HAKTP 2019. Jangan 16, tapi 19

Giri Menang, Senin 9 Desember 2019 – Oxfam Indonesia menggelar Diskusi Publik tentang revisi Undang-Undang Perkawinan mengenai batas usia minimal perempuan menikah. Kegiatan ini dalam rangka kampanye yang diberi nama ’16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP) 2019′ bertempat di Taman Budaya Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin (9/12). Kegiatan ini ditujukan untuk menghentikan kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan atau yg disingkat Enough! atau Cukup!.

Herina Hampun dari Oxfam Indonesia dalam sambutannya menyebut kegiatan yang dilakukan adalah didukung oleh Revisi UU No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yaitu usia kawin dari 16 tahun meningkat menjadi 19 tahun minimal bagi perempuan. Revisi ini, ujarnya, mendukung upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan.

Kampanye ini merupakan kampanye internasional yg dimulai 25 Nopember bertepatan dengan Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan, hingga 10 Desember yg merupakan Hari Hak Asasi Manusia. Kegiatan ini, lanjutnya, dimulai oleh para aktivis di Women’s Global Leadership Institute tahun 1991.

Tahun 2016, Oxfam Internasional berinisiatif mengadakan kampanye global bertajuk “ENOUGH!:Together We Can End Violence against Women and Girls” atau dalam Bahasa Indonesia “CUKUP!: Ayo Bersama Kita Akhiri Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan”.

Oxfam, sebutnya, merupakan lembaga non profit yg berdiri sejak 1957, bekerja bersama pemerintah dan pihak lainnya dalam mengkampanyekan penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Melalui Kementerian Sosial RI, ujarnya, Oxfam menandatangani Memorandum of Understanding untuk bekerja di 7 Provinsi, salah satunya NTB.

Oxfam, dalam kegiatan ini mengkolaborasikan 4 proyek yang melibatkan perempuan dan anak perempuan, yaitu Creating Spaces (CS), the Indonesian Women in Leadership (I-WIL), Power-Up (PU), dan Empower Youth for Work (EYW). Oxfam bersama mitra sepakat mengubah norma di masyarakat mengenai usia pernikahan perempuan dari 16 menjadi 19 tahun atau yg disingkat ‘Jangan 16, Tetapi 19’.

Asisten III Sekretariat Daerah NTB, Hj Siti Hartina, mewakili pemerintah Provinsi menyebut data kekerasan terhadap perempuan meningkat 16% dari 2017 ke 2018. Halina menyebut kasus-kasus kekerasan yang banyak terjadi. Yaitu kekerasan dalam wilayah pribadi, kekerasan dalam Perkawinan yg disebabkan keinginan aneh suami dalam aktivitas seks, kekerasan dalam hubungan sedarah (inses), bahkan termasuk kekerasan dalam berpacaran.

“Hati-hati Bapak-bapak yg mau selingkuh, ibu-ibu sudah hebat, berani melapor ke atasan suami,” ujarnya.

Selanjutnya, Halina menyebut pernikahan dini merupakan persoalan yang cukup besar di NTB. Namun, ia menegaskan, pernikahan dini jangan dianggap disebabkan oleh adat kebiasaan merarik suku Sasak.

“Merarik itu punya etika dan tata krama yg kalau dilaksanakan tidak akan begitu saja bisa dilakukan,” ujarnya.

Pernikahan dini, lanjutnya, bisa menyebabkan masalah sosial lainnya seperti penyakit kanker serviks, kawin cerai dan kemiskinan.

Angka pernikahan dini di NTB memang cukup tinggi, kabupaten/kota berupaya menekan angka ini. Salah satu yg cukup menonjol adalah Lombok Barat.

Di tempat terpisah, Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Penyuluhan, dan Penggerakan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A)
Lombok Barat, Erni Suryana menjelaskan sejak 2015 pihaknya telah melaksanakan program Gerakan Anti Merarik Kodek (GAMAK). Hal ini tertuang dalam Surat Edaran Bupati Lombok Barat No 843.4/34/BKBPPP/2016 dan PERBUP No 30 Tahun 2018 tentang program GAMAK Usia Ideal Menikah 21 tahun untuk pria dan perempuan. Bahkan, 18 Desember nanti akan di-Perda-kan yaitu PERDA No 7 Tahun 2019.

“Dengan PERDA ini menjadikan Lombok Barat merupakan satu-satunya kabupaten/kota yang memiliki Perda batasan usia pernikahan di NTB. Melalui inisiatif DPRD Lombok Barat akan diteruskan ke peraturan desa dengan PERDA tersebut sebagai payung hukumnya,” jelas Erni.

Program tersebut lanjutnya, terbukti sudah menampakkan hasil. Data tahun 2015, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) yg menikah di bawah usia 21 tahun sebanyak 56,77%, tahun 2017 turun menjadi 22,79%.

Kegiatan diskusi yg sebagian besar pesertanya perempuan ini didukung oleh sejumlah instansi lingkup NTB dan lainnya. Di antaranya DP3AP2KB, Dinas Kesehatan, Konsorsium ADARA, Yayasan Tunas Alam Indonesia (SANTAI), Dinas Sosial, dan lain-lain.

Adu Cepat dalam CCI Series XXXI Hari Pertama

Giri Menang, Jum’at 6 Desember 2019 – Para peserta pembalap sepeda pada Customs Cycling Indonesia (CCI) Series XXXI Bupati Cup Lombok Barat 2019 mulai unjuk diri di hari pertama, Jum’at (6/12/2019).

Seratus dua puluh lima pembalap adu cepat tepat waktu dalam lomba kategori Individual Time Trial (ITT) mulai start dari jam 08.00 pagi sampai jam 9.30, dengan mengambil lokasi di Bypass BIL II dengan jarak tempuh 8,5 kilometer. Para peserta berdatangan dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan tercatat ada yang datang dari Malaysia, dan Britania Raya.

“Untuk hari pertama, peserta CCI Series XXXI kategori Individual Time Trial berjalan lancar dan sukses. Besok kita akan melaksanakan dua kegiatan lagi untuk kategori Road Race distance 38,1 Km, 51,5 Km, 64,9 Km dan 109,7 km dan Criterium distance 1,46 Km / Lap,” kata Ma’ad Adnan, Panitia Daerah CCI Series XXXI yang juga adalah Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pemuda dan Olah Raga (Dispora) Lombok Barat.

Ma’ad Adnan merasa sangat bangga dengan terselenggaranya CCI Series XXXI di Kabupaten Lombok Barat.

“Kita inginkan semoga kegiatan CCI Series XXXI bisa menjadi agenda tahunan di Kabupaten Lombok Barat, karena ini hal yang sangat positif untuk ajang mempromosikan daerah kita,” harapnya.

Disebutkan Adnan, kegiatan CCI Series XXXI adalah yang pertama kali diadakan di Lombok Barat dari gelaran yang sudah masuk tahun ke sepuluh.

Race Director CCI XXXI, Bertali menimpali positif keinginan Ma’ad Adnan. Cuma, kata Bertali, pihak Pemkab Lombok Barat harus segera bersurat untuk bisa menjadi tuan rumah lagi di tahun depan.

“Pemkab harus bersurat untuk meminta bisa menjadi tuan rumah lagi. Untuk tahun depan, seri pertama hampir pasti kita selenggarakan di Bojonegoro yang sudah minta,” terang Bertali.

Jika jauh hari ditentukan sebagai tuan rumah, imbuh Bertali, maka sosialisasi bisa lebih cepat dilakukan.

“Di samping untuk mencapai target peserta, masyarakat yang menonton juga bisa mendukung pelaksanaan race,” tambah Bertali.

Untuk Kategori Individual Time Trial (ITT) dinilai berdasarkan dengan kecepatan waktu. Sampai dengan berita ini dilaporkan, pihak penyelenggara belum menentukan yang terbaik untuk semua kategori peserta. Dalam penilaian juara, secara keseluruhan para peserta berlomba untuk adu cepat mengumpulkan poin. Poin yang diraih pada dua seri sebelumnya, yaitu di Gunung Kidul dan Purworejo, akan diakumulasikan dengan point di seri ketiga ini.

“Final (penghitungan) nya ada di etape terakhir. Mereka berusaha secepat mungkin untuk mendapatkan poin yang tertinggi,” terang Bertali.

Misbah, salah satu peserta dari kategori Master B (50 tahun ke atas) asal Kota Mataram mengaku kegiatan CCI Series XXXI yang diadakan di Lombok Barat dianggap telah berjalan sukses.

“Semoga CCI Series XXXI bisa diadakan setiap tahun dan peserta yang mendaftar bisa lebih banyak lagi,” harapnya.

Kesan yang sama diutarakan oleh Roy, peserta asal DKI Jakarta. Di tempat yang sama usai berlomba, Roy menyatakan sangat terkesan sekali dengan terselenggaranya acara CCI. Ia kagum dengan kesigapan panitia, mulai dari pengamanan dan jalurnya yang sangat bagus untuk dilewati.

“Saya sangat puas sekali dengan penyelenggaraan ini, karena dukungan dari Pemerintah Daerah (Pemda) Lombok Barat sangat baik dan orang-orangnya sangat ramah seperti official penyelenggara, nyambung diajak untuk berkoordinasi. Semoga untuk tahun berikutnya lebih meriah lagi,” harapnya.

Menurut Roy yang juga Ketua Tim KGB (Kelapa Gading Bikers) yang beranggotakan 12 orang, acara seperti ini mestinya bisa diadakan setiap tahun. Apalagi event ini bagus sekali untuk menarik wisatawan dari luar yang ingin ikut lomba.

HMPI Serentak Ribuan Pohon Ditanam

Giri Menang, Jum’at 6 Desember 2019 – Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) NTB dilaksanakan serentak hari ini, Jum’at (6/12/2019). Di Kabupaten Lombok Barat, seremoni memperingati HMPI digelar di lintas jalur bypass BIL di Desa Banyumulek, Kecamatan Kediri.

Di Kabupaten Lombok Barat, sepanjang tanhun 2019 ini, lebih dari empat ribu pohon dengan berbagai jenis sudah ditanam. Secara khusus, pada gelaran HMPI, penanam pohon dilakukan di jalur lintas yang menghubungkan Lombok Barat-Kota Mataram.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Lombok Barat melalui Sekretaris, H. Suhaili melaporkan, penanaman pohon di jalur lintas bypass BIL karena keberadaan jalur sangat penting sebagai penunjang arus transportasi darat antar kabupaten di NTB. Peranannya sangat strategis, bisa mendukung perekonomian masyarakat kini dan waktu mendatang.

“Karena jalur bypass BIL ini langsung terkoneksi dengan bandara dan Pelabuhan Lembar,” sebut Suhaili seraya mengajak semua pelaku usaha dan sosial ikut berprtisipasi menjaga lingkungan dalam mewujudkan kota yang asri.

Menurut Suhaili, pada HMPI Lombok Barat yang ke-11 ini penanam pohon diawali dari jalan flyover Desa Banyumulek dengan melibatkan seluruh pejabat lingkup Pemerintah Lombok Barat, ASN, Forkopimda serta pejabat lingkup Provinsi NTB dan masyarakat.

Di tepmat yang sama, Bupati Lombok Barat melalui Sekda H. Moh. Taufiq berharap, pada setiap momen peringatan hari menanam pohon, tidak sekedar seremoni dan simbolis belaka. Karena kata sekda, yang namanya hari menanam pohon supaya ditujukkan dengan fakta, janji menanam pohon 25 batang seumur hidup.

“Coba tanya pada gelaran hari ibu, bapak ibu sudah menanam pohon berapa. Kalau sudah banyak Alhamdulilah, tapi kalau belum, mari mulai hari ini kita berniat seperti tekad kita menanam 25 batang seumur hidup,” pesan sekda.

Menurut dia, Lombok Barat pernah mendapat penghargaan karena banyak menanam pohon. Tapi waktu kian berkurang, dan sekarang bisa direbut itu kembali dan tunjukkan kemampuan untuk menanam pohon sebanyak-banyaknya.

“Satu hal yang menjadi perhatian kita, menamam pohon ini, kita sering berpendapat bahwa, pemerintah yang harus menjadi depan. Tapi tanpa dukungan masyarakat dan berbagai stakeholder, tidak mungkin itu bisa berjalan,” pesan sekda.

Namun dia menyadari bahwa, pemerintah sering dibatasi karena pangaruh anggaran baik di Kabupaten Lombok Barat maupun pemerintah provinsi, meskipun tekad yang demikian besar. Sekda meminta, menanam pohon seharusnya semua bisa bergerak untuk menjaga lingkungan. Karena sebagai mahluk hidup lanjutnya, diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Tetapi ada kalanya untuk menjaga dan memelihara lingkungan hidup itu.

Gotong Royong Jelang Pujawali dan Perang Topat

Giri Menang, Jum’at 6 Desember 2019 – Menjelang event Pujawali dan Perang Topat di Lingsar 11 Desember 2019 mendatang, sejumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) melakukan gotong royong di Pura Lingsar. Kegiatan ini akan dilakukan beberapa kali hingga hari pelaksanaan event. Kegiatan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat ini bekerjasama dengan Pengurus Kerame Pura dari umat Hindu dan Kemalik dari umat Muslim.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat, Hj Lale Prayatni di tengah-tengah pelaksanaan gotong royong mengatakan telah bersurat kepada semua Operasi Perangkat Daerah (OPD) untuk membantu kegiatan gotong royong. Dikatakan Lale, kegiatan gotong royong hari ini juga melibatkan pengurus Kemalik dan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Desa Lingsar.

Wanita yang juga menjabat Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Lombok Barat ini juga menyebut karena adanya kegiatan Peresean setiap sore sehingga ada sisa-sisa sampah. Oleh karena itu ia meminta kepada panitia menyiapkan karung sebagai tempat sampah.

Salah satu peserta gotong royong dari non ASN Lombok Barat, Pasek Arianta dari Lombok Care Community (LCC) Mataram, menyebut kegiatan gotong royong serupa telah diadakan sejak dulu, menunjukkan toleransi yang turun temurun di Lingsar dan Lombok Barat. LCC sendiri, sebutnya, bertugas menginisiasi, memotivasi serta mengedukasi sekolah dan masyarakat dalam hal menjaga kebersihan lingkungan.

Peserta gotong-royong lainnya, Ahmad Kasim (38), adalah ASN Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Lombok Barat. Kasim, panggilan akrabnya, tampak berkeringat setelah ikut membersihkan area Pura Lingsar. Selain sampah yang ada di halaman pura, Kasim bersama sekitar 10 orang dari instansinya juga membersihkan sampah-sampah yang ada di rumput-rumput hijau bagian luar pura.

“Kita bersih-bersih biar suasana rapi dan indah,” ujar Kasim saat beristirahat di sebuah berugak yang ada di sana. Pria asal Selagalas ini mengaku senang karena gotong royong ini mengandung dua makna.

“Pertama ini wujud toleransi karena dilakukan bersama-sama antara teman-teman Hindu dan Muslim, kedua penjabaran dari perintah agama bahwa kebersihan bagian dari iman,” ujar pria berjenggot yang mengaku sudah hadir di lokasi sejak 7.30 pagi ini.

 

Lazismu Gelar Rakernas Sekaligus Nikmati Pesona Senggigi

Giri Menang, Jum’at 6 Desember 2019 – Kawasan Senggigi menjadi tempat digelarnya Kegiatan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (Lazismu) 2019. Di kawasan yang merupakan destinasi wisata unggulan di Kabupaten Lombok Barat, para peserta rakernas dapat menikmati dan mempromosikan indahnya wisata senggigi dengan mengupload foto ke media sosial.

Hal tersebut diungkapkan Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid saat menghadiri Rakernas Lazismu yang digelar di Hotel Puri Sharon Senggigi, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), kamis (5/12) kemarin.

“Dan yang lebih indah lagi di Lombok Barat bagian selatan di daerah Sekotong, kita punya banyak gili (pulau kecil, red) dan tidak kalah indahnya dengan yang ada di Kabupaten Lombok Utara,” ujarnya.

Lanjut Fauzan menyampaikan, selamat melaksanakan rakernas dan mudah-mudahan ini bisa meneruskan kebijakan yang bisa memajukan Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (Lazismu) secara cepat dan tentunya organisasi muhammadiyah.

Sementara itu Ketua Lazismu Pusat Hilman Latief mengatakan, Lombok sudah tidak asing bagi pegiat Lazismu dan Muhammadiyah yang bekerjasama dengan berbagai kalangan untuk pekerjaan kemanusiaan, seperti halnya saat terjadi gempa lombok tahun 2018 lalu.

“Mudah-mudahan dengan kehadiran lembaga ini khususnya warga Muhammadiyah bisa membangun kekuatan sebagai organisasi sosial berbasis keagamaan yang selalu peduli kepada sesama dan masyarakat yang kurang mampu,” katanya.

Disebutkan Latief, Lazismu berdiri sejak tahun 2002 lalu, secara administratif telah sesuai dengan regulasi yang telah diatur oleh pemerintah, dan mendapatkan Surat Keputusan (SK) dari Kementerian Agama pada tahun 2002. Melalui Undang-undang yang baru juga dikategorikan sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional, yang keberadaannya ada ditingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.

“Kegiatan Rakernas Lazismu 2019 kita laksanakan selama tiga hari dari tanggal 5-7 Desember 2019, dengan Tema Philanthropreneurship merupakan upaya Lazismu capai tujuan berkelanjutan,” tuturnya.

Latief berharap, dengan pertemuan rakernas ini menjadi pilar utama yang sudah dilakukan Lazismu dalam kegiatan tahun 2019, untuk menghasilkan misi-misi yang akan dilakukan kembali pada 2020 mendatang.

Kegiatan ini dihadiri oleh Sekda Provinsi NTB Iswandi, Ketua PP Muhammadiyah, M. Goodwill Zubir, Ketua Lazismu Pusat Hilman Latief, Rektor Universitas Muhammadiyah Mataram Arsyad Abdul Gani, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah NTB Falahuddin, Direksi Lazismu Pusat, para Badan Pengurus, Dewan Syariah dan Utusan majelis.

Ratusan Peserta Ambil Bagian dalam Customs Cycling Indonesia XXXI di Lobar

Giri Menang, 5 Desember 2019 – Para pembalap sepeda yang akan mengikuti Customs Cycling Indonesia (CCI) Series XXXI mulai melakukan regitrasi faktual di Bencingah Kantor Bupati Lombok Barat di Gerung, Kamis (5/12/2019). Memang untuk seri ketiga tahun 2019 ini, CCI XXXI telah menetapkan Kabupaten Lombok Barat sebagai tuan rumah selama tiga hari penyelenggaraan lomba, yaitu dari tanggal 6 sampai tanggal 8 Desember nanti dengan mengambil rute race terbanyak di Kawasan Sekotong Kabupaten Lombok Barat.
Menurut Chief Commisaire CCI XXXI Muhamad Yunus, sedikitnya 127 peserta telah mendaftar secara online.

“Sampai sore nanti, kita membuka registrasi peserta. Kita akan melakukan pengecekan faktual dan verifikasi fisik. Bisa jadi peserta akan bertambah atau berkurang. Tergantung pada kehadiran mendaftar hari ini,” terang Yunus menyebutkan target peserta paling sedikit 200 peserta.

Berdasarkan pengalamannya di dua seri sebelumnya, aku Yunus, peserta tidak pernah kurang dari dua ratusan orang di semua kategori.

“Apalagi kita menambah dua kategori khusus, yaitu kategori Master A untuk usia 40 sampai 49 tahun dan Master B untuk usia 50 tahun ke atas,” terang Yunus.

CCI, tambah Yunus, sesungguhnya melombakan tiga ketogori secara resmi, yaitu kategori elite, yunior, dan pemula yang terbagi lagi dengan kategori laki-laki dan perempuan. Namun khusus untuk di Lombok Barat karena ingin mengakomodir banyaknya peminat di usia itu yang ingin ikut berpartisipasi.

“Karena ini merupakan seri, maka semua pembalap yang telah memperoleh point di seri-seri sebelumnya, pasti akan hadir ikut berlomba di seri kali ini,” tegas Yunus.

Menurut Yunus, banyak pebalap sepeda nasional juga ikut ambil bagian di seri-seri sebelumnya, bahkan untuk tahun ini pesertanya pun datang dari luar negeri. Menurutnya, akan rugi bagi para pembalap di dua seri sebeumnya telah mendapat point tinggi bila meereka tidak ikut ambil bagian di seri terakhir ini.

Untuk diketahui, sampai dengan seri kedua di Purworejo, ada sepuluh pembalap untuk masing-masing kategori telah memperoleh point. Untuk kategori Men Elite, point tertinggi masih dipegang oleh pesepeda Odie Purnama Setiawan dari PGN Road Cycling Team Jakarta dengan point 74. Untuk Men Elite di bawah 23 tahun dipegang oleh Ahmad Yoga Ilham Firdaus dari Mula Cycling Team dengan raihan point sebanyak 40. Untuk kategori Men Junior masih dipegang oleh Dika Alif Dhentaka dengan raihan 100 point. Untuk kategori Men Youth dipegang oleh Muhammad Andi Royan dengan 111 point. Untuk Women Elite dipegang oleh pesepeda asal Malaysia National Team, Nur Aisyah Binti M. Zubir dengan 112 point. Untuk Women Junior masih dipegang oleh Nurul Izzah dari Puslatda Jatim dengan 114 point. Terakhir untuk Women Youth masih dipegang oleh Dewika Mulya Sova dari PPLP Jatim-Puslatcab ISSI Malang dengan 117 point.

Di tempat terpisah, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Lombok Barat, Ma’ad Adnan yang ditunjuik sebagai Panitia Daerah menilai CCI XXXI ini juga berfungsi sebagai pembinaan kepada generasi muda. Sehingga, harapnya, bisa diikuti oleh anak-anak sekolah setingkat SLTA.

“Tapi ini akan menyesuaikan dengan kegiatan mereka di sekolah. Saya harap mereka bisa ikut sehingga target peserta yang dua ratus itu bisa tercapai,” terang Ma’ad Adnan saat ditemui ketika meninjau proses registrasi.

Ma’ad sangat antusias dengan ditetapkannya Lombok Barat sebagai tuan rumah dan berharap bisa menjadi agenda tahunan pihaknya di tahun-tahun mendatang.

“Jika kita bisa kolaborasikan dengan OPD (Organisasi Perangkat Daerah, red) lainnya , event olah raga ini bisa kita siapkan lebih matang karena manfaatnya yang cukup besar bagi Lombok Barat,” akunya.

Gelaran CCI XXXI di Lombok Barat juga mendapat sambutan hangat berbagai komunitas sepeda yang ada di Pulau Lombok. Salah satunya adalah dari TNT Lombok yang beranggotakan 18 orang. Dade, salah seorang anggota TNT mengaku bukan hanya karena CCI XXXI diselenggarakan di Lombok Barat maka klubnya ikut ambil bagian.

“Selain kita punya komunitas, kita juga support kepada peserta dari luar,” terang Dade yang mengaku TNT Lombok banyak berlatar belakang pengusaha.

Untuk CCI XXXI, Dade mengaku meningkatkan volume race bersepedanya yang biasanya hanya 3 kali dalam seminggu, yaitu hari Selasa, Kamis, dan Sabtu.

“Dalam rangka CCI, volumenya kita naikkan sedikit. TNT akan ikut dalam kategori Master ada 4 orang dan Youth 6 orang,” terang Dade.

Lobar Tuan Rumah Customs Cycling Indonesia Series XXXI 2019

Giri Menang, Kamis 5 Desember 2019 – Kabupaten Lombok Barat didapuk sebagai tuan rumah penyelenggaraan event olah raga sepeda popular di Indonesia. Lomba yang bernama Customs Cycling Indonesia (CCI) di tahun 2019 ini telah memasuki seri ketiga dalam rangkaian seri setelah sebelumnya pada seri kesatu diselenggarakan di Wonosari Gunung Kidul Jogjakarta dan seri kedua diselenggarakan di Purworejo Jawa Tengah.

Untuk seri ketiga ini akan memperebutkan Bupati Cup 2019 rencananya akan berlangsung selama 3 hari, yaitu dari tanggal 6 sampai dengan tanggal 8 Desember 2019. Secara keseluruhan, CCI di Lombok Barat adalah seri ke-XXXI yang setiap tahun paling tidak menyelenggarakan tiga seri kejuaraan.

“Kita patut bangga dengan dijadikannya Lombok Barat sebagai tuan rumah CCI ketiga tahun 2019 ini. Apalagi rute lomba yang ditentukan oleh panitia adalah rute yang menjadi target pembangunan kepariwisataan kita,” aku Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid saat ditemui di di ruang kerjanya di Kantor Bupati, Gerung pada hari Kamis, (5/12/2019).

Dengan menjadi tuan rumah, imbuh Fauzan, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat bisa mempromosikan potensi keindahan alam kawasan Sekotong yang akan menjadi salah satu rute utama dalam penyelenggaraan CCI tersebut.

Alasan penentuan Kabupaten Lombok Barat sebagai tuan rumah juga disampaikan oleh Race Director CCI Seri XXXI, Bertali.

“Kita melakukan survey dua kali di Lombok Barat, langsung jatuh cinta dengan keindahan alamnya. Terutama di Mekaki untuk Kelas Mens Elite. Tapi secara keseluruhan di Lombok Barat, kita dapat semua. Di sini banyak pilihan untuk rute pendek. Jalannya bagus, tanjakannya lumayan dan lebih menarik, dan dukungan lalu lintasnya juga baik,” terang Bertali menyebutkan kondisi lalu lintas yang relatif sepi sangat mendukung bagi para pembalap sepeda.

Hal senada ditegaskan juga oleh Ketua Pengurus Daerah (Pengda) Ikatan Sepeda Indonesia Lombok Barat, Mohammad Ilyas. Ilyas menyebutkan awalnya untuk Seri Ketiga tahun ini, CCI akan digelar di Tenggarong Kalimantan Timur, namun gagal.

“Pihak CCI lalu menawarkan ke Pemprov NTB, terutama ke Lombok Barat dan Lombok Tengah. Setelah melakukan survey mengenai jalur yang layak, tenyata pihak CCI lebih suka dengan rute yang ada di Lombok Barat,” terang Ilyas.

Melihat arti CCI bagi pembinaan olah raga sepeda, terutama untuk mendapatkan bibit muda olah raga sepeda, Ilyas berharap event ini bisa tetap diselenggarakan setiap tahun di Lombok Barat.

“Ini akan mengundang ketertarikan peserta dari Luar Daerah, bahkan dari luar negeri. Untuk seri ini saja diikuti oleh dua tim dari Malaysia, yaitu dari Trengganu dan Selangor. Ke depan, saya berharap dengan keindahan alam di Lombok Barat bisa dikenalkan juga melalui sport tourism-nya,” harap Ilyas.

Pandangan Bertali dan Yunus diamini oleh Dade, salah seorang peserta dari Klub Sepeda TNT Lombok yang ditemui saat melakukan registrasi pendaftaran.

“Rutenya menantang. Racenya di hari Sabtu yang di Mekaki. Kita pernah coba. Kalau orang luar yang nyoba ke sana pasti kangen. Karena tanjakannya, panasnya, pemandangannya, dapet semua,” terang Dedi.

Customs Cycling Indonesia (CCI) kali ini rencananya akan diikuti oleh 127 peserta. Biasanya hanya akan melombakan kategori Men Elite (ME), Men Junior (MJ), Woman Elite (WE), Men Youth (MY), Woman Junior (WJ), dan Woman Youth (WY). Namun khusus untuk penyelenggaraan di Lombok Barat, pihak penyelenggara menambahkan dua kategori, yaitu Kategori Master A (usia 40-49 tahun) dan Master B (50 Tahun ke atas).

“Ini untuk menampung minat para pebalap dan klub sepeda di NTB. Olah raga ini sudah menjadi olah raga yang familiar dan digandrungi sehingga kita mengambil aspirasi mereka dengan melombakan dua kategori itu,” terang Ilyas.

Lomba sepeda yang setara dengan Tour De Singkarak, Balap Sepeda 3 in 1 di GBK, ITdBI (International Tour d Banyuwangi-Ijen), dan Tour de Indonesia ini rencananya diikuti oleh 127 peserta yang telah mendaftar secara online. CCI ini akan melombakan time trial sepanjang 8,5 kilometer di Bypass BIL 2 untuk seluruh kategori, kemudian Road Race jarak pendek sepanjang 38,1 kilometer, jarak menengah sepanjang 51,5 kilometer dan 64,9 kilometer, dan jarak jauh sepanjang 109,7 kilometer.

Tekan Angka Stunting, Lobar Diintervensi Pusat

Giri Menang, Kamis 5 Desember 2019 – Pemerintah Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tengara Barat (NTB), dinilai mampu menekan angka stunting. Lombok Barat bahkan dipilih pemerintah pusat sebagai daerah percontohan penurunan stunting pada 2017 lalu. Angka kasus stunting di Lombok Barat pada tahun 2008 lalu mencapai lebih dari 49 persen. Tahun 2013, turun menjadi 39 persen. 2016 menjadi 36 persen dan tahun 2018 masih berada pada angka 33 persen.

“Alhamdulillah berkat intervensi, sekarang (tahun 2019) posisi angka stunting berada pada angka 23,2 persen,” sebut Bupati Lombok Barat, H. Fauzan Khalid di hadapan Menteri Kesehatan RI Letjen TNI (Purn) dr. Terawan Agus Putranto pada acara Serah Terima Aset Intervensi Kesehatan Lingkungan oleh Kementerian Kesehatan di Aula Utama Kantor Bupati di Giri Menang, Kamis (5/12/2019).

Kata bupati, angka 23,2 persen berada pada angka di atas rata-rata provinsi NTB, bahkan di atas rata-rata nasional. Ini memang dampak dari berbagai macam intervensi yang dilakukan. Intervensi dilakukan diawali dari hulu. Bahkan sejak awal tahun 2019, dilakukan yang betul-betul hulu, yakni dengan melakukan intervensi di sekolah dasar (SD). Tapi karena keterbatasan kemampuan, hanya dilakukan sebanyak 48 sekolah saja. Intervensi ini dalam bentuk pemberian penambah darah dan sarapan bersama setiap minggu.

“Sarapan bersama ini sistemnya murid sendiri yang bawa makanan dari rumah. Cuma kami berikan bimbingan, mana makanan yang memenuhi gizi dan syarat-syarat kesehatan,” papar Bupati Fauzan.

Terkait dengan ini, secara formal, pihak Dinas Kesehatan Lombok Barat sudah melakukan kerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Secara berkala pula dilakukan evaluasi langsung ke tingkat kesatuan yang terkecil. Hasil peningkatannya luar biasa, karena intervensi dari hulu ini dimulai sejak tahun 2006 melalui program GAMAK (Gerakan Anti Merariq Kodeq), termasuk gerakan E-Posyandu, dan E-Pustu. Dan yang terbaru adalah, melalui aplikasi dokter Sapto Anthro yang diciptakan oleh dr. Sapto dari Puskesmas Sekotong.

Atas keberhasilan ini, Kementerian Kesehatan RI melalui Direktorat Kesehatan Lingkungan, Ditjen Kesehatan Masyarakat mengendus positif. Melalui program Intervensi Kesehatan Lingkungan tahun 2019, Kabupaten Lombok Barat mendapatkan paket stimulan untuk pembangunan jamban keluarga, tempat pembuangan sampah, dan sarana cuci tangan pakai sabun. Penyerahan secara simbolis diberikan kepada Bupati Fauzan Khalid untuk kemudian diserahkan kepada sembilan kepala desa dan satu Pondok Pesantren. Tujuannya, untuk mempercepat ODF (Open Defecation Free) atau Tidak Buang Air Besar Sembarangan dan penurunan kasus stunting. Dari 122 desa yang ada di Kabupaten Lombok Barat sampai dengan saat ini masih ada 16 desa yang belum ODF.

Di tempat yang sama, Menteri Kesehatan RI, Letjen TNI (Purn) dr. Terawan Agus Putranto menyatakan, sesuai arahan Presiden Jokowi bahwa, dua isu kesehatan utama yang harus segera diselesaikan adalah stunting dan jaminan kesehatan nasional (Jamkesnas).

“Kita di sini bicarakan stunting saja, karena kesehatan nasional terlalu banyak komponen yang terlibat. Di sini, saya sama pak bupati dan ketua PKK saja, ndak usah jauh-jauh,” kata Menteri Terawan.

Menyikapi pertemuan ini, menteri menyoroti sanitasi lingkungan dan air minum. Ini sebenarnya merupakan hak azasi manusia. Harus ada akses, karena hakekat untuk hidup, kata menteri, yang pertama harus ada sumber air sebagai sumber kehidupan. Menurut menteri yang pernah lama tinggal di Lombok ini mengaku, kurangnya sanitasi dan lingkungan mengakibatkan tingginya sumber penyakit, maka dampaknya adalah stunting.

Stunting sendiri tidak hanya dipicu oleh asupan gizi yang kurang mencukupi. Sanitasi yang baik seperti stop BAB sembarangan, cuci tangan pakai sabun, dan pengelolaan air untuk minum dan makan juga memegang peranan penting dalam pencegahan stunting.

Sanitasi yang buruk dapat memicu kerusakan dinding usus akibat paparan bakteri. Akibatnya hal itu turut mengganggu penyerapan zat gizi makanan sehingga berdampak pada gangguan tumbuh kembang pada bayi dan balita.

“Pencegahan stunting ini bisa melalui intervensi yang sensitif seperti, pemberian stimulan, peningkatan sanitasi berkualitas sebagai pemenuhan layanan masyarakat dan pemerintah. Semua ini untuk meningkatkan SDM di Indonesia Maju 2045,” jelasnya.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan dr. Terawan dan rombongan didampingi Bupati H. Fauzan Khalid mengunjungi Desa Kuripan. Desa ini merupakan salah satu penerima bantuan asset program intervensi kesehatan lingkungan dari Kementerian Kesehatan RI.

Bupati: Think Globally, Act Locally!!!

Giri Menang, Rabu 4 Desember 2019 – Sebagai salah satu daerah wisata terbesar di Nusa Tenggara Barat (NTB), Senggigi dituntut memberikan pelayanan maksimal bagi para pengunjung yang datang, setiap pengunjung atau wisatawan selayaknya mendapatkan penghormatan, keramahan serta pelayanan yang maksimal baik dari pemerintah daerah maupun masyarakat setempat.

Dalam agama Islam yang notabene merupakan agama mayoritas di Lombok maupun Indonesia, menghormati dan memuliakan tamu merupakan suatu hal yang harus dilakukan oleh tuan rumah.

Hal tersebut disampaikan Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid saat hadir dalam peletakan batu pertama pembangunan Kantor Desa Senggigi yang dirangkai dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pagi tadi, Rabu (4/12/2019) di kantor Desa Senggigi.

Dalam kesempatan ini juga Bupati mengingatkan, dengan banyaknya wisatawan yang masuk ke Senggigi masyarakat diharapkan selalu bisa berpegang teguh pada ajaran agama dan adat istiadat.

“Industri pariwisata merupakan industri yang paling memiliki banyak multi efek, terutama yang positif. Kalau yang negatif itu tergantung kita, masyarakat kita tidak boleh terpengaruh, harus berpegang kuat pada ajaran agama dan adat istiadat,” himbau bupati.

Menurut Bupati, cara berfikir seperti inilah yang harus ditanamkan pada masyarakat. Ia juga menuturkan bahwa masyarakat sering salah kaprah tentang makna modern yaitu mengikuti cara hidup orang luar.

“Itu salah, yang benar modern itu adalah Think Globally, Act Locally!!!” tegasnya.

Artinya lanjut bupati, “Cara berfikir mendunia namun sikap kita harus tetap sesuai dengan ajaran agama dan adat istiadat! Jangan kebalik jadi cara berfikir kampungan tapi tingkah laku ikut-ikutan bule!”

Dengan disertai oleh acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, acara pelaksanaan pembangunan kantor desa Senggigi diharapkan bupati mendapat berkah Allah SWT yang nanti pada akhirnya bisa memberikan pelayanan yang tebaik bagi masyarakat se-Desa Senggigi dan semua pihak yang memiliki kepentingan lansung maupun tidak lansung dengan pemerintah desa Senggigi.

Kantor Desa Senggigi yang sedang dibangun ulang ini direncanakan akan dibangun dengan luas 23 × 18 meter persegi dengan kisaran biaya Rp. 500 juta.

Turut hadir dalam acara Peletakan Batu Pertama ini adalah: camat Batulayar, kepala desa Senggigi, beberapa pengusaha serta tokoh masyarakat dan warga setempat.

“Coffee Talk” Jelang Kompetisi Barista di Hotel Svarga Lombok Barat

Giri Menang, HUMAS PROTOKOL LOMBOK BARAT. Selasa 3 Desember 2019 – Hotel Svarga yang berada di Kawasan Senggigi Lombok Barat nampak sangat serius menyiapkan diri dengan “brand” kopi sebagai salah satu jualan utamanya. Hotel berbintang empat itu akan menggelar Kompetisi “Barista” Kopi di tanggal 21 Desember nanti. Sebagai bentuk keseriusannya, hotel yang memastikan dirinya sebagai “hotel halal” dengan tidak menyajikan minuman beralkohol tersebut akan menggelar “Coffee Talk” atau “diskusi tentang kopi” yang akan digelar pada hari Kamis, 12 Desember 2019.

Hal tersebut disampaikan oleh Manajer Operasional Hotel Svarga Zulfadli saat menyambangi Bupati Lombok Barat, H. Fauzan Khalid di ruang kerja Bupati Lombok Barat di Gerung, Selasa (2/12/2019).

“Sebagai pra acara kompetisi, kami akan menggelar diskusi ringan tentang kopi. Coffee Talk itu akan di hadiri oleh para barista yang ada di hotel-hotel di Senggigi. Kita akan bertukar pendapat tentang penyajian kopi sebagai menu minuman utama untuk breakfast di hotel-hotel,” ujar Zulfadli.

Zul, panggilan akrabnya, menyatakan bahwa dalam acara “Coffee Talk” tersebut, direncanakan pihaknya bisa terselenggara setiap bulan sekali.

“Kami menyiapkan panggung di Svarga Hotel untuk semua pihak. Kita berdiskusi tentang kopi atau apa saja yang akan memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan wisata halal di NTB,” terang Zul.

Menurut Zul, banyak aspek positif yang bisa didiskusikan untuk pembangunan kepariwisataan di Pulau Lombok, terutama untuk memperkuat brand image NTB (Nusa Tenggara Barat, red) sebagai Pusat Pariwisata Halal Dunia.

Bupati Lombok Barat, H. Fauzan Khalid di kesempatan yang sama sangat mengapresiasi kegiatan tersebut yang dilakukan oleh pihak manajemen Hotel Svarga. Kata dia, di samping untuk menghidupkan aspek promosi kepariwisataan di Lombok Barat khususnya di Senggigi, Coffee Talk itu juga akan membuka kesempatan kepada usaha kecil/mikro dan menengah untuk mempresentasikan produknya di hadapan para pelaku bisnis perhotelan.

“Lombok Barat ini memiliki banyak potensi kopi yang sudah branded. Tinggal bagaimana mereka bisa mempromosikan usahanya kepada calon pembeli yang lebih eksklusif seperti untuk kebutuhan di hotel-hotel,” ujar Bupati.

Sedikitnya, terang Fauzan, ada beberapa jenis varian kopi yang sudah berkembang di Lombok Barat dengan harga yang relatif bersaing di pasaran. Selain Kopi Berkah yang ada di Desa Kekait, terdapat juga Kopi Tradisional di Prabe Batu Mekar Lingsar, Kopi Nyot di Pusuk Lestari, dan Kopi Gula Aren di Desa Langko Lingsar.

“Mereka bisa diberikan kesempatan tidak hanya untuk mendisplay barang, tapi juga mempresentasikan sisi keunggulan produknya sehingga bisa dimanfaatkan oleh kalangan perhotelan di Senggigi,” ujar Fauzan Khalid.

Coffee Talk yang akan diselenggarakan di tanggal 12 Desember 2019 ini, oleh Hotel Svarga Senggigi juga dijadikan sebagai pemanasan untuk kegiatan utamanya berupa Kompetisi Membuat Kopi di tanggal 21 Desember 2019 nanti. Oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat, kegiatan tersebut menjadi angin segar untuk mempromosikan kepariwisataan di Senggigi.

“Saat peak season di Bulan Desember ini, kompetisi tersebut menjadi alternative atraksi pasca kita menyelenggarakan Perang Topat yang akan diselenggarakan di tanggal 11 Desember nanti,” tutup Bupati Lombok Barat.

1 199 200 201 202 203 424