Keberhasilan Bupati Zaini Arony Meraih Penghargaan Satu Miliar Pohon Indonesia

Oleh Muhammad Busyairi

Staf Humas Pemkab Lombok Barat

Akhir 2011 yang lalu, Bupati Lombok Barat (Lobar) Dr. H. Zaini Arony, M.Pd., menerima satu penghargaan yang prestisius, yaitu anugerah dari Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono (SBY) sebagai bupati yang berhasil menjadikan kabupatennya salah satu dari tiga kabupaten terbaik dari tidak kurang 497 kabupaten/kota yang ada di Indonesia yang mendukung program Satu Miliar Pohon Indonesia (One Billion Indonesian Trees). Prestasi yang tentunya membanggakan masyarakat Lobar khususnya. Ibarat nakhkoda sebuah kapal yang bernama Lombok Barat, Bupati Zaini berhasil menggerakkan penumpangnya untuk melepas benih-benih ikan yang berguna untuk kelanjutan hidup generasi mendatang. Ya, apa yang diraih oleh Bupati Zaini mungkin hanya 1 “buah” awal yang dipetiknya bagi keharuman nama Lombok Barat. “Buah-buah” selanjutnya akan terlihat InsyaAllah 10 atau 20 tahun mendatang dari yang apa yang ditanamnya sekarang bersama masyarakat Bumi Patut Patuh Patju.

Sebagaimana kita ketahui dan kita rasakan, bumi sekarang ini mengalami iklim, musim, dan cuaca yang sering tak menentu, bumi sudah banyak mengalami kerusakan. Yang terutama disebabkan oleh manusia sendiri yang mengelola bumi. Mengeruk alam, membabat hutan tanpa peduli dengan keseimbangannya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Rum Ayat 41yang artinya “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah menjadikan mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan merekas, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Dalam sebuah film berjudul Apocalypto, yang menceritakan tentang kehidupan Suku Maya di Kanada, sebuah Suku yang meramalkan dunia akan berakhir pada akhir 2012, ada satu pembicaraan yang menarik ketika seorang tetua adat berdongeng kepada warga dan anak-anak. Suatu ketika manusia bercakap-cakap dan meminta dari apa-apa yang dimiliki bumi, dan bumi menyuruh mengambil apa yang dibutuhkan. Lalu manusia meminta lagi dan bumi kembali memberi. Namun manusia terus meminta lagi dan lagi sampai akhirnya bumi mengatakan “tidak ada lagi yang bisa kuberikan padamu, semuanya telah kuberikan”. Ketidakseimbangan antara apa yang diambil dari alam dan apa yang kita berikan kepada alam pada akhirnya akan menimbulkan bencana alam.

Saat ini bumi telah sedang mengalami apa yang disebut pemanasan global (global warming). Atmosfer sedang mengalami perubahan sejalan dengan penambahan gas rumah kaca terutama karbon dioksida, metan dan asam nitrat.  Gas rumah kaca ini sebenarnya menyebabkan suhu udara di permukaan bumi menjadi lebih nyaman sekitar 15°C. Tetapi permasalahan akan muncul ketika terjadi konsentrasi gas rumah kaca pada atmosfer bertambah. Sejak awal revolusi industri, konsentrasi karbon dioksida pada atmosfer bertambah mendekati 30%. Penambahan tersebut telah meningkatkan kemampuan menjaring panas pada atmosfer bumi yang terutama disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil dan kegiatan manusia lainnya sehingga meningkatkan CO2. Sepanjang seratus tahun ini konsumsi energi dunia bertambah secara spektakuler. Sekitar 70% energi dipakai oleh negara-negara maju; dan 78% dari energi tersebut berasal dari bahan bakar fosil. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan yang mengakibatkan sejumlah wilayah terkuras habis dan yang lainnya mereguk keuntungan. Suhu global meningkat sekitar 5 derajat C bahkan lebih. Permukaan es di kutub utara makin tipis.

Penggundulan hutan, yang melepaskan karbon dari pohon-pohon menghilangkan kemampuan untuk menyerap karbon. Selain itu, sejak Perang Dunia II jumlah kendaraan bermotor di dunia bertambah dari 40 juta menjadi 680 juta; kendaraan motor termasuk produk manusia yang menyebabkan adanya emisi CO2 pada atmosfer. Selama 50 tahun kita telah menggunakan sekurang-kurangnya setengah dari sumber energy yang tidak dapat diperbaharui dan telah merusak 50% dari hutan dunia. Indonesia sendiri disebut sebagai salah satu paru-paru dunia, memiliki hutan terluas ke-5 di dunia atau mencapai 130 juta Ha yang merupakan 70% dari luas Indonesia. Jadi luas Indonesia yang dihuni hanya 30%. Berdasarkan data dari State of World Forest dan FAO, hutan Indonesia menduduki urutan ke-2 hutan terparah kerusakannnya yaitu 42 juta Ha hutan Indonesia sudah tidak berpohon alias gundul.

Manusia dan spesies lainnya di planet ini sudah menderita akibat perubahan iklim. Proyeksi ilmiah menunjukkan adanya peluasan dan peningkatan penderitaan, misalnya, tekanan panas, bertambah dan berkembangnya serangga yang menyebabkan penyakit tropis baik di utara maupun selatan khatulistiwa. Juga adanya rawan pangan yang makin meningkat.

Kerusakan hutan (deforestasi) juga memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat dan lingkungan alam di Indonesia. Kegiatan penebangan yang mengesampingkan konversi hutan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan yang pada akhirnya meningkatkan peristiwa bencana alam, seperti tanah longsor dan banjir dan menciptakan lubang-lubang pada lapisan ozon (O3) yang berfungsi menahan radiasi sinar ultraviolet yang berbahaya bagi kehidupan di bumi. Melalui lubang-lubang itu sinar ultraviolet akan menembus sampai ke bumi, sehingga dapat menyebabkan kanker kulit dan kerusakan pada tanaman-tanaman di bumi. Dengan demikian, pohon merupakan sesuatu yang esensial dalam kehidupan, baik manusia maupun mahluk lainnya. Selain mengurangi efek rumah kaca, adanya pohon juga bisa meningkatkan kualitas tanah, membersihkan udara yang kita hirup, mengatasi udara yang kering dan panas, mengurangi stress, mengurangi polusi suara, menghasilkan angin sepoi-sepoi dengan gesekan dedaunan, dan memetik buah-buahan apabila pohon yang ditanam menghasilkan buah yang bisa dimakan.
Penanganan Hutan Gundul di Lombok Barat

Data pada 2005 menyebutkan luas hutan di Kabupaten Lombok Barat  mencapai 37 ribu Ha, 40 persen atau sekitar 16 ribu Ha di antaranya dalam kondisi kritis. Pemda Lombok Barat telah berusaha meminimalisasi kerusakan dan melakukan penghijauan kembali melalui  berbagai upaya berupa penanaman kembali (reboisasi) maupun dengan meminimalisasi penggunaan kayu. Penghargaan yang diterima Bupati Zaini Arony tidak terlepas dari upayanya bersama masyarakat Lombok Barat melakukan penanaman kembali. Sehingga di wilayah yang sekecil Lombok Barat bisa mencapai angka tanam hingga 5.440.556 juta pohon. Ditargetkan 2011 ini mencapai 5.618.040 pohon. Selain melakukan penanaman di kawasan hutan Sesaot dan Gunung Sasak, ada beberapa program yang telah ditempuh guna memacu penanaman pohon yaitu pertama Reboisasi melalui program Pohon Pengantin (Wedding Trees). Sejak tahun 2003, setiap pengantin yang terdata di KUA Lobar diwajibkan menanam dua bibit pohon sebagai bagian dari kampanye penyelamatan hutan setelah akad nikah. Para pengantin disiapkan lokasi khusus untuk menanam bibit pohon seperti sengon, nangka dan mahoni. Teknisnya, pengantin diwajibkan menanam di pekarangan rumah jika mereka mempunyai pekarangan yang kosong, atau di pinggir jalan bagi yang tidak mempunyai pekarangan yang cukup. Program yang sudah dimulai cukup lama itu makin semangat dengan Instruksi Bupati Nomor V Tahun 2010 yang memerintahkan penanaman Pohon Pengantin. Pada Pekan Nasioanal (PENAS) 2011 baru-baru ini, stan Lombok Barat berhasil menjadi juara 1 dalam bidang agroforestry di Kalimantan disebabkan karena keunikannya yang memiliki program Pohon Pengantin.

Kedua, Sekolah Hijau (Green School) melalui wawasan wiyatamandala. Pemda Lobar bekerja sama dengan setiap sekolah di mana setiap siswa baru yang masuk sekolah diharuskan membawa bibit pohon untuk ditanam. Ketiga, melalui Perda Jasa Lingkungan. Peraturan Daerah (Perda) Pemerintah Kabupaten Lombok Barat Nomor IV Tahun 2007 tentang Retribusi Jasa Lingkungan bagi masyarakat hilir pengguna air PDAM Menang-Mataram adalah untuk mengakomodasi aspirasi masyarakat di sekitar hutan lindung Sesaot, Kecamatan Narmada, yang menuntut kompensasi karena wilayahnya dijadikan sebagai daerah tangkapan air oleh PDAM Menang-Mataram. Dana tersebut  dipungut dari pembayaran rekening air PDAM Menang-Mataram. Perda tersebut mengatur bahwa75% dana jasa lingkungan yang terkumpul akan dikembalikan ke alam untuk mendukung kegiatan konservasi, rehabilitasi dan penguatan kegiatan konomi masyarakat sekitar hutan dan pesisir, sedangkan 25% akan dialokasikan bagi pembangunan infrastruktur yang akan dilakukan oleh pemerintah daerah. Tahun 2010 saja sekitar Rp300 juta dana konpensasi telah disalurkan bagi masyarakat sekitar kawasan hutan lindung Sesaot, yakni Desa Sesaot, Lebah Suren dan Batu Mekar. Selain menanam pohon, Pemda Lobar juga mendukung upaya-upaya untuk mengurangi penggunaan kayu yang dalam hal ini bersifat pencegahan. Di antaranya melalaui penggalakan penggunaan Biogas Rumah (Biru) dan penggunaan baja ringan.

Bupati Zaini terus menggalakkan penanaman pohon. Apa yang diraihnya bukan karena memberikan laporan ke pusat tapi mungkin melalui pantauan satelit atau pengawas tertentu, di mana Lobar telah berhasil menama lebih dari 5 juta pohon. Beberapa waktu yang lalu, saat mengadakan Jambore Guru di Hutan Lindung Mahoni Aik Nyet Sesaot (11/11) Bupati bersama para guru menanam 4000 pohon. Beberapa hari setelah mendapat penghargaan Bupati Zaini beserta guru dan siswa-siswa seputar Gunung Sasak juga kembali memenuhi lereng gunung untuk menanam 4000 pohon (2/12) dan menanam 4000 pohon di Lebah Sempage Narmada (7/12). Selain itu dia juga memerintahkan 10 kecamatan yang ada untuk menanam masing-masing 1 juta pohon. Bahkan istilah satu orang satu pohon (One Man One Tree) pun akan ditingkatkan menjadi satu orang sepuluh pohon (One Man Ten Trees). Setiap satu orang wajib menanam 10 pohon. Tentu saja bukan hanya menanam yang akan dilakukan, tetapi harus ada tindak lanjut yaitu pemeliharaan. Ini dimaksudkan agar apa yang ditanam, jutaan pohon yang sudah ditanam benar-benar bisa tumbuh dan hidup. Dan kalau itu terjadi, maka wajah generasi Lombok Barat 20 tahun ke depan akan segar karena tidak kekurangan oksigen. Mari bersama Bupati Zaini Arony kita menanam sebagaimana sebuah penjelasan yang mengatakan “tanamlah sebatang pohon meskipun kamu tahu hari esok akan kiamat”. ***