Giri Menang, 1 Februari 2018 – Setelah sukses meraih predikat RSUD Paripurna atau Bintang Lima, Rumah Sakit Umum Daerah Patut Patuh Patju (Tripat) Lombok Barat (Lobar) semakin bersemangat meningkatkan tipe, dari C menjadi RSUD Tipe B.
Hal itu diawalinya dengan melakukan study banding ke RSUD KRMT. Wongsonegoro di Semarang, Kamis (1/2/2018).
Direktur RSUD Tripat, Drg. Arbain Ishak Drg membawa beberapa staff dan dokternya untuk melakukan kajian persiapan menuju peningkatan tipe tersebut.
“Kami serius mengkaji kemungkinan bisa meningkatkan tipe karena juga akan meningkatkan kualitas pelayanan ke masyarakat,” ujarnya.
Bentuk keseriusan direktur itu dibuktikannya dengan mampu mengadvokasi hal itu dengan melibatkan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Lobar dalam kegiatan study banding ke RSUD milik Pemkot Semarang Provinsi Jawa Tengah ini.
Tim Study Banding RSUD Tripat bahkan langsung dipimpin oleh Sekretaris Daerah Kab. Lobar, H. Moh. Taufiq yang membawa Kepala Bappeda, Kepala BPKAD, dan beberapa pejabat lainnya.
Mereka diterima langsung oleh Direktur RSUD KRMT. Wongsonegoro, Dr. Susi Hernawati, M. Kes, Kepala Bagian Pelayanan Dr. M. Abdul Hakam, dan para tenaga dokter serta para medik di BLUD yang mengelola anggaran tidak kurang dari 9 milyar itu.
Susi cukup antusias menerima tim RSUD Tripat, apalagi dengan kemampuan jajaran Tripat untuk mengikutkan TAPD dalam kunjungan mereka.
“Rumah Sakit ini memiliki banyak fasilitas. Ruang inap lebih dari 300 ruang yang di dalamnya terdapat president suit room, vvip, vip, ruang kelas 1 sampai 3,” papar dokter yang dikenal dekat dengan para bawahan dan mitranya.
Jumlah fasilitas rawat inap menjadi kunci utama karena untuk menjadi tipe B, sebuah RSUD minimal memiliki 200 ruang inap.
“Saat ini kita baru punya 120 ruang inap. Masih kurang banyak untuk bisa naik tipe,” aku Arbain.
Dokter Gigi asal Lembuak ini pun mensyaratkan hal-hal pokok yang akan mereka pelajari selama study banding ini.
“Kita juga sengaja mengajak beberapa dokter spesialis agar mereka bisa membantu kita dalam penghitungan remonerasi bagi para dokter,” tutur Arbain.
Setelah mendapat paparan umum oleh Dr. M. Abdul Hakam, rombongan pun dibagi dalam tiga kelompok kajian di mana kelompok satu langsung dipimpin oleh Sekda Lobar H. Moh. Taufiq yang didampingi oleh Direktur RSUD Kota Semarang itu untuk berkeliling menyaksikan langsung kondisi fasilitas di RS yang memiliki 400an tenaga medis dan 700an tenaga para medis dan non medis itu.
Taufiq cukup kagum dengan temuannya, namun memaklumi setelah tahu APBD Kota Semarang.
“APBDnya saja sudah besar, lebih dari 4 trilyun. Jauh dibandingkan kita yang hanya 1,7 Trilyun,” ujar lirih Taufiq.
Namun dengan komitmen yang tinggi, ia optimis bahwa RSUD Tripat mampu meningkatkan kualitas layanan dan tipenya walau minim anggaran.
“Apa yang tidak bisa kita lakukan kalau kita bergotong royong? SAKIP saja kita sudah dapat B walau dengan minim anggaran,” pungkas Taufiq dengan optimis.
Ia pun menekankan agar RSUD Tripat membawa hasil positif dalam Study bandingnya.
“RSUD harus menyusun langkah rinci untuk mencapai tipe B. Meski perlu waktu, tapi hasil study ini dapat diamati, ditiru, dan dimodifikasi,” pungkasnya.