Giri Menang, Senin 18 Februari 2019 – Pantas saja Sekretaris Daerah Kabupaten Lombok Barat, H. Moh. Taufiq kecewa. Nada suaranya meninggi karena realisasi percepatan pembangunan Rehabilitasi dan Rekonstruksi rumah-rumah yang rusak akibat bencana gempa bumi belum mencapai hasil yang maksimal.

“Mestinya setiap kita membahasnya, progresnya akan maju. Ini kok sangat lamban?,” tanya Taufiq sengit saat mendengarkan paparan kondisi akhir penanganan rumah warga korban gempa.

Sebelumnya, Sekretaris Dinas Perumahan dan Pemukiman Lombok Barat, Suryakin menuturkan alasan mengapa proses rekonstruksi sangat lamban.

“Pokmas (Kelompok Masyarakat, red) yang sekian banyak ini masih melakukan tarik ulur,” sanggah Suryakin.

Banyak anggota Pokmas, tambah Suryakin, kadang belum sepakat mau membangun rumah tahan gempa yang jenis apa.

Sebelumnya saat rapat koordinasi dengan fasilitator, banyak kendala lain ditemukan. Tidak hanya karena jenis rumah yang akan dibangun, namun keterbatasan aplikator dan panel untuk rumah instan (risha, red), rumitnya pencairan, dan keterlambatan perekrutan fasilitator juga menjadi alasan lambannya realisasi rehab/ rekon itu.

Masih oleh Sekretaris Daerah.
“Kita tidak ingin hanya sekedar jawaban semua selesai tuntas, namun jelas targetnya. Ini kan semua jadi meleset?,” ketus Taufiq kecewa.

Di kesempatan yang sama, Pelaksana Harian (Plh) Bupati Lombok Barat Hj. Baiq Eva Nurcahya Ningsih pun menilai kondisi tersebut berdasarkan kondisi pelayanan satu atap.

“Masyarakat seperti masih bingung dan mencari aplikatornya. Meja aplikator tidak berpenghuni,” ujar Eva tajam.

Menurut Eva, bila aplikator tersedia, maka proses pendebetan dari rekening per seorangan ke rekening Pokmas dan realisasi pencairan bisa langsung dilakukan.

Sampai dengan berlangsungnya Rapat Pimpinan di Aula Kantor Bupati Lombok Barat di Gerung, Senin (18/2), kondisi rumah yang sudah tuntas sebanyak 60 unit dan sedang finishing sebanyak 260 unit.

Jumlah itu masih jauh dari jumlah yang sesungguhnya rusak, baik rusak berat, sedang, maupun rusak ringan.

Berbeda dengan kondisi progres keuangan yang sudah ditransfer ke rekening warga, hampir seluruh rekening warga sudah terisi sesuai jenis kerusakan. Sesuai hasil verifikasi, terdapat sebanyak 72.222 rumah yang rusak, namun yang terisi rekeningnya hanya 72.220 rekening. Selisih 2 orang ini, berada pada data rusak sedang dan rusak ringan.

“Selisih ini memang karena orangnya tidak ada,” terang Sekretaris BPBD Kabupaten Lombok Barat, Ernawati.

Kata Erni, pihaknya mengusulkan kebutuhan dana sebesar Rp.1,4 Triliun lebih, namun yang terealisasi ke rekening baru mencapai Rp.1,130 triliun lebih.

Rinciannya, untuk kategori rusak berat sebanyak 13.942 unit dengan jumlah bantuan sebesar Rp. 50 Juta/ rumah. Sedangkan untuk rumah rusak sedang senilai Rp.25 juta/ rumah sebanyak 13.563 unit. Jumlah tersebut sudah 100% warga menerimanya dengan nilai sebesar Rp. 316 Milyar lebih.

Sedangkan hasil dari progres percepatan pelayanan satu atap yang berlangsung di Narmada, kata Erni, sampai 15 Februari 2019, progres untuk percepatan rehab/ rekon rumah rusak berat yang sudah ditempati oleh masyarakat ada 60 unit Risha dan proses finishing sebanyak 260 unit.

“Yang lainya seperti Riko, Risba, dan sebagainya masih dalam proses,” jelas Ernawati. (Humas Lobar)

SEKDA KECEWA REALISASI RAHAB/ REKON DI LOMBOK BARAT LAMBAN