peserta pelatihan jasa kulinerKadis Pariwisata Lobar, Gde Renjane minta kepada pengelola jasa kuliner di Lobar agar menciptakan menu alternatif yang berkualitas dan khas Lobar. Makanan khas yang dimiliki Lobar cukup banyak tapi masih belum dimunculkan. Contohnya Sate Bulayak, Ebatan, Ares dan Rebong. Makanan ini cukup lezat, hanya sayangnya belum menjadi brand.

“Target tahun ini kita harus bisa ciptakan brand. Entah itu namanya Sate Bulayak Narmada, Ebatan Giri Menang ataupun Pelalah Labuapi,” ujar Gde Renjane saat membuka pelatihan peningkatan manajemen jasa wisata kuliner, kemarin (2/6) di Senggigi.

Selama ini, ujar Renjane, brand yang kita dengar antara lain untuk ayam goreng adalah Ayam Taliwang, padahal yang bikin orang Sasak. “Begitu pula sate yang jadi brand adalah sate Madura, padahal yang bikin amaq Ari,” kelakarnya.

Menciptakan brand makanan khas Lobar haruslah tetap dengan menjaga kekhasannya, yaitu rasa agak pedas. Selain itu variasi harus terus dikembangkan agar jangan membosankan. Sebab selama ini bentuk makanan khas kita dari dulu seperti itu-itu juga.

Renjane juga mengingatkan selain variasi, masalah higienitas juga dirasa masih kurang. Misalnya di area dapur ataupun tempat berdagang, kadang kurang bersih. Ini yang nantinya menyebabkan tamu enggan untuk datang lagi. Untuk itu diharapkan agar pengelola jasa kuliner dapat menjaga kebersihan.

“Tempat tidak perlu mewah, yang penting bersih. Kalau tamu puas, besok ia akan kembali lagi dengan mengajak keluarga atau temannya,” lanjutnya.

Lebih lanjut dijelaskan, dalam memasarkan ada 4P yang harus diperhatikan yaitu Price (harga), Product (produksi), Place (tempat), dan Promotion (Promosi). Harga harus sewajarnya, tidak dimahal-mahalkan. Begitu pula produksinya harus menarik, tempat harus bersih dan strategis serta promosi harus gencar dilakukan.

Perlunya membenahi masalah kuliner ini mengingat salah satu kebutuhan wisatawan adalah makanan. Saat ini trend kunjungan wisatawan terus meningkat. Kontribusi pariwisata saat ini tertinggi yakni 26 persen, sedangkan pertanian 24 persen. “Target tahun ini pariwisata bisa memberikan kontribusi 28 persen,” pungkas Renjane.