Dari Workshop Lombok Barat Menulis, Di Lobar Harus Ada Penulis Profesional
Dalam rangka meningkatkan kapasitas menulis bagi generasi muda di Lombok Barat (Lobar), pemda Lobar bekerja sama dengan Dompet Amal Sejahtera Ibnu Abbas (DASI) NTB menggelar Workshop Lombok Barat Menulis. Kegiatan itu berlangsung di Aula Utama Kantor bupati sejak 23-25 Juni 2015. Pesertanya didominasi oleh puluhan pelajar SMA sederajat se Lobar. Sisanya, dari unsur guru dan masyarakat umum yang mencintai dunia tulis menulis.
Wakil bupati Lobar melalui Kepala Dinas Dikbud, H.Ilham, S.Pd, M.Pd dalam arahannya berharap, semua peserta workshop harus bangga, karena pada kesempatan itu, panitia menghadirkan nara sumber seorang penulis senior, Pipiet Senja. Pipiet senja kata Ilham, merupakan penulis yang telah menghasilkan hampir 179 buah buku. “Pipiet Senja hadir di tengah-tengah kita yang akan membantu kita dalam mempertajam dunia tulis menulis kita,” katanya.
Menurut Ilham, workshop ini sangat penting, karena selama ini, salah satu kelemahan dari hasil pendidikan adalah, ketidakmampuan dalam menuangkan apa yang ada dalam pikiran, kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan yang dapat dibaca, dikomunikasikan kepada orang lasin. Secara khusus di Lobar lanjutnya, kondisi ini yang terasa masih sangat tumpul.
Salah satu buktinya menurut dia, kurangnya guru di sekolah yang nota bene sudah memiliki pangkat golongan IV A, berdiri di kelas menerangkan pelajaran, tetapi jika mereka diminta apa yang diterangkan itu dituangkan dalam bentuk tulisan, mereka belum bisa. Dampak dari semua ini, para guru itu saat ini tidak banyak yang bisa naik pangkat ke jenjang setingkat yang lebih tinggi. ”Jumlahnya sedikit, bisa dihitung dengan jari,” paparnya seraya menambahkan, kalau ada guru yang lolos naik pangkat, berarti guru bersangkutan telah memenuhi syarat, membuat karya tulis ilmiah sebagai salah satu syarat dalam kenaikan pangkat.
Kendati demikian lanjutnya, para guru serta seluruh peserta workshop ini sepaya mengikuti paparan materi dari nara sumber. Kesempatan emas ini supaya dimanfaatkan dengan baik, serius dan sering-sering berkomunikasi. Sehingga tidak menutup kemungkinan, di Lobar akan muncul penulis-penulis handal dan profesional.
Lebih lanjut dikemukakan Ilham, kemampuan menulis ini yang dinilainya sangat langka. Tidak saja pada guru, peserta didik, bahkan kepala sekolah pun masih ada yang belum bisa menulis. Kelemahan yang dinilai paling pundamental ini, menurut mantan Kasek SMAN 1 Lembar ini tidak tahu sebabnya, apakah karena kesalahan sistem kurikulum pendidikan. Hal ini tidak terjadi hanya di Lobar saja, tetapi secara nasional masih bisa terjadi.
Diharapkan, untuk mempertajam kegairahan menulis, hendaknya anak didik sudah dibiasakan gemar membaca dan menulis sejak dini. Apa pengalaman-pengalaman nyata yang dihadapi setiap saat dalam mata rantai kehidupan mereka, semua itu dilatih dituanghkan dalam bentuk tulisan. Harapannya, pada saat libur panjang saat ini, anak mestinya diberikan tugas menulis, apa pengalaman mereka selama libur. Semuanya dituangkan dalam bentuk sebuah tulisan. Hal ini yang kadang tidak dibiasakan oleh guru kepada anak didik, dampaknya, kemampuan anak didik dalam menuangkan gagasan menulis menjadi sangat lemah. “Ada guru yang mampu bicara luar biasa, tapi kalau diminta apa yang dibicarakan dituangkan dalam bentuk tulisan,mereka tidak bisa,” kritik Ilham.
Di sisi lain, Pipiet Senja dalam paparan materinya menyampaikan, semua orang bisa menulis. Tetapi tidak asemua orang punya kesempatan untuk menulis. Karenya dia berharap, peserta workshop harus memanfaatkan kesempatan baik ini. Menurut wanita kelahiran 16 Mei 1956 ini mengaku, sejak usia 9 tahun sudah mulai menulis. Diawali dengan menulis puisi. Setiap kegiatan mernulis, wanita berhijab ini mengaku selalu membawa notes dan bopoin. Bahkan bahan tulisan juga diambil dari diary yang ditulisnya. “Kalau benar-benar jadi penulis harus ada 3M, menulis, menulis dan menulis,” bimbingnya. (L.Pangkat Ali-Pranata Humas)