Ditengah Heterogenitas Ajak Masyarakat Membangun Lobar

Masjid Riyadul Ginan, Perumahan LA Resort Labuapi, Lombok Barat, Minggu malam (9/9-2012) menjadi lokasi terselenggaranya Halal-Bihalal Bupati Lombok Barat Dr. H. Zaini Arony, M.Pd beserta rombongan yang semula sudah lama dihajatkan, namun baru terlaksana semalam. Hadir pada kesempatan itu camat Labuapi, H. Saikhu, SE, Kadis. Pertanian tanaman Pangan Lobar, Ir.H. Khairul Bahtiar, MM, Kabag. Humas Lobar Ispan Junaedi, M.Ed, Sekretaris Baznasda Lobar dan ratusan jamaah warga perumahan LA Resort.

Kegiatan Halal-Bihalal ke masyarakat oleh Bupati merupakan kegiatan untuk lebih memperbanyak silaturrahmi. Sama halnya dengan kegiatan rutin Safari Ramadhan sebelumnya, Bupati bersama tim tetap turun ke masyarakat untuk menyambangi, bermunajah dengan masyarakatnya. Tidak lain maksudnya untuk lebih mendekatkan hubungannya dengan masyarakat Lobar. “Dari jadwal yang diatur pada safari Ramadhan lalu sebanyak 12 kali turun ke seluruh masjid di 10 kecamatan se Lombok Barat. Namun karena banyaknya masyarakat yang minta setelah direkap bersama dengan yang diluar jadwal menjadi 27 kali safari ramadhan. Belum lagi safari jumat keliling yang terus berkelanjutan kita laksanakan,” ujar Bupati mengawali sambutannya.

Bupati Lobar (Lombok Barat), Dr. H. Zaini Arony, M.Pd menyampaikan terima kasih kepada masyarakat setempat yang memberikan dukungan moril dan motivasi kepada dirinya untuk melanjutkan dan meningkatkan pencapaian keberhasilan pembangunan Lombok Barat selama ini untuk masa-masa yang akan datang yang tentu saja tidak bermanfaat bagi masyarakat Lobar, namun juga provinsi NTB pada umumnya.

Bupati mengakui masyarakat Lombok Barat khususnya merupakan masyarakat yang cukup heterogen, pluralis. Ditengah heterogenitas itulah seauatu yang wajar terjadi perbedaan. Bupati mencontohkan pelangi itu terdiri dari banyak warna tidak satu warna. Pelangi itu indah karena terdiri dari banyak warna-warni. Karena kita memiliki perbedaan itulah yang menjadikan kita indah, namun terbingkai dalam kebersaman. Dimensi vertical dan dimensi horizontal merupakan hak-hak yang melekat pada diri manudia. Dalam istilah agama disebut Hablumminalloh (hungan dengan Allah) dan hablumminannas (hubungan dengan sesama manusia).

Dimensi horizontal, terang Bupati yang dekat dengan semua kalangan termasuk para Tuan Guru ini, mengisyaratkan bahwa manusia tak bisa hidup sendirian tanpa ada engkau, tanpa ada kamu dan tanpa ada kita. Maksudnya manusia tak bisa mencapai gerbang kesuksesan atau kesejahjteraan tanpa adanya orang lain disisinya. Kita tak pernah bermakna atau menjadi bermakna tanpa orang lain.

Sayangnya ditengah heterogenitas yang terdiri dari banyak suku, Bupati mencemaskan jika saat ini banyak suku yang tak memahami kesukuannya secara benar. Tidak memahami unsur budaya, adat istiadat apalagi bahasanya sendiri tak paham diucapkannya. Kiyta semua dibentuk oleh pengalaman, lingkungan maupun budaya yang berkembang dalam ruang yang lebih luas ke-Indonesiaan, Ke-NTB-an dan terlebih lagi Lombok Barat. Allah SWT telah terlanjur menciptakan bumi ini jadi satu yang terdiri dari banyak suku, bangsa dan perilaku hidup. Kita lahir dari satu lokalitas tertentu. Namun kita bisa berkembang dan melakukan pembauran secara lebih luas yakni Indonesia dan terus meljuas kea rah globalisasi atau hubungan internasional antar Negara. Pertanyannya, apakah kita akan tetap hidup dalam lokalitas, nasional ataukah globalisasi.

Untuk diketahui, demikian Bupati, Lombok Barat dikatakan sebagai A Culture of Colour atau rona budaya yang terdiri dari banyak suku, budaya dan adat-istiadat yang menjadi penghuninya. Tidak ada satu negara modernpun yang maju karena homogen, tetapi kemajuan itu karena heterogenitas atau rona budaya tadi. Kita harus mampu pahami orang lain ditengah keberagaman dengan satu tujuan membangun Lombok Barat yang maju, mndiri dan bermartabat.Kita tak pernah keluar dari nilai etnitas, kesukuan, namun semua itu bagaimana kita bermuara dalam satu kebersamaan. Terjadinya gesekan ataupun konflik horizontal seperti banyak terjadi semuanya bermula dari tidak adanya saling memahami.

Moto pembangunan di masing-masing daerah di NTB ini memiliki karakteristik, pemaknaan yang syarat nilai budaya dan pesan mortal. Di Lombok Barat moto pembangunan Patut Patuh Patju memiiki pesan moral berupa aturan yang bersifat kognitif dan implementatif. Jika semua kita patuh dan taat terhadap aturan dan memaknai moto Patut Patuh Patju Lombok Barat dalam kehidupan sehari-hari, maka mewujudkan Lombok Barat bangkit, maju, mandiri dan bermartabat tidaklah sulit. “Dalam perspektif seperti itu mari kami mengajak segenap masyarakat Lobar untuk maju dalam kebersamaan meski gtercerabut oleh beragam warna dan perbedaan,” pesan Bupati.

Ia menambahkan, meski masyarakat Lobar yang yang heterogen, berbagai macam pilihan warna dan terdiri dari banyak suku, agama, adat-istiadat, namun persatuan, kesatuan, keharmonisan dalam mengiringi dan mensukseskan pembangunan di daerah tercinta kita ini peran serta dan dukungan seluruh masyarakat sangat diperlukan.

Pada kesempatan itu Bupati member penegasan bahwa setidaknya tahun ini atau akhir tahun ini Pemerintah Kabupaten Lombok Barat menginginkan seluruh ruas jalan di daerah ini akan dkiterangi lampu penerang jalan. Tidak ada lagi ditemukan jalanan yang gelap karena tak ada lampu penerang. Ia menyebutkan, sejumlah jalan yang akan diterangi tersebut diantaranya jalan dari jurusan Jerneng hingga Perempuan, Bengkel-Dasan tereng-Narmada. Demikian juga di sejumlah obyek wisata potensial seperti Senggigi semuanya akan diterangi listrik agar tak lagi gelap.

Demikian juga pembangunan infrastruktur jalan, Lombok Barat telah berhasil membangun jalan sepanjang 139 km yang merupakan prestasi pembangunan jalan tyerpanjang di NTB. Menjelang akhir tahun ini tengah dibangun juga jalan di enam titik, diharapkan dua tahun ke depan tak ada lagi ditemukan di Lobar jalan yang rusak.

Guna memperindah taman kota dan mempercantik kota Gerung sebagai ibukota kabupaten, Bupati menegaskan, bahwa di bundaran bay pass menuju BIL saat ini tengah dibangun monument atau bundaran air mancur yang cukup bagus dan refresentatif merupakan terbaik di NTB, bahkan diklaim nantinya sebagai bundaran yang lebih bagus dari bundaran HI Jakarta. Ditengah bundaran dimaksud akan dibangun qubah masjid yang merupakan refresentasi Pulau Lombok sebagai Pulau Seribu Masjid. Selanjutnya sebagai identitas masyarakat Lobar yang berbudaya di setiap perbatasan wilayah dengan kabupaten/kota lainnya dibangun pintu gerbang, sementara dfaerah lainnya belum melakukan hal serupa.

Dibidang lainnya seperti upaya mengangkat perekonomian masyarakat juga dibangun pasar kuliner di beberapa tempat. Guna meningkatkan sumberdaya manusia Lobar yang memiliki skil dan keterampilan khusus Lobar juga membangun sejumlah SMK berbagai jurusan seperti jurusan kelautan dan perikanan, pariwisata, kelistgrikan, otomotif, pertambangan, pertanian. Dan saat ini Lobar boleh bangga sebagai kabupaten yang memiliki SMK terbanyak di NTB. ”Semua itu kita lakukan sebagai upaya untuk mempercepat pembangunan di Lombok Barat,” pungkas Zaini.

Pada kesempatan tersebut Bupati juga menyerahkan bingkisan 10 sarung kepada pengurus masjid setempat, bantuan Alquran musaaf gumi Patut Patuh Patju dan bantuan pribadi Bupati sendiri berupa 100 sak semen untuk kelanjutan pembangunan masjid Riyadul Ginan.

Hikmah Halal Bihalal disampaikan TGH Syubki Sasaki yang pada intinya mengajak masyarakat untuk tetap membangun, menjalin hubungan silaturrahmi antar sesame. Dengan silaturrahmi yang dibangun, kehidupan dengan berbagai kesulitan akan diberikan kemudahan dalam mengatasinya. Demikian juga media silaturrahmi tersebut banyak moment yang bisa dilakukan. Diantaranya dengan memakmurkan masjid. Selalu mengisinya dengan shalat berjamaah, berbagai pertemuan syiar Islam bisa dilakukan di Masjid. Dengan demikian Masjid juga bisa dijadikan ajang silaturrahmi yang efektif untuk lebih memperkuat hubungan tidak saja dengan Allah (Hablumminalaah) tapi juga Hablumminanas (hubungan manusia). Penulis naskah: Hernawardi, Fotografer: Romi