_DSC0056Suatu sore di hari yang tak terlalu bersahabat dengan cuaca, mendung disertai rintik gerimis kecil tak menyurutkan langkah Perspektif bersilaturrahmi bersama Hamka, S. Sos yang saat ini diberi amanah oleh Bupati Lombok Barat, DR. H. zaini Arony sebagai Camat Kediri. Senyum lepas mengembang merekah bak sekuntum bunga mawar menyapa pagi hari dari seorang Kepala Wilayah Kecamatan yang satu ini. Karakter dan personifikasi Hamka memang demikian adanya, selalu ramah disertai tutur katanya yang landai dan bersahabat.


Dalam pembicaraan setengah jam lamanya itu, disamping ekspresi wajah keceriaan yang selalu mewarnai aktivitasnya sehari-hari, juga ia lega karena amanahnya mengemban tugas-tugas pemerintahan, sosial kemasyarakatan makin banyak terbantu.
Salah satunya upaya sosialisasi Pemerintah kecamatan Kediri, untuk memberikan kenyamanan, ketertiban dan penataan pedagang khususnya yang ada di sejumlah los pasar yang terbilang paling ramai di seputar Kediri tersebut, kini telah membuahkan hasil. Pasalnya rehab pasar yang lebih luas, hygenis dan tertata dengan baik sudah rampung dilakukan dan sudah dimanfaatkan oleh para pedagang sebagaimana mestinya.
Meski keluhan banyak pedagang cukup beralasan, sebelum dibangunnya pasar Kediri yang lebih memenuhi persyaratan sebagai sebuah jantung perekonomian utama masyarakat yang layak, kini sudah terjawab. “Sebelum pembangunan pasar dilakukan, pedagang banyak mengeluhkan tidak memilki los atau tempat berjualan yang nyaman. Seiringh dengan banyaknya pedagang yang muncul, terutama hari Jumat sebagai hari pasaran di wilayah setempat, pedagang sering membludak, demikian juga dengan pengunjung pasar yang makin banyak bertambah untuk bertransaksi,” buka Hamka di awal wawancaranya.
Hamka bahkan membenarkan, jika keramaian pasar terjadi pada hari_DSC0009 Jumat. Beda dengan pasar-pasar lainnya di Lombok Barat, bahkan di NTB ini, Pasar Kediri justru membludak ramai pada hari yang biasa disebut Sayyidul Ayyam tersebut. Hari Jumat di Kediri merupakan hari pasaran. Bahkan banyak pedagang yang tak tertamping di dalam pasar pada hari pasaran dimaksud, apalagi saat itu pasar baru seperti saat ini belum diperluas.
Sedikit berkisah masa lalu, menghadapi membludaknya para pedagang dan pengunjung yang semakin banyak saat pasar lama masih bertahan. Iapun bersama stafnya mengambil kebijakan dengan memanfaatkan lapangan Kediri sebagai tempat berjualan, terutama bagi para pedagang yang tidak mendapatkan tempat berjualan yang permanen.
Mantan Juru Penerang (Jupen) teladan NTB di era Departemen Penerangan saat itu memberi contoh. Diantaranya, pedagang kaki lima, pedagang ayam maupun pedagang produksi lainnya dipindahkan ke lapangan Kediri. Hal ini penting, jika tidak dikatakan terburu-buru dilakukan agar para pedagang tidak sampai meluber ke jalan raya di pertigaan Kediri yang dapat menghalangi arus lalu lintas dari Sweta, Mataram ke Lombok Tengah ataupun dari Lembar ke Lombok Tengah, Lombok Timur hingga Sumbawa, Bima. _DSC0014“Jalur ini merupakan lintas pertemuan , sekaligus penghubung moda transportasi ke segala arah,” ujarnya.
Menurutnya, meski pemanfaatan lapangan Kediri sebagai lokasi menampung para pedagang bisa dilakukan, namun menurutnya, hanya sifatnya sementara. Ia berpendapat tidak akan bisa secara terus-menerus memanfaatkan lapangan untuk menampung para pedagang.
“Namun kami bersyukur cita-cita untuk membangun pasar dan memperluas arealnya sudah terwujud dalam program revitalisasi pasar bagi Pemkab. Lobar. Selain itu dalam Rencana Strategis (Renstra) Kecamatan Kediri, ke depannya bisa dibangun terminal,”ungkapnya .
Sekali lagi ia memberi titik tekan terkait rencana pembangunan terminal dimaksud. Hal ini, mengingat posisi Kediri yang cukup strategis untuk mengakses berbagai trayek transportasi, utamanya ke lokasi Bandara Internasional Lombok (BIL) _DSC0016yang ada di Lombok Tengah. “Pembangunan shelter/terminal ini dinilai penting, tidak hanya untuk mengatur tertib lalulintas bagi kendaraan angkutan, tetapi juga ke depan diharapkan bisa memberikan nilai tambah atau kontribusi bagi PAD Lombok Barat. Kami berharap jjuga agar petugas dari Dinas Perhbungan Kominfo tetap standbay di pertigaan Kediri untuk mengatur arus lalulintas ,” kata Hamka.
Terkait dengan relokasi PKL ke lokasi lainnya seperti di Lapangan Kediri pengamatan Camat, selama ini tak menemui masalah. Beda dengan di tempat lain, seringkali dilakukan relokasi pedagang terjadi keributan, karena pedagang enggan direlokasi. Namun ia bersyukur pedagang di Kediri ini tidak memunculkan gejolak ketika direlokasi. “Hal ini terjadi karena sebelumnya Pemerintak Kecamatan Kediri lebih dini melakukan sosialisasi kepada para pedagang. Untuk itu kami sangat berterima kasih kepada para pedagang atas pemahaman dan pengertiannya terhadap penataan Pasar Kediri,” Camat menjelaskan.
_DSC0014Menyoal tentang kebersihan pasar setelah penataan Pasar Kediri ini, Hamka mengaku masih kurang terjaga dengan baik. Hal ini mengingat dalam pembangunan rehab pasar hanya membangun los pasar, Musholla dan lainnya, namun tidak diikuti oleh pembangunan Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Mestinya TPS juga harus menjadi prioritas utama, mengingat sampah yang diproduksi dari pasar terutama sampah an organik yang sulit mengurai sangat besar.
Meski demikian Camat berharap kepada para pedagang dan pengunjung untuk tetap menjaga kebersihan pasar dengan tidak membuang sampah sembarang tempat. Ia berharap instansi berwewenang seperti Kantor Kebersihan dan Pertamanan Lombok Barat bisa membantu membuatkan TPS di Pasar Kediri.
Menurutnya , data yang berhasil dihimpunnay menyebutkan, di Pasar Kediri hingga saat ini tercatat para pedagang berasal dari Kediri, gerung, Kuripan, Banyumulek. Jumlah pedagang musiman, 250 pedagang yang terdaftar, bahkan membludak jadi rubuan, terutama pedagang mjusiman yang sulit diprediksi.
Selain itu, keinginan untuk mewujudkan pembangunan shelter (terminal) di Kediri tepatnya di depan Pasar Kediri yang saat ini menjadi shelter pembayaran pajak kendaraan bermotor milik Pemprop NTB, tak pernah luput dari perhatian Hamka didukung bersama warga Kediri. Alibi yang mendasarinya yakni hingga saat ini masyarakat yang hendak bepergian ke berbagai lokasi tujuan seperti ke Lombok Tengah, Lombok Timur Bagian Selatan bisa terdistribusi dari shelter dimaksud.
“Terlebih lagi sejak dibukanya akses Bandara International Lombok (BIL), pertumbuhan ekonomi masyarakat sudah mulai Nampak, khususnya di wilayah Kediri yang memiliki akses langsung dengan jalur BIL. Saya bahkan sering menemukan kendaraan Angkutan Umum Antar Provinsi (AKAP) seperti Safari Dharma Raya jurusan Jakarta, Lombok, Sumbawa menurunkan penumpangnya di depan kantor Camat Kediri yang hendak pulang ke Lombok Tengah sampai jauh malam. Akhirnya penumpang juga banyak terlantar,” kata Hamka.
Harapan untuk membangun terminal di Kediri dengan melihat berbagai alasan tadi, menurut Camat tidaklah setengah hati. Rencana tersebut sudah diusahakan dengan usulannya ke Provinsi termasuk ke yang bersentuhan dengan pengembangan kawasan Mataram Metro, karena jalur Mataram ada yang langsung ke Kediri, Labuapi, Narmada. Hal lainnnya Kediri selama ini boleh di bilang berdenyut hingga 24 jam. Selain itu kalau dibangun terminal , maka PKL bisa direlokasi kesana.
Melihat arus lalulintas yang semakin padat saat ini, belum lagi sewaktu-waktu ada warga yang menggelar upacara adat “Nyongkolan”, sebenarnya pembukaan jalur baru dimaksud bisa mengurangi terjadinya kemacetan arus lalu lintas saat-saat ramai maupun saat warga mengadakan nyongkolan. “Jadi ada jalan alternatif lain dari Kediri menuju Labuapi- Merembu-Tengkeban hingga Montong Are. Dengan begitu nanti jika ada nyongkolan kendaraan bisa diarahkan melalui jalan-jalan tersebut,” begitu Hamka menjelaskan.
Selain itu hal menarik lainnya di Kediri, yakni adanya lampu hias yang dipasang sepanjang jalan di atas trotoar Kediri. Dengan adanya lampu hias ini Nampak kota Kediri menjadi lebih hidup terutama di malam hari. “Masyarakat merasa bersyukur dengan adanya lampu hias bertuliskan lafaz Alloh-Muhammad ini. Inilah salah satu icon Kediri sebagai kota santri,” ujarnya mengakhiri wawancara. (her)