PKK Ajak Masyarakat Terapkan PHBS

GIRI MENANG-Pembinaan ke dusun-dusun masih terus dilakukan TP PKK Lombok Barat (Lobar). Beberapa waktu terakhir, mereka juga menggandeng Dharma Wanita dan Iiswara (Ikatan Istri Wakil Rakyat) setempat.

Baru-baru ini, TP PKK Lobar yang diketuai Hj Nanik Zaini Arony mengunjungi Dusun Awang Madya, Desa Giri Madya, Kecamatan Lingsar. Kunjungan tersebut sekaligus menggenapkan kunjungan mereka yang ke 575 dari 825 dusun di Lobar.

“Ini adalah kampung masyara­kat Hindu. Kami disambut baik di sana,” kata Nanik.

Di kesempatan itu, Nanik kembali mengajak masyarakat untuk menerapkan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) dalam kehidupan sehari-hari. Cara hidup semacam ini, menurutnya, akan berpengaruh pada cara pandang maupun kualitas hidup ma­syarakat. Termasuk juga mampu menekan pertumbuhan berbagai macam penyakit menular.

Istri bupati itu juga menekankan peran dan tugas pokok PKK dalam men yokong kemajuan daerah. Selama ini, menurutnya, PKK cenderung masih diremehkan terutama kaum pria yang mengira organisasi ini adalah organisasi perempuan. “Padahal kami adalah mitra untuk membangun program pemerintah,” ujarnya.

Di sisi lain, dia juga mengulas peran keluarga sebagai komunitas terkecil di masyarakat. Nanik meyakini jika keluarga diberdayakan tentu akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat Lobar. “Lobar bukan hanya rnilik Pak Zaini seorang. Satu sama lain harus sama isi,” pesannya.

Pendidikan dalam keluarga juga dinilainya, sangat penting. Nilai-nilai dasar yang harus ditanamkan sejak dini di keluarga seperti etika, moral dan sopan santun. Orang tua juga harus bisa jadi contoh dan ditokohkan di keluarga.

Sumber: Lombok Post, Senin 02 Desember2013

Limbah Mercuri Berkurang 102,8 Mg

GIRI MENANG-Hasil penelitian BLH (Badan Lingkungan Hidup) Lombok Barat (Lobar) bekerja sama Unibraw (Universitas Brawijaya) dan Bali Focus menunjukkan pencemaran tanah akibat penambangan emas illegal di kawasan Sekotong menurun. Saat ini, angka limbah mercuri hanya mencapai 0,2 miligram dari sebelumnya 103 per milligram.

“Jadi ada penurunan pencemaran limbah itu sekitar 102,8 mili­gram di Sekotong,” ujar Kepala BLH Lobar Nyoman Sembah.

Diungkapkan, pencemaran di Sekotong dalam kurun beberapa tahun memang diakibatkan penambangan liar yang banyak dilakukan oleh warga. Tahun sebelumnya tingkat mercuri men­capai 103 miligram perkilo tanah dan maksimal 615 miligram per kilogram puyak untuk tanah yang ada di tong pengolahan. Sedangkan untuk gelondongan angka tahun sebelumnya men­capai 31,5 miligram dan maksimal 1,1 permiligram puyak.

“Untuk tahun ini tingkat pencemaran menurun hingga 0,2 mili­gram dan maksimal 4,1 miligram perkilogram puyak,” ujarnya.

Sembah melanjutkan, menurunnya tingkat pencemaran di Sekotong karena para penambang sudah mulai menggunakan sianida. Mercuri dan sianida merupakan jenis obat kimia yang berfungsi memisahkan emas dengan tanah yang digunakan dalam penambangan emas.

Di sisi lain, BLH juga terus berupaya meningkatkan penelitian kedepanya. Ini dilakukan untuk kebaikan bersama baik bagi penambang dan warga sekitar.

Penyebaran mercuri secara umum, menurutnya, telah mengacaukan perkembangan pariwisata dan perikanan setempat. Selain tambang, Sekotong berpotensi dikembangkan menjadi destinasi wisata baru berkelas dunia. Potensi ikan dan ekosistem lautnya juga melimpah.

“Investor banyak menyoal soal merajalelanya bisnis mer­curi. Hasil penelitian ini penting kami sampaikan ditengah banyaknya isu-isu yang dapat menganggu sektor pariwisata dan perikanan laut kita,” tandasnya.

Sumber: Lombok Post, Sabtu 30 Nopember 2013

Pasien Bibir Sumbing Dioperasi Gratis

GIRI MENANG-Sebanyak sembilan orang penderita bibir sumbing yang berasal dari Kabupaten Lombok Barat (Lobar) menjalani operasi gratis di RSUD Patut Patuh Patju Gerung, kemarin. Kegiatan ini dilaksanakan oleh tim dokter bedah yang merupakan kerja sama Yayasan Kita Peduli, Mataram dengan RSUD setempat.

Ketua TP PKK Lobar Hj Nanik Zaini Arony secara khusus meninjau bakti sosial ini. Dia memberi apresiasinya kepada pihak Yayasan Kita Peduli dan RSUD yang selama ini telah banyak memberikan bantuan kepada masyarakat melalui keg­iatan operasi bibir sumbing.

Istri bupati ini menilai kegiatan yang dilakukan dua lembaga sangat membantu masyarakat kurang mampu dan sekaligus menyokong program pemerintah daerah. Menurutnya, jika anak penderita bibir sumbing tidak dioperasi akan menjadi beban psikologis orang tuanya. Sang anak juga akan merasa rendah diri.

“Bahkan bila sumbing sampai langit-langit mulut, akan menyebabkan gangguan ketika mengkonsumsi makanan dan minuman. Akibatnya, pertumbuhan dan kesehatan anak terganggu. Ini yang tidak kami harapkan ,”ungkapnya.

Secara psikologis, Nanik meyakini jika sudah dioperasi rasa percaya diri anak akan kembali karena bisa berinteriaksi dengan teman-teman sebayanya bahkan masyarakat di sekelilingnya. ”Saya berharap kegiatan semacam ini terus di tingkatkan dalam upaya membantu masyarakat kurang mampu. Biaya operasi bibir sumbing sangat mahal,” tandasnya.

Perwakilan Yayasan Kita Peduli, Sugi menyatakan, kegiatan bakti sosial juga pernah dilakukan di Lobar pada tahun lalu. Ini bagian dari kegiatan untuk membantu masyarakat kurang mampu.

Masyarakat menyambut gembira kegiatan operasi bi­bir sumbing gratis tersebut. Meraka berharap kegiatan semacam ini terus digelar karena dampaknya sangat dirasakan langsung.

Sumber: Lombok Post, Jum’at 29 Nopember 2013

Melihat Pelaksanaan Isbat Nikah di Gerimax Indah

Setiap pasangan tentunya menginginkan agar pernikahannya bisa tercatat secara resmi di administrasi negara. Apalagi saat ini, buku nikah sangat dibutuhkan untuk administrasi segala macam keperluan yang berkaitan dengan kependudukan dan pendidikan. Alhasil, banyak pasangan yang terlanjur nikah di bawah tangan berlomba-lomba meni kah secara resmi sesuai ketentuan negara.

GIRI MENANGKESIBUKAN tampak terlihat di Kantor Desa Gerimax Indah, Kecamatan Narmada,kemarin pagi. Terop dengan hiasan yang identik dengan suatu penikahan berdiri.

Rupanya di lokasi ini akan diadakan isbat nikah yang akan diikuti sekitar 106 pasangan. Sejumlah pasangan tampak sudah rapi berjajar duduk di bawah terop menunggu acara dimulai.

Meski sudah resmi menjadi pasan­gan suami istri cukup lama, namun tetap saja ada beberapa diantara mereka yang terlihat malu-malu mengenakan pakaian adat layaknya pengantin baru. Mereka mengaku malu lantaran baru bisa mencatatkan penikahan mereka secara resmi di buku negara saat usia sudah tidak muda lagi. Bahkan ada beberapa yang sudah memiliki cucu.

Acara ini juga dihadiri istri Bupati Lobar Hj Nanik Zaini Arony, Camat Narmada Abdul Manan dan Kepala PAGM H Mudjahidin. Camat Narmada Abdul Manan menyatakan buku nikah sangat penting saat ini.

“Pentingnya buku nikah untuk mempermudah warga mengurus segala macam hal. Seperti untuk mendaftar sekolah harus punya akte kelahiran. Kalau tidak ada akte kelahiran kan tidak bisa, yang kasihan kan putra-putrinya. Makanya sekarang penikahan mereka disahkan lagi supaya anak-anaknya yang dulu lahir mendapat pengakuan, supaya dimasukkan dalam kartu keluarga,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala PAGM H Mudjahidin menyampaikan apresiasinya atas perjuangan kades setempat dan masyarakat yang ikut serta dalam isbat nikah. Kegiatan ini juga, sebutnya, difasilitasi oleh Bupati Lobar H Zaini Arony dan JMS (jaringan masyarakat sipil).

“ Kendala teknis yang menyangkut pelaksanaan di lapangan jelas ada namun alhamdulillah bisa diselesaikan,” tandasnya.

Warga yang mengikuti sidang isbat nikah ini, tambahnya merupakan warga yang dulunya dinikahkan oleh petugas nikah di kampung dan tidak dilaporkan ke Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) di KUA. Lalu ada juga yang memang dulunya menikah secara siri sehingga belum tercatat dalam pencatatan administrasi pemerintahan.

“Mereka beranggapan yang penting sudah sah, tetapi kewajiban pencatatan administrasi pemerintahan tidak diindahkan. Padahal sekarang ketentuannya, untuk mendaftar sekolah harus punya akte kelahiran. Sehingga buku nikah ini sangat penting juga untuk kehidupan anak kelaknya agar tak dipersulit,” katanya.

Istri Bupati Lobar Hj Nanik Zaini Arony mengaku sangat bahagia dengan adanya kegiatan ini. Program isbat nikah menurutnya, juga merupakan perhatian bu­pati ke masyarakat. “Banyak saya temukan di lapangan pasangan masyarakat Lobar yang belum miliki buku nikah. Sehingga sulit sekali mengurus keperluan karena tak adanya buku nikah,” ceritanya.

Kades Gerimax Indah H Mistari menjelaskan yang mengikuti isbat nikah dari dua desa di Narmada berjumlah 106 pasangan. Dimana 91 pasangan dari Desa Gerimax Indah sedangkan 15 pasangan lainnya dari Desa Nyiur Lembang.

Pendataan peserta dilakukan sejak sembilan lalu. Di perjalanannya, ada beberapa pasangan mundur dan tidak jadi ikut yang kemudian sudah diganti dengan pasangan lainnya.

Sumber: Lombok Post, Jum’at 29 Nopember 2013

Menteri PDT Bagi-Bagi Penghargaan

GIRI MENANG-Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Helmy Faishal Zaini memberikan penghargaan tokoh kesehatan Nasional kepada Menteri Kesehatan RI dr Nafsiah Mboi, dua Gubernur serta delapan Bupati se-Indonesia pada acara pembukaan simposium perdesaan sehat KPDT 2013 di aula Kantor Bupati Lobar, kemarin.

Dua Gubernur yang di berikan penghar­gaan tokoh kesehatan Nasional Gubernur NTB, Gubernur Maluku, Bupati Lombok Barat, Bupati Pesisir Selatan, Bupati Way Kanan, Bupati Pamekasan, Bupati Lom­bok Tengah, Bupati Halmahera Barat dan Bupati Morowali. Selain itu penghargaan diberikan juga kepada dokter terbaik puskesmas terbaik dan bidan desa terbaik termasuk dua bidan dari NTB.

“Penghargaan ini diberikan sebagai peng­hargaan atas kerja keras masyarakat Lobar menjaga kesehatan,” ujar Bupati Lobar Zaini Arony usai menerima penghargaan.

Dikatakannya, Penilaian pusat sehingga penghargaan ini dapat diraih karena berapa hal-hal besar yang dilakukan dalam peningkatan perdesaan sehat. Di Lobar lanjutnya, selain menciptakan perdesaan sehat juga sudah di back up dengan sebuah peraturan daerah (perda) kawasan tanpa rokok (KTR).

Tidak hanya itu, sejak tahun 2009 silam, Lobar juga telah membangun sarana prasana kesehatan dari 124 desa/kelurahan yang ada di Lobar sudah 119 desa yang memiliki masing- masing Poskesdes dua unit dan seluruhnya sudah terisi oleh bidan-bidan desa bahkan satu poksesdes ada yang diisi oleh 2-3 orang bidan sesuai dengan luas wilayah desa.

“Agar para Bidan desa betah bertugas di poskesdes, Pemda memberikan insentif kepada bidan seperti insentif guru daerah tertinggal,” tandasnya.

Sedangkan untuk Puskesmas rawat inap, hampir semua kecamatan sudah memiliki dua unit puskesmas tinggal dua kecamatan yang masih memiliki satu unit. Dalam waktu 1-2 tahun mendatang Lobar akan memiliki tiga Rumah Sakit (RS) dan jumlah ini terus akan ditambah agar jarak masyarakat dengan sarana kesehatan semakin dekat. “Nah karena inilah kita dikatakan sudah memenuhi target nasional di bidang kesehatan.” katanya.

Zaini juga mengungkapkan bahwa angka kematian bayi di Lobar dari 18 kasus yang ditemukan tinggal delapan kasus yang ditemukan. Penurunan ini terus akan dilakukan menuju Lobar sehat. “Kalau menuju Indo­nesia sehat tentu mulai dari desa sehat hingga kabupaten dan Provinsi sehat,” pungkasnya.

Sementara itu,pantauan Wartawan di acara Jambore Perdesaan Sehat yang digelar di Bencingah sepi pengunjung tidak seperti saat pembukaan pada Selasa lalu. Sekitar 15 stand yang ada tampak lengang, tidak ada aktifitas pengunjung yang mendatangi stand-stand tersebut. Terlihat penjaga stand hanya duduk-duduk dan mengobrol saja. “Ya begini ini keadaannya, sepi tidak seperti pembukaan kemarin,” ujar salah satu penjaga stand kesehatan yang enggan dikorankan namanya.

Sumber: Lombok Post, Kamis 21 Nopember 2013

Lobar Garap Perda Bangunan/Gedung

GIRI MENANG-Keinginan Pemda Lombok Barat menata pembangunan terus digalakkan. Dinas Tata Kota, Pertamanan dan Kebersihan (DTKPK) sedang merancang Perda tentang Bangunan Gedung. “Kami akan bekerjasama dengan PU untuk membuat Perda tersebut. Nantinya seluruh bangunan akan memiliki aturannya,” jelas Kepala DTKPK Dahrun kepada Lombok Post,kemarin.

Dalam perda tersebut, juga akan tertuang ketinggian ban­gunan. Dulu, saat masih adanya Bandara Selaparang, tinggi bangunan gedung dibatasi karena takutnya rute penerbangan akan terganggu. “Bandara sudah dipindahkan ke Loteng jadi diperkirakan dan direncanakan tinggi maksimal bangunan gedung bisa 35 meter. Dimana 35 meter ini bisa menjadi sekitar 10 lantai untuk setiap bangunan gedung,” ujarnya.

Perda ini nantinya, bisa menjadi dasar untuk keselamatan dan kenyamanan penggunanya. Perda ini sangat penting, untuk memberikan kenyamanan dan keamanan gedung, bila terjadi bencana dan lainnya. “Seluruh bangunan harus mempunyai sertifikasi keamanan dan kenyamanan, terutama kekuatan untuk dalam menghadapi gempa dan bencana lainnya,” ungkap Dahrun.

Dalam Perda tersebut juga akan diatur tentang persyaratan administrasi dan teknis bangunan gedung. Salah satunya mengatur persyaratan keandalan gedung, seperti keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan. Persyaratan ini wajib dipenuhi untuk memberikan perlindungan rasa aman bagi pengguna bangunan gedung dalam melakukan aktifitas di dalamnya.

Sumber: Lombok Post, Kamis 21 Nopember 2013

Sendiri Dari Ponpes, Kalahkan Siswa Sekolah Favorit

Sekolah di Madrasah swasta yang selama ini identik dengan keterbatasan, tidak menjadi halangan bagi Zema Juliana Aulan. Santri yang tcrcatat sekolah di Madrasah Aliyah (MA) Ad Dinul Qayim, Kapek, Gunungsari, Lombok Barat ini mampu menyingkirkan ratusan siswa dari sekolah-sekolah favorit dalam seleksi pertu­karan pelajar. Jika lolos pada pertukaran ke Amerika kelak, maka Zema bisa menjadi duta Indonesia. Menunjukkan pada pelajar di Amerika, bahwa pendidikan Islam di Indonesia sangat toleran dan moderat. (lebih…)

Pengusaha Keripik Bergantung Alat Sederhana

GIRI MENANG- Ditetapkannya Dusun Are Manis, Desa Sandik, Kecamatan sebagai sentra industri beberapa waktu lalu, menjadikan sebagian besar warga sekitar menjadi pengusaha keripik. Jajanan yang dihasilkan seperti kerupuk dengan bahan baku singkong, pisang, dan ubi jalar. Namun, sebagian besar pelaku usaha ini masih menjalankan bisnis secara tradisional.

“Kompor yang kami gunakan terbilang tradisional dan masih mengandalkan bahan bakar berupa kayu bakar,” ungkap pionir usaha kecil tersebut sejak tahun 1994, pada Lombok Post, kemarin (17/11).

Ia mengungkapkan, harga alat pertama yang dibeli sekitar 19 ta­hun lalu tersebut terbilang murah. Mesin produksi masih dibelinya dengan harga Rp 100 ribu, umumnya untuk penggilingan adonan. Modal untuk bahan baku yang diperlukan yaitu Rp 175 ribu per seratus kilogram.

Sementara, pengusaha lainnya di tempat yang sama Maidah, owner UD Harapan Baru mengatakan, penghasilan yang diperoleh masih mencukupi kebutuhan sehari-hari. Karena fokus produksinya hanya keripik singkong. Terlebih untuk pemotongan keripik masih meng­gunakan mesin potong tradisionil.

Berbeda dengan Nur Haini yang memproduksi setiap hari, Maidah hanya memproduksi saat stok habis. Maksimal dua atau tiga kali dalam seminggu. Modal yang dibutuhkan juga relatif tinggi yaitu Rp 1 juta sekali seminggu.

“Lima puluh kilogram biasa diolah dalam sehari,” tambahnya.

Perayaan hari raya seperti Idul Fitri, menjadi saat dimana permintaan meningkat drastis. Pera­latan yang lebih moderen dirasa akan sangat membantu proses produksi.

Namun disisi lain, dalam sehari, untuk menghasilkan 200 kilogram kripik singkong membutuhkan biaya sekitar Rp 350 ribuan. Bahan baku singkong masih diperoleh dari Kabupaten Lombok Utara.

‘’Harga yang ditawarkan berkisar Rp 500 sampai Rp 10 ribu. konsumen yang dibidik tentunya kalangan menengah ke bawah,” terangnya.

Nur Haini menambahkan, segmen pasar yang dibidik pedagang kecil di pasar tradisional. Sudah banyak pemilik kios telah menjadi pelanggan tetapnya. Pemasaran makanan ringan yang diproduksi, telah tersebar hampir diseluruh Lombok.

“’Pemasaran paling bagus di wilayah Kabupaten Lombok Barat,” ungkapnya.

Maidah mengaku, dari segi pemasaran masih sangat minim. Walaupun bila mengandalkan pengampas, barang yang diberikan jarang kembali. Namun, dari segi keuntungan yang diperoleh tidak dapat lebih banyak.

Menurut mereka, penjualan pada pasar moderen, seperti supermar­ket, dirasa kurang berhasil. Ter­lebih melihat persaingan dengan produk makanan serupa, dengan kemasan yang cenderung lebih moderen dan menarik hati.

‘’Tak heran bila pengusaha kripik dengan modal kecil cender­ung mengandalkan pengampas,” imbuhnya.

Sumber: Lombok Post, Senin 18 Nopember 2013

Kemen PDT Dorong Perbaikan IPM

Lobar Tuan Rumah Jambore Nasional

MATARAM—Provinsi Nusa Tenggara Barat masuk dalam kategori daerah tertinggal. Dari sepuluh kabupaten kota yang ada, hanya Mataram dan Bima saja yang tidak masuk daerah tertinggal. Bahkan Lombok Utara menjadi kabupaten dengan peringkat terendah se-Indonesia untuk angka harapan hidup.

“Itu berdasarkan data dari Susenas 2010,” kata Koordinator Kelompok Kerja Perdesaan Sehat, Kementerian Percepatan Daerah Tertinggal (PDT), dr Hanibal Hamidi dalam ramah tamah den­gan media di Mataram, kemarin.

Dikatakan, sejumlah daerah tertinggal yang ada di Indone­sia, membuat peringkat IPM negara ini terus merosot. Bahkan kini Indonesia berada di bawah Vietnam. Untuk mendorong percepatan pembangunan di daerah tertinggal semacam NTB, diperlukan keberpihakan dari pemerintah berupa dorongan yang kuat dan program khusus.

Dikatakan, jika regulasi yang ada tidak mengizinkan maka akan dilakukan kajian untuk mengubah aturan itu. Salah satu contohnya adalah puskesmas yang baru, boleh dibangun jika sejumlah persyaratan seperti jumlah penduduk telah tercapai. Hal itu tentu berat bagi daerah tertinggal macam Bima yang penduduknya masih sedikit namun sangat memerlukan fasilitas kesehatan. Jika tidak ada intervensi dari pemerintah, sejum­lah desa di Bima tidak akan pernah memiliki puskesmas.

“Kita akan bantu hal teknis semacam itu,” jelas pria yang kini tengah menempuh pendidikan S3 di IPDN.

Salah satu hal yang tengah didorong adalah adanya di seluruh puskesmas dan bidan desa yang siap membantu ma­syarakat setiap saat. Selain tentu saja menyediakan kebutuhan air bersih, sanitasi, serta gizi seimbang bagi masyarakat pedesaan di daerah tertinggal. Itu dinilai penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.

Atas persoalan inilah, NTB menjadi salah satu lokasi pro­gram Perdesaan Sehat yang digagas Kementerian PDT. Pada 19 dan 20 November nanti akan diadakan Jambore Nasi­onal Perdesaan Sehat di Lombok Barat, dan Lombok Tengah. Di Lombok Tengah, kegiatan jam­bore diisi dengan operasi bibir sumbing dan operasi katarak. Sementara untuk Lombok Barat terpilih menjadi pusat kegiatan jambore yang akan dihadiri seratusan bupati seluruh Indonesia.

“Yang akan hadir dalam simposium di Lombok Barat adalah Menkokesra Agung Laksono, Menkes dr Nafsiah, dan Menteri PDT Helmy Faisal Zaini,” kata pria yang kini menjabat Asisten Deputi Sumber Daya Kesehatan Daerah Tertinggal Kementerian PDT.

Sumber: Lombok Post, Senin 18 Nopember 2013

BMKG Imbau Waspadai Puting Beliung

GIRI MENANG-Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) NTB meminta warga untuk mewaspadai adanya angin puting beliung yang beberapa hari terakhir terjadi khususnya di Kabupaten Lombok Barat (Lobar).

“Cuaca buruk yang disertai angin kencang ini akan berlangsung hingga bulan Pebruari mendatang,” ujar kepala BMKG NTB AA Gede Trikumara kepada Lombok Post saat dihubungi Sabtu lalu.

Dijelaskannya, musibah angin puting beliung yang menerjang beberapa wilayah daerah pemukiman di Lobar bersifat lokal. Angin puting beliung ini disebabkan adanya awan cumulonim­bus yaitu awan hujan yang disertai badai guntur.

Awan ini hitam pekat dan rendah. Terjadinya angin puting beliung biasanya didahului suhu udara yang panas ekstrim selama 2-3 hari berturut-turut.

Selain meminta masyarakat untuk selalu waspada, Gede juga mengingatkan masyarakat yang berada di pesisir pantai karena cuaca buruk ini juga akan berdampak pada gelombang laut. “Selain Kecamatan Kediri dan Narmada yang sering diterpa musibah angin puting beliung tiap tahunnya, warga di daerah pesisir juga harus ekstra waspada karena cuaca buruk ini juga bisa berdampak pada gelombang pasang,” imbaunya.

Musibah angin puting beliung sudah menerjang empat keca­matan di Kabupaten Lobar selama sebulan terakhir. Pada awal November, sebanyak 118 rumah warga rusak yakni di Desa Merembu, Desa Jagaraga, Desa Jagaraga Indah, Desa Kediri Selatan dan Desa Sembung.

Sedangkan musibah angin puting beliung yang terakhir terjadi di Dusun Peninjauan, Desa Golong, Kecamatan Narmada. Sebanyak 17 rumah, sekolah, pura dan bengkel milik warga rusak. Kerugian diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah. Tidak ada korban jiwa dalam musibah ini.

Sumber: Lombok Post, Senin 18 Nopember 2013

1 30 31 32 33 34 53