Inovasi, kreatifitas, metodolgi, trobosan dan entah apa namanya yang sepadan harusnya menjadi support kinerja bagi sebuah organisasi yang muaranya pada pelayanan kesejahteraan dan kemaslahatan masyarakat perlu untuk terus didukung. Untuk sebuah inovasi ataupun lompatan bagi sebuah organisasi tidak perlu jauh-jauh member contoh. Puskesmas Labuapi, Lombok Barat misalnya, patut dihargai bahkan diberi nilai tambah karena progressif memberikan pelayanan dasar di bidang kesehatan yang belum pernah dilakukan Puskesmas sebayanya di Lombok Barat, bahkan di seantero provinsi NTB sekalipun.
Bagaimana tidak spesifik, umumnya pelayanan kesehatan di peruntukkan bahkan diutamakan bagi masyarakat umum, namun yang dilakukan Puskesmas Labuapi dibawah komando H. Sahroji, SE, SKM, MM justru berbeda. Tanpa mengabaikan, apalagi membeda-bedakan pasien umum (normal) dari sisi fhisik, pasien dengan penyandang penderita disabilitas juga turut menjadi perhatian dan skala perioritas pelayanan dasar kesehatan.
Belum lama di bulan Oktober 2015 lalu Puskesmas Labuapi merintis, jika tak dikatakan melauncing Puskesmas Labuapi Menuju Puskesmas Cinta Difabel di kantor Desa Bagik Pola Barat. Kegiatan ini sebagai wujud sosialisasi dan bentuk layanan puskesmas Inklusi yaitu dengan menyatakan bahwa Puskesmas Labuapi adalah salah satu Puskesmas cinta difabel. Kegiatan sosialisasi ini terlaksana berkat kerjasama Puskesmas Labuapi dengan PPPD (Pusat Pengembangan Potensi Disabilitas) di desa Bagek Polak Barat yang di fasilitasi oleh mahasiswa STIKES Mataram program profesi angkatan 10B 2015.
Sejumlah institusi kesehatan hadir saat itu baik dari kabupaten, provinsi ataupun jajaran Puskesmas Labuapi. Tentu saja masyarakat penderita disafebl se-Kecamatan Labuapi hadir untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baginya sangat bermakna bagi perjalanan hidupnya atas kepedulian Puskesmas yang sudah ditetapkan sebagai Puskesmas BLUD ini.
Ka. Puskesmas Labuapi, H. Sahroji berpandangan, guna mewujudkan sumberdaya manusia yang sehat, fhisik, mental dan social serta produktivitas yang optimal, Puskesmas yang bersebelahan dengan SMKN 1 Labuapi ini melakukan upaya-upaya pemeliharaan dan peningkatan kesenhatan secara terus-menerus baik kepada meraka yang normal ataupun pada mereka yang dengan latar belakang keterbatasan fhisik (difabel).
Menurut H. Sahroji dari data yang dimiliki Pusat pengembangan Potensi Disabilitas (P3D), Kecamatan Labuapi, tercatat sebanyak 200 orang dengan keterbatasan. Jumlah ini cukup besar sehingga Puskesmas Labuapi merasa berkewajiban dan terpanggil untuk memberikan pelayanan yang memadai dan komprehensip kepada mereka yang dengan keterbatasan (difabel).
Tujuan dirintisnya Puskesmas Difabel ini, jelas Sahroji, terwujudnya kesehatan fhisik, mental dan sosial serta produktivitas yang oftimal bagi penyandang difabel. Secara khusus bertujuan, mempererat tali persatuan dan persaudaraan antara pemberi pelayanan dengan penyandang difabel, meningkatkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan dalam kemandirian kesehatan dan terpenuhinya hak-hak penyandang difabel dalam pelayanan kesehatan.
Adapun pelayanan kesehatan yang bias dimanfaatkan oleh penyandang difabel menurut fungsinya, kata Sahroji menambahkan, yakni pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), pelayanan Puskel (Puskesmas Keliling), Pelayanan Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Pelayanan POSBINDU (Pos Pembinaan Terpadu), Pembinaan Kelompok dengan Kebutuhan Khusus. Pelayanan kesehatan ini untuk membantu penyandang difabel dalam meningkatkan pengetahuannnya dalam bidang kesehatan. Pelayanan kesehatan ini bertujuan untuk mendekatkan pelayanan kepada penyandang difabel dan diadakan setiap bulan di Sekretariat P3D di Desa Bagik Pola Barat, Labuapi. (her-humas)