Jika di madura ada Karapan Sapi yang menjadi salah satu aset pariwisata, Lombok juga memiliki Kegiatan serupa yakni Malean Sampi yang dikedepankan adalah kemampuan seseorang mengendalikan sapi yang dilengkapi beberapa perlengkapan. Kegiatan Malean Sampi ini biasanya diadakan Petani maupun Peternak sebelum musim tanam.
GIRI MENANG- UNDANGAN untuk menyaksikan sekaligus meliput kegiatan Malean Sampi yang akan diadakan oleh Kelompok ternak Patuh Angen dari desa Sembung Kecamatan Narmada Minggu (9/6) dalam rangka tasyakuran atas keberhasilan kelompok ternak tersebut meraih posisi ketiga provinsi tidak ingin disia-siakan. Acara ini juga digelar sebagai bentuk tasyakuran atas kades terpilih.
Kami berangkat menuju lokasi acara, jam menunjukan pukul 12.30 Wita saat sampai di desa Sembung dan disambut oleh salah seorang tetua desa. “Acaranya masih jam 2 siang nanti, sekarang kita bekelor (makan siang-Sasak) dulu dibalai pertemuan kelompok ternak,” ujarnya.
Mendekati pukul 14.00 Wita banyak warga yang lewat didepan balai pertemuan sambil membawa sapinya diiringi dan terdengar juga suara khas kesenian Lombok Ale-Ale rupanya acara Malean Sampi segera akan dimulai. Banyak anak kecil yang bermain hujan dan berlari di samping sapi-sapi cokelat besar itu.
Karena tidak mau ketinggalan acara kami langsung menuju lokasi. Sepetak sawah yang berlumpur dan tergenang akibat duguyur hujan lebat sudah disiapkan sebagai arean Malean Sampi. Walupun jalanan masih becek, antusias warga tetap tinggi untuk menyaksikkan acara ini. Orang tua, remaja sampai anak-anak dengan membawa payung mereka berbondong-bondong mendatangi lokasi gelaran Malean Sampi.
Melihat peserta Malean Sampi sudah berdatangan, panitia acara segera menginstruksikan peserta untuk membawa sapi-sapinya masuk kedalam arena. Di dalam arena 55 peserta yang hadir segera memasangkan perlengkapan ditubuh sepasang sapi mereka yang akan berlaku seperti Gau (tempat duduk joki), klotok (lonceng besar yang dikalungkan pada sapi) dan Ayuga.
Setelah seluruh perlengkapan dipasang kemudian peserta mencoba arena dengan mengitari sawah itu. Awalnya hanya pelan namun mendekati sisi sebelah barat yang dekat dengan penonton, joki memacu sapinya lebih kencang agar penonton yang berdiri di dekat arena terkena lumpur. Dan itu membuat suasana semakin semarak apalagi jika ada joki yang terjatuh dari tunggangannya.
Sumber : Lombok Post, 17 Juni 2013.