GIRI MENANG — Ujian nasional (UN) SMA/sederajat yang kini hanya menjadi pemetaan ternyata tidak menjamin satuan pendidikan tidak melakukan praktik kecurangan. Buktinya di salah satu madrasah aliyah (MA) di Lombok Barat, siswa kedapatan memiliki kunci jawaban saat mengerjakan soal UN.
‘’Kami sudah menginterogasi anak ini. Ternyata, kunci jawaban tersebut diberikan gurunya,’’ kata salah seorang pengawas ruang UN di Lombok Barat Muharrar Iqbal, kemarin (16/4).
Dikatakan, meski soal UN sudah dipacking, tidak menutup kemungkinan terjadi kebocoran. Pendistribusian soal UN ke kabupaten/kota, semestinya tahun ini tetap disimpan di Polsek masing-masing kecamatan. Sehingga kerahasiaannya bisa terjamin.
Muharrar mengungkapkan pola UN yang tak lagi menjadi penentu kelulusan bukan berarti pengawasan harus kendor. Artinya, pendistribusian naskah soal UN tetap dilakukan seperti tahun sebelumnya. Yakni ketika UN tetap menjadi penentu kelulusan.
‘’UN tak lagi menjadi penentu kelulusan jangan sampai pengawasan kendor,’’ terang pria yang juga menjadi Ketua Pemuda Muhammadiyah ini.
Kata Iqbal, beredarnya kunci jawaban pada setiap pelaksaaan UN tak bisa dihilangkan. Karena satuan pendidikan akan berlomba-lomba agar nilai siswanya tinggi sehingga berimbas pada prestise sekolah.
Guru menurutnya, kemungkinan menyebarkan kunci jawaban agar sekolahnya tetap memiliki image baik. Terlebih jika hasil UN tinggi, sehingga membuat masyarakat mempercayakan anaknya ke sekolah tersebut.
‘’Bisa saja sekolah itu ingin mengejar dana BOS (bantuan operasional sekolah) dengan jumlah siswa yang banyak,’’ katanya.
Pada UN, Iqbal menyimpulkan mental penyelenggara pendidikan belum siap. Mereka menghalalkan segala cara untuk mendapat nilai tinggi pada UN.
Selain itu, banyak guru yang tidak bisa mentransformasi ilmunya kepada siswa. Sehingga tak sedikit dari mereka yang melakukan kecurangan agar siswanya mendapat nilai tinggi. Guru yang diartikan sebagai sebuah profesi membuat mereka mengejar materi melalui sertifikasi tanpa mengedepankan kualitas.
‘’Sekarang guru yang diartikan sebagai sebuah pengabdian hilang. Mereka hanya ribut pada sertifikasi saja,’’ tukasnya.
Sementara itu, Kadis Dikbud Lobar H Ilham mengaku belum menerima laporan di sekolah terkait kunci jawaban yang beredar. Namun semestinya sekolah tidak melakukan kecurangan. Karena sekarang sekolah dipercaya Kemendikbud untuk meluluskan siswa.
‘’Kami sudah minta agar UN dilaksanakan dengan jujur,’’ ujarnya.
Ia meminta sekolah jangan meluluskan siswanya yang nilainya di bawah standar pembobotan UN. ‘’Kami ingin siswa yang lulus yang memiliki nilai sesuai pembobotan,’’ tukasnya. (jay/r6)