GIRI MENANG –Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Lombok Barat (Lobar) tidak ingin setengah hati melakukan pemeliharaan kawasan laut dan pesisir di wilayahnya. Tahun ini mereka siap mulai melakukan pembangunan eko wisata di kawasan Eat Mayang, Kecamatan Lembar dengan dana mencapai Rp 700 juta bersumber dari DAK (Dana Alokasi Khusus) dan program CCD IFAD.
Kepala DKP Lobar Hasbullah menjelaskan, pengembangan eko wisata mangrove ini bukan hanya upaya untuk menyelamatkan mangrove namun juga sarana wisata alam yang baru dan tidak harus melulu harus ke bagian utara.
“Dana Rp 700 juta yang didapat itu mencakup pembangunan jalan di sekitar lokasi, pembangunan prasarana dan budidaya mangrove,” kata Hasbullah.
Sebagai langkah awal, Jumat (19/4) lalu DKP bersama kelompok tani masyarakat melakukan penanaman mangrove sebanyak 15 ribu bibit. Jarak tanam antara masing-masing mangrove 1,5 kilometer sehingga luas area yang bisa ditanami mencapai 2,5 hektare.
Berdasarkan data DKP, luas area mangrove di Lobar saat ini mencapai kisaran 315 hektare. Dari jumlah tersebut, 215 hektare merupakan lahan kritis. Dinas pun telah berupaya menggencarkan penanaman mangrove melalui sejumlah program. Selain di Eat Mayang Selatan, rencananya lokasi penanaman mangrove akan diperluas ke titik lain di wilayah selatan Lobar.
Terkait pengembangan eko wisata, Hasbullah menambahkan pihaknya akan bekerjasama dengan dinas terkait. seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) untuk penataan PKL di wisata kuliner serta Dinas Pariwisata untuk promosi wisata.
Sementara Ketua Kelompok Tani Nelayan Eat Mayang Selatan H. Helmy menyatakan apresiasinya atas perhatian Pemkab menyelamatkan lahan kritis mangrove di wilayahnya. Masyarakat setempat yang tergabung dalam kelompoknya pun telah membuat awiq-awiq khusus untuk menjaga kelestarian mangrove.
“Jadi di kawasan ini apabila ada oknum yang merusak mangrove atau pun melakukan penembakan burung akan dikenai sanksi,” ujarnya.
Saat ini kelompok yang beranggotakan 50 orang itu telah memiliki bibit mangrove sebanyak 150 ribu. Semua pembudidayaan dilakukan secara swadaya dibantu petugas dari DKP untuk melakukan bimbingan.
“Penanaman mangrove seperti ini sudah lama kami ingin lakukan tapi ternyata baru sekarang bisa terealisasi,” pungkasnya (Lombok Post, Rabu-24/04/2013)