Giri Menang, Selasa 31 Desember 2019 – Refleksi akhir tahun diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat (Lobar) dalam rangka melepas tahun 2019 dan menyambut tahun 2020. Dalam acara yang berlangsung di Aula Utama Kantor Bupati, Selasa (31/12), berbagai kritikan dan masukan masyarakat diterima bupati. Beberapa hal yg menjadi masukan yaitu persoalan sampah, aset yg belum bersertifikat, infrastruktur jalan, promosi wisata, banyaknya bangunan berbeton, dan lain-lain.
Selain bupati, hadir sebagai narasumber yaitu Dr Basuki Prayitno dari Universitas Mataram yg membahas tentang aspek ekonomi. Ada juga Adhar Hakim dari Ombudsman RI Perwakilan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yg berbicara tentang bagaimana upaya Lombok Barat meningkatkan layanan publik. Dr Baehaqi, Sekretaris Daerah Lobar menyampaikan secara singkat program-program pembangunan Lobar berikut capaiannya. Ketua DPRD lobar, Hj Nur Hidayah yg menekankan perlunya kebijakan yg menyentuh masyarakat. Pembicara lainnya dari unsur ulama yaitu TGH Muharrar Mahfudz yg menekankan perlunya menangani persoalan sampah karena kebersihan merupakan perintah agama.
Selain menampung masukan untuk menjadi perbaikan tahun 2020, bupati juga menegaskan pentingnya dukungan dan kesadaran masyarakat. Yang sering jadi persoalan, kata bupati, adalah kurangnya dukungan dari masayarakat. Persoalan aset di Desa Jagaraga, misalnya, pemerintah yg disalahkan, dan bukannya orang yg menjual. Lebih parah lagi, sambung bupati, kalau pemerintah digugat, pemerintah malah diolok-olok.
“Salah satu kesulitan kami di pengadilan adalah mencari saksi, jarang ada masyarakat yg mau jadi saksi, padahal itu yg paling menentukan menang atau kalah, ” ujarnya. Dalam kesempatan yg juga dihadiri sejumlah tuan guru itu bupati memohon bantuan mereka agar membantu memberikan arahan kepada masyarakat.
“(bahwa) mengambil yg bukan hak itu haram luar biasa,” tegas bupati.
Demikian juga dalam hal pengelolaan sampah. Bupati mengatakan tahun 2020 akan dibangun 7 tempat pengolahan sampah dengan konsep 3R (reduce, reuse, dan recycle). Dan hal ini, lagi-lagi kata bupati, membutuhkan dukungan dan kesadaran masyarakat.
“Tidak akan menyelesaikan apa-apa tanpa kesadaran masyarakat, ” ungkapnya.
Dicontohkan bupati, lalat hitam di Lingsar mampu menghancurkan 7 ton sampah rumah tangga perhari, tapi baru bisa ditangani 500kg saja perhari.
“Petugas kita hanya mampu memilah segitu, kalau saja masyarakat sadar dan mau memilah, ” harap Bupati Fauzan. Namun demikian, kata bupati, semua masukan direkam oleh TV9 untuk menjadi dokumen Pemerintah Lombok Barat untuk perbaikan ke depannya.