H. Zaini: Indonesia adalah Satu-satunya Negara yang Paling Memenuhi Syarat untuk Tidak Bersatu
Giri Menang – Lombok, NTB, menjadi pilihan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) untuk dijadikan tua rumah Rapat Kerja Nasional (Rakernas) 23-24 Oktober 2012 yang lalu. Kabupaten Lombok Barat (Lobar) mengapresiasi itu dengan jamuan makan malam di taman kebanggaan masyarakat Gumi Patut Patuh Patju, Taman Narmada Selasa (23/10) yang lalu. Hadir dan memberi sambutan ucapan selamat datang saat itu Bupati Lobar, Dr. H. Zaini Arony, Ketua Umum DPP KNPI 2011 – 2014 Taufan Rotorasiko, Pangdam IX/Udayana Mayor Jendral TNI Wisnu Bawa Tenaya didampingi oleh Danrem 162/WB Kolonel Inf Zulfardi Junin, Ketua KNPI NTB Lalu Winengan, kepala-kepala SKPD, para peserta KNPI dari seluruh Indonesia, tokoh pemuda, masyarakat dan ratusan undangan lainnya.
Bupati Zaini dalam sambutannya menyampaikan bahwa sosok pemuda memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam setiap pergolakan bangsa, pada setiap perubahan peradaban pemuda selalu berada di belakangnya. Indonesia, menurut bupati, sebagai sebuah negara besar telah sekian kali bahkan berkali-kali terjadi pergolakan dalam sejarah perkembangannya dan dalam setiap perubahan dan pergantian peradaban tersebut, pemuda berada di belakangnya.
“Saya adalah pemuda di masa lalu dan anak-anak kita akan menjadi pemuda di masa yang akan datang”, ujar bupati yang juga Ketua DPD Partai Golkar NTB tersebut. Hanya secara psikologis, dikatakan Zaini, waktu yang membedakannya, tantangan-tantangan yang membedakannya.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) NTB ini selanjutnya mengatakan menjadi Indonesia itu tidak mudah bahkan sulit. “Orang Jawa saat ini sering tidak memahami kejawaannya, orang Sunda sering tidak faham kesundaannya, orang Bugis sering tidak menyadari kebugisannya, orang Sasak sering tidak bangga dengan kesasakannya. Tetapi ketika orang Sunda bertemu Jawa, orang Jawa bertemu Bugis, orang Papua bertemu orang Sasak, dan seterusnya—barulah mereka menyadari ada sesuatu yang berbeda di antara mereka,” ucap Doktor Manajemen Pendidikan alumnus IKIP (UNJ) Jakarta tersebut.
Lebih lanjut dikatakan bupati, seorang manusia, pada awalnya hidup dalam satu lokalitas etnis tertentu. Namun, ketika orang Jawa hidup di lingkungan orang Sunda di masa kecilnya maka dia akan menjadi orang Sunda sekalipun diberi pengaruh nilai-nilai Jawa dalam kekeluargaannya. Indonesia itu adalah beragam, Indonesia adalah heterogen. “Ada orang Sasak, Bali, Bugis, Minang, Jawa, Papua dan sebagainya—semua kita lahir dalam suatu lokalitas etnis tertentu namun kita bergaul dan besar dalam satu nasionalitas yang sama yaitu Indonesia. Dan pada saat yang sama kita dipengaruhi oleh nilai-nilai global,” katanya.
“Dengan kondisi demikian, apa yang seharusnya kita lakukan? Apakah akan mempertahankan nilai-nilai lokal? Ataukah mengembangkan nilai-nilai nasionalitas? Atau hanyut dalam sebuah nilai global?,” tanya bupati yang kemudian dijawabnya sendiri. Menurutnya, banyak pemikiran, ada yang berpendapat serta mengatakan persetan dengan lokalitas dan melupakan nasionalitas, ini adalah dunia global Bung!, katanya. “Kita hidup dalam satu nilai dan nilai itu berada dalam sebuah ruang bernama Indonesia. Kita ditempa dalam satu kehidupan bersama dan di sinilah kita belajar bahwa ada perbedaan dan ada persamaan,” ucap bupati bijak yang secara tersirat mengajak untuk berbuat toleran terhadap segala perbedaan..
Zaini Arony pada sore ,malam hari itu juga menyampaikan satu pernyataan menarik dari yang diungkapkan oleh John L.Einstein, seorang penulis. “Indonesia adalah satu-satunya negara yang paling memenuhi syarat untuk tidak bisa bersatu,” ucap bupati mengutip John Einstein. “Sebuah pernyataan yang merupakan tantangan –karena begitu heterogennya kita Indonesia namun kita masih bisa bersatu,” tambah bupati. Bagi bupati, perbedaan itu sebenarnya memperkaya kita. Beliau mengibaratkannya dengan pelangi “Boleh warna berbeda, ada kuning, biru, hijau bahkan merah tetapi ingatlah bahwa pelangi itu indah karena warna-warni-tidak pernah pelangi indah karena hanya satu warna,” tegas bupati mantap di tengah-tengah hadirin yang mendengarkan dengan seksama.
Bupati berharap agar Rakernas KNPI tidak hanya seremonial belaka namun bisa menjadi jati diri pemuda sekarang dan masa yang akan datang. “Mari kita hidupkan kembali sukma Indonesia melalui KNPI sehingga segala perbedaan yang kita miliki bukan menjadi pemecah belah melainkan kekayaan yang justru bisa makin memperkuat kita,” ajak bupati menutup sambutannya.
Sementara itu, Taufan Rotorasiko mengucapkan terima kasih kepada Lobar yang telah bersedia menjadi tuan rumah Rakernas KNPI. “KNPI mulai terasa lagi kebangkitannya, mulai terasa lagi kehebatanya. Dan itu berkat kerja keras semuanya,” ucap Taufan. Pangdam IX/Udayana Mayor Jendral TNI Wisnu Bawa Tenaya dalam sambutannya menghimbau agar para pemuda memegang teguh silaturrahim, agar pemuda menambah pengetahuan mengenai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemuda menurutnya harus bisa menjadi inisiator, teladan dalam membangun negara ini. (Tim Humas)