Giri Menang, Senin 18 September 2017 – Pemerintah Kabaputen Lombok Barat melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) bersama Bappeda Lombok Barat akan membangun berbagai fasilitas untuk menunjang pengembangan garam di wilayah Cendimanik Sekotong. Rencana tersebut menjadi langkah pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan di Lombok Barat (Lobar) dengan melakukan intervensi pada program garam rakyat. Rencananya, sekitar Rp. 3 – 4 miliar akan dianggarkan pada APBD tahun 2018 mendatang.
Hal itu dikatakan Kepala DKP Lobar H. Subandi bersama Kepala Bappeda H. Baehaqi saat menanggapi keluhan para kelompok petani garam usai melakukan uji coba panen garam sistem geoisolator di wilayah Dusun Beretong Desa Cendimanik Sekotong, Senin (18/9).
“Selesai uji coba panen dan melihat kondisi petani garam ini, kami langsung buat RAB. Kami akan bangunkan saluran induk, ulir, geoisolator, perbanyak meja garam. Pak bupati sendiri berkomitmen untuk program ini,” terang H. Subandi.
Selain mengembangkan program geoisolator, DKP Lobar juga mengintervensi pemberdayaan petani garam rebus. Karena dalam setahun petani garam geoisolator hanya berproduksi selama musim panas maksimal 6 bulan minimal 4 bulan. Untuk mengisi waktu para istri petani garam diberdayakan melalui sistem perebusan sebanyak 114 orang yang bergerak di sektor ini.
“Kami juga harapkan selain ASN, garam juga bisa masuk ke Alfamart dan Indomart supaya tetap mendapatkan harga yang layak dan pemasaran yang pasti,” jelasnya.
Sementara itu Kepala Bappeda Lobar Dr. H.Baehaqi menambahkan, program garam ini merupakan kabijakan dari bupati untuk meningkatkan aspek pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
“Program ini untuk bagaimana mengakselerasi penurunan kemiskinan,” tegas Baehaqi.
Melalui program ini, Pemda jelasnya mendorong pemberdayaan masyarakat karena berbicara ekonomi kerakyatan kuncinya adalah pemberdayaan masyarakat.
Sebelumnya, Mahyudin selaku Ketua kelompok petani garam Beretong Bangkit menyampaikan, kualitas garam yang dihasilkan cukup bagus sehingga banyak pembeli tertarik. Namun dikatakannya, saat ini produksi garam agak menurun. Disebutkan, produksi garam dalam sekali panen tahun 2015 lalu perpetak sebanyak 7 ton namun saat ini agak menurun sedikit sekitar 5-6 ton per petak.
Menurutnya, menurunnya produksi dikarenakan air untuk memproses garam terlambat lantaran terkendala tidak punya tempat penampungan air. Sehingga para petani pun menunggu air pasang.
Dirinya berharap, rencana Pemkab Lobar untuk memfasilitasi produksi garam yang disusun Bappeda dan DKP Lobar dapat meningktkan produksi para kelompok petani garam. (Humas Lombok Barat)