hari ini juga, Gugus Tugas Penanganan Covid 19 Kabupaten Lombok Barat juga mencatat ada 588 orang dalam pemantauan (ODP) di mana 515 orang dinyatakan telah selesai dalam pemantauan. Dinas ini juga mencatatkan sampai hari Jum’at lalu (17/4/2020) telah memeriksa 149 orang dari yang telah melakukan perjalanan ke Gowa dan 107 orang dinyatakan negatif. Sisanya 42 orang dinyatakan reaktif terhadap hasil rapid test yang dilakukan sehingga membutuhkan test swab.

Sumber : Humas Lobar

BUPATI LOMBOK BARAT, “SAYA YAKIN PARA TUAN GURU BELUM SEPENUHNYA FAHAM BAHAYA COVID 19”.Giri Menang, 19 April 2020 –…

Dikirim oleh Humas Protokol Lombok Barat pada Minggu, 19 April 2020