Momentum Bersatu Untuk Maju

Drs.HM. Uzair memberikan sambutan atas nama Pemerintah Kabupaten Lombok BaratGiri Menang – Sebagai rangkaian memperingati Hari Raya Nyepi umat Hindu yang jatuh tanggal 21 Maret 2015 yang lalu dan Hari Ulang Tahun Lombok Barat (Lobar) ke-57 tanggal 17 April mendatang, maka Sabtu (11/4), Banjar Dharma Praja Giri Menang Lobar menyelenggarakan Dharma Shanti di Pura Lingsar. Dalam acara sakral ini, hadir Sekretaris Daerah Lobar Drs.H.Moh. Uzair mewakili Pemerintah Kabupaten Lobar mengingat Wakil Bupati H. Fauzan Khalid sedang ke Dompu pada acara Tambora Menyapa Dunia, Dr. Drs. I Nyoman Murba, M.Ag., perwakilan dari Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Puje Mataram, dan Miswanto, S.Ag., M.Pd.H., selaku Pedaharma wacana atau penceramah.

Sudah lima tahun berturut-turut acara Dharma Shanti seperti ini dilakukan oleh teman-teman yang dimotori oleh para PNS umat Hindu yang ada di Lingkup Pemerintah Kabupaten Lombok Barat melalui wadah Banjar Dharma Praja Giri Menang Gerung. Saya merasa kegiatan seperti ini sangatlah penting artinya di dalam kita menjaga tali silaturahmi atau simakrama untuk terciptanya kerukunan intern maupun antar umat beragama di Kabupaten Lombok Barat,” ujar Sekda Uzair mengawali sambutannya.

Dikatakan Uzair, Hari Raya Nyepi bagi umat Hindu merupakan hari untuk melakukan introspeksi dan penuh perenungan untuk mencari kebahagiaan, kesejahteraan dan kedamaian di dunia dan di akhirat. “Hal ini ditandai dengan melakukan berata penyepian selama 24 jam yang disebut dengan catur berate penyepian yaitu tidak bepergian, tidak bekerja, tidak bersenang-senang, dan tidak menyalakan api,” ujar Uzair membacakan sambutan bupati. Dengan cara demikian, sambungnya, Umat Hindu bisa merenungkan apakah yang sudah dilakukan tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya serta apa yang harus dilakukan agar tahun yang akan datang lebih baik dari tahun ini.

            Disampaikan Uzair, Dharma Shanti merupakan sarana untuk melakukan simekrame, sebagai wahana bersilaturrahim intern Umat Hindu maupun antar umat beragama yang ada di Kabupaten Lombok Barat.

“Umat Hindu melakukan Dharma Shanti dengan keluarga besar dan tetangga, mengucap syukur dan saling maaf-memaafkan (ksama) satu sama lain, untuk memulai lembaran tahun baru yang bersih,” ucap Uzair.

               Senada dengan Sekda Uzair, Miswanto dalam ceramahnya menyampaikan bahwa salah satu esensi dari Dharma Shanti adalah momen introspeksi diri.

“Bahkan Umat Hindu memang setiap hari introspeksi, mawas diri karena ini merupakan karakter dari para leluhur,” ujar Miswanto yang selanjutnya menembangkan Tembang Ginada. Tembang berbahasa Bali ini disampaikan Miswanto bermakna ajakan untuk selalu rendah hati setinggi apapun posisi kita.

“Walaupun jabatan tinggi, titel (gelar) tinggi, jangan merasa paling tinggi karena yang tertinggi adalah Sang Hyang Widhi, apa yang kita miliki hanya titipan,” ujar pria 34 tahun yang menjabat Sekretaris Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Jawa Timur ini.

               Selain itu, lanjut Miswanto, orang yang merasa tinggi bahkan paling tinggi, paling pintar akan bingung untuk mencari teman karena merasa tidak ada yang sebanding dengan dia.

“Orang pun menjadi segan berteman dengan dia karena dia (merasa) pintar,” kata Miswanto. Ditambahkannya, masa saat ini banyak orang yang lupa dengan jati dirinya, lupa dengan leluhurnya dan merasa tinggi. Seharusnya, lanjut Miswanto, orang yang punya kelebihan itu rendah hati dan tidak sombong dengan kelebihannya.

Pesan Toleransi

              Dalam ceramahnya, Miswanto juga mengajak untuk saling hormat-menghormati dan toleransi baik intern umat Hindu maupun antar umat Hindu dengan umat beragama lainnya. Tidak boleh saling merendahkan satu sama lain.

“Dalam hidup bermasyarakat tidak boleh saling menghujat karena yang paling hina di antara yang hina adalah yang menghina, yang menjelek-jelekkan orang dan agama lain,” seru Kandidat Doktor Ilmu Sosial Universitas Merdeka (Unmer) Malang ini. Bahkan dalam hal ini, Dosen STAHN Santhika Dharma Malang ini memuji semboyan yang dimiliki Lobar yaitu Patut yang berarti pantas, Patuh yang berarti rukun dan Patju yang berarti taat, tekun.

“Kabupaten Lombok Barat punya semboyan luar biasa Patut Patuh Patju,” ujar Miswanto. Oleh karena itu, jelasnya, manusai yang berbeda harus hidup rukun. Dalam poin ini, Miswanto, mengutip apa yang tercantum dalam Weda Wakya yang sebelumnya ditembangkan oleh Ni Nyoman Ayu Lestari dan Ni Kadek Winda, bahwa manusia harus rukun seperti para Dewa di langit. Miswanto, dengan isi ceramahnya yang berisi namun sering membuat ratusan Umat Hindu yang hadir terenyuh.

“Harus rukun seperti para Dewa, tidak akan berjalan dunia ini kalau para Dewa tidak rukun atau saling bertentangan. Tidak seperti dewa-dewa di dunia, Dewa Ketut, Dewa Made yang suka berantem,” ujar Miswanto bercanda mengingat banyak umat Hindu yang punya nama depan Dewa.

               Refleksi dari perayaan Nyepi yang diikuti Dharma Santhi, ujar Miswanto, adalah hidup rukun untuk membangun bangsa dan negara.

“Melalui Dharma Santhi kita sucikan hati, tindak dan harta kita dengan melakukan swadharma dengan baik,” ujar Miswanto sambil menjelaskan bahwa gaji yang sebagiannya disedekahkan merupakan gaji yang karunia (memilki keberkahan).

               Senada dengan Miswanto, I Nyoman Murba juga dalam doanya berisi ajakan bagi Umat Hindu untuk menjaga toleransi, persatuan dan kesatuan di Lobar dan Provinsi NTB.

               Sekda Uzair pada bagian lain sambutannya juga menyampaikan pentingnya untuk menjaga toleransi. Dia mencontohkan Indonesia dengan mayoritas penduduknya beragama Islam namun memiliki logo Pariwisata berupa gerbang pura. Sedangkan India yang mayoritas penduduknya beragama Hindu memiliki Taj Mahal sebagai kebanggaannya.

Bersatu untuk Maju

            Tema yang diangkat pada Dharma Shanti 1937 Saka ini adalah ”Penyucian Diri dan Alam Semesta sebagai Momentum Bersatu untuk Maju”. “Selain itu, segenap Umat Hindu hendaknya kembali kepada ajaran Tri Hita Karana yaitu melakukan hubungan baik manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam sekitarnya, sehingga tercapai keharmonisan khususnya di Bumi Patut Patuh Patju Lombok Barat serta menjadi momentum mengayuh bersama bersatu untuk maju,” ujar Uzair.

               Lombok Barat, sambung Uzair, beraneka ragam. Namun, keanekaragaaman dari segi agama, suku, budaya tidak seharusnya menjadi penghalang untuk membangun Lombok Barat. Konsep toleransi, bersatu dalam perbedaan dan indahnya keberagaman, kata Uzair, adalah modal dasar dalam membangun Lombok Barat yang heterogen.

“Perlu disadari, bahwa manusia itu bermacam-macam, berbeda-beda, baik dari segi watak, sifat, agama, ras, suku, bahasa dan lain-lain. Namun perbedaan itu jangan dicermati sebagai suatu kekurangan tapi sebaliknya, jadikan itu sebagai kelebihan,” ajak Uzair.

Dana Punia

               Hal penting lainnya disampaikan Uzair mengenai Dana Punia. Bahwa Melalui Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sekda HM. Uzair menyerahkan secara simbolik bantuan yang berasal dari dana punia Baznas Lombok Barat kepada para penerima bantuanZakat, Infaq dan Sedekahyang ditetapkan tanggal 15 Februari 2012 dan diikuti dengan Peraturan Bupati Lombok Barat No 9 Tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Penerimaan, Pemungutan, Pengelolaan dan Pemanfaatan Zakat, Infaq dan Sedekah, PNS yang beragama Hindu dan mengabdi di Lingkup Pemerintah Kabupaten Lombok Barat diajak berpartisipasi untuk menyisihkan sebagian penghasilannya dalam bentuk dana punia yang dikelola oleh Umat Hindu yang ada di Banjar Darma Praja Giri Menang Gerung. Sebagian dana tersebut dipergunakan untuk membantu khususnya masyarakat Hindhu lainnya yang ada di Kabupaten Lombok Barat dalam mendukung kegiatan pembangunan fasilitas umat Hindu di Desa/Dusun yang tersebar di Kabupaten Lombok Barat.

“Untuk Banjar Dharma Praja saya sampaikan terima kasih atas peran dan pengabdiannya untuk sama-sama membangun Lombok Barat. Teruskan dan lanjutkan pengabdian Saudara-saudara untuk agama, negara dan bangsa. Saya juga menghimbau kepada umat Hindu di Lombok Barat untuk terus memberikan kontribusinya untuk percepatan pembangunan di Lombok Barat serta selalu menjaga kondusivitas Lombok Barat agar tetap aman dan damai,” ujar Uzair.

Bantuan untuk Umat Hindu

               Sementara itu, laporan panitia Dharma Santhi yang disampaikan ketua panitia Ir. Budi Darma Jaya, MM., memuji pemerintah daerah (Lobar) yang mendukung acara Dharma Santhi.

“Kebanggaan dan terima kasih kami kepada pemda karena sangat peduli terhadap Umat Hindu,” ujar Budi. Kegiatan ini, sambungnya, bila sebelumnya dilaksanakan di Bencingah Agung Kantor Bupati Lobar, kini dilaksanakan di Pura Lingsar dengan maksud supaya tampak makna spiritualnya yaitu dengan melakukan persembahyangan bersama mendoakan Lobar dan pemimpinnya.

            Budi dalam laporannya juga menyampaikan nama-nama penerima bantuan yang berasal dari Dana Punia Umat Hindu. Yaitu PHDI 10 kecamatan di Lobar (Sekotong, Lembar, Gerung, Kuripan, Labuapi, Narmada, Lingsar, Gunungsari, Batulayar dan Kediri), Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Lobar, PAUD Dewi Kunti Gunungsari, PAUD Widya Dharma Kumala Labuapi, PAUD Teratai, PAUD Kasih Ibu Kuripan, TK Dwi Jendra Peninjoan, TK Dwi Jendra Suranadi dan Pura Jagad Lingsar.

               Ketua Banjar Dharma Praja Giri Menang Lobar, drh. I Nyoman Sembah, S.Ag., M.Si., saat wawancara dengan wartawan menyampaikan bahwa Dharma Santhi tahun ini ada variasi yaitu dilaksanakan di Pura. Tujuannya untuk mendoakan Lobar serta pemimpinnya untuk bisa lebih baik lagi. Terkait dengan bantuan-bantuan yang diberikan, Sembah menyampaikan itu penting mengingat penerima bantuan merupakan mitra dalam membangun umat Hindu.

“Selain itu, sesuai amanat bupati (H.Zaini Arony) agar dana punia digunakan untuk membangun baik itu untuk pembangunan manusia maupun fisik,” ujar Mantan Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Lobar ini.

               Selain ratusan umat Hindu PNS Lobar dan umat Hindu sekitar Pura Lingsar, Dharma Santhi ini juga dihadiri   para Sulinggih dan Pinanditha, I Gede Widana dan Dewa Kayan Sukarsana selaku anggota DPRD Lobar, Sekretaris Camat dan Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan Lingsar, Ketua PHDI NTB, Ketua PHDI Lobar, Ketua PHDI Kecamatan Se-Lombok Barat, Ibu Ketua Dharma Wanita Persatuan Lobar, Hj. Alwani Uzair, Kepala Desa dan Kepala Dusun se-Kecamatan Lingsar, praja IPDN yang Beragama Hindu dan lain-lain;

(Teks: Muhammad Busyairi, foto: Dedy Suhirman-Humas Lobar)

Drs.HM. Uzair memberikan sambutan atas nama Pemerintah Kabupaten Lombok Barat

Drs.HM. Uzair memberikan sambutan atas nama Pemerintah Kabupaten Lombok Barat

Dr. Drs. I Nyoman Murba, M.Ag., dari STAHN Puje Mataram saat memimpin doa

Dr. Drs. I Nyoman Murba, M.Ag., dari STAHN Puje Mataram saat memimpin doa

Ketua Banjar Dharma Praja Giri Menang, drh. I Nyoman Sembah, S.Ag., M.Si

Ketua Banjar Dharma Praja Giri Menang, drh. I Nyoman Sembah, S.Ag., M.Si

Ketua Panitia Dharma Santhi, Ir. Budi Darma Jaya, MM., saat menyampaikan laporan panitia

Ketua Panitia Dharma Santhi, Ir. Budi Darma Jaya, MM., saat menyampaikan laporan panitia

Ni Nyoman Ayu Lestari dan Ni Kadek Winda membacakan Weda Wakya

Ni Nyoman Ayu Lestari dan Ni Kadek Winda membacakan Weda Wakya

Pembawa Acara Ni Wayan Satya Ayu Wiresti (Esti) membacakan susunan acara Dharma Santhi

Pembawa Acara Ni Wayan Satya Ayu Wiresti (Esti) membacakan susunan acara Dharma Santhi

Sekda HM. Uzair menyerahkan secara simbolik bantuan yang berasal dari dana punia Baznas Lombok Barat kepada para penerima bantuan

Sekda HM. Uzair menyerahkan secara simbolik bantuan yang berasal dari dana punia Baznas Lombok Barat kepada para penerima bantuan

Serius tapi lucu, Miswanto, S.Ag, M.Pd.H., Pedaharmawacana atau penceramah Dharma Santhi di hadapan Umat Hindu

Serius tapi lucu, Miswanto, S.Ag, M.Pd.H., Pedaharmawacana atau penceramah Dharma Santhi di hadapan Umat Hindu