Giri Menang, Selasa 14 November 2017 – Kurangnya pemahaman masyarakat tentang penggunaan obat secara benar dapat menimbulkan masalah serius bagi kesehatan. Penggunaan antibiotik tanpa supervisi dari tenaga kesehatan misalnya, membuat masyarakat kemudian membeli antibiotik secara bebas tanpa resep dokter. Akibatnya muncul masalah resistensi antibiotik.
Untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penggunaan obat secara benar, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI bekerjasama dengan Komisi IX DPR RI melalui Dinas Kesehatan (Dikes) Provinsi NTB bersama Dikes Kabupaten Lombok Barat memberikan pembekalan kepada 170 kader didampingi para apoteker yang ada di wilayah Lombok Barat, di Ballroom Hotel Aruna Senggigi, Selasa (14/11).
Para kader yang terdiri dari PNS, guru, pihak pondok pesantren, mahasiswa, pelajar dan masyarakat umum ini diberikan pembekalan sekaligus dilakukan pencanangan program Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (Gema Cermat) di wilayah Lombok Barat.
Pencanangan ditandai dengan pemukulan gong oleh Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Hj. Ermalena, bersama Direktorat Pelayanan Kefarmasian Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI, Andriyani, Apt., M.SiKasubdit Seleksi Obat dan Alat Kesehatan, Direktorat Pelayanan Kefarmasian, Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI, Dra. Andriyani, Apt., M.Si, Kepala Dikes Provinsi NTB, dr Nurhandini Eka Dew, Sp.a., Kepala Dikes Lombok Barat, H. Rachman Sahnan Putra, M.Kes.
Ermalena juga meyematkan pin kepada para apoteker terpilih sebagai agent of change (AOC) atau agen perubahan.
Gema Cermat merupakan program Kemenkes RI yang telah dimulai sejak 2015 lalu. Melalui gerakan ini, pemerintah bersama masyarakat berupaya mewujudkan kepedulian kesadaran, pemahaman dan keterampilan dalam menggunakan obat secara tepat dan benar.
Dalam sambutannya, Kepala Dikes Provinsi NTB, dr Nurhandini Eka Dewi mengaku perihatin melihat kecenderungan masyarakat dalam berobat masih menyimpang.
Menurutnya, di wilayah pedesaan masyarakat masih mengandalkan dukun daripada berobat ke puskesmas. Sedangkan masyarakat di wilayah perkotaan lebih mengandalkan melihat penyakit melalui internet dan membeli obat secara online.
“Cara masyarakat perkotaan ini lebih berbahaya daripada masyarakat pedesaan. Saya harap setelah pembekalan ini, para kader nantinya dapat menularkan ilmunya ke masyarakat,” katanya.
Maraknya obat yang dapat dibeli secara bebas ditanggapi Kepala Dikes Lombok Barat, H. Rachman Sahnan Putra. “Untuk Lombok Barat, di institusi pemerintah di mana setiap pelayanan itu harus benar-benar berdasarkan penggunaan obat secara rasional. Artinya di setiap instansi pemerintah baik itu di rumah sakit, puskesmas, klinik dan dokter-dokter praktek itu sudah ada SOP nya. Yang menjadi masalah sekarang ini adalah dengan mudahnya masyarakat mendapatkan obat di luar sehingga akses masyarakat untuk mendapatkan obat itu sangat mudah,” jelasnya.
Dirinya berharap, melalui forum diskusi semacam ini mampu menjadi metode ampuh untuk bersosialisasi agar masyarakat cerdas dalam mengunakan obat.
“Obat merupakan sarana penyembuh penyakit. Namun penggunaan obat yang tidak benar dan baik bisa menimbulkan berbagai macam efek samping dan berdampak untuk tubuh. Ini yang harus di pelajari di sini,” tegasnya. (humas)