Giri Menang, Senin 2 Oktober 2017 – Dua kabupaten di Nusa Tenggara Barat (NTB), yakni Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Timur mendapatkan kesempatan sebagai pilot project Program Demonstrasi Imunisasi Pneumokokus Konyugasi (PCV) dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). Demontsrasi vaksin pneumokokus ini menggunakan vaksin PCV 13 dengan sasaran bayi usia 2 bulan, 3 bulan dan 12 bulan.
“Di Lombok Timur akan menyasar 25.894 bayi, Lombok Barat ada 14.392 bayi. Kita akan mulai bulan Oktober ini di semua sarana kesehatan, Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah, dan lainnya. Pencanangannya sendiri kita lakukuan di Puskesmas Gunungsari besok ini,” jelas Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, dr.Nurhandini Eka Dewi, Sp.A. dalam acara Media Briefing Program Demonstrasi Imunisasi Pnemokokus Konyugasi di Ruang Rapat Gubernur NTB, Senin (2/10).
Pneumonia saat ini masih menjadi penyebab kematian utama pada bayi di bawah usia 2 tahun. Dari data WHO tahun 2015 menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia dan berkontribusi terhadap 16 persen kematian Balita setiap tahunnya. Indonesia sendiri masuk dalam 10 besar negara dengan kematian akibat pneumonia tertinggi. Setidaknya dua sampai tiga anak meninggal setiap jam karena penumnonia.
Pneumonia adalah radang paru yang dapat disebabkan virus atau bakteri, menyebabkan kerusakan jaringan paru dengan gejala seperti sesak napas. Pada kondisi pneumonia berat dapat menyebabkan kematian akibat kekurangan oksigen mencapai otak dan jantung.
Kematian tertinggi di bawah usia dua tahun, atau dua tahun pertama kehidupan. Semakin muda usia bayi, maka semakin berisiko karena bayi baru lahir memiliki daya tahan tubuh rendah dan sistem kekebalan belum belum berkembang sempurna.
Prof. DR. dr. Sri Rezeki Hadinegoro SpA (K), ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) menjuluki Pneumonia sebagai the forgotten killer of children karena tidak mudah menemukan balita dengan pneumonia.
“Awalnya mulai dari batuk pilek. Karena dianggap batuk biasa akhirnya tidak diobati, lama-kelamaan nafanya jadi berat lalu sesak nafas. Akibatnya menjadi radang paru-paru. Ini yang harus kita cegah jangan sampai seperti ini,” jelasnya.
Dari hasil penelitiannya di Pulau Lombok pada 2012 lalu, dari 1.200 sampel anak sehat terdapat 33 persen yang terinfeksi kuman Streptococcus pneumonia.
Pada tahun 2015, Kemenkes RI memperkirakan angka kasus pneumonia nasional sebesar 3,55 persen dengan angka perkiraan kasus tertinggi dijumpai di Provinsi NTB yakni mencapai 6,38 persen.
Penyebab tingginya kasus pneumonia di NTB khusunya Lombok yakni masalah lingkungan dan perilaku masyarakat. Selain tidak mendapatkan imunisasi yang lengkap, paparan polusi, asap rokok dan kurang gizi menjadi faktor resiko pneumonia.
Ada tiga langkah yang dilakukan untuk menurunkan insiden pneumonia, yaitu Protect (Perlindungan), Prevent (Pencegahan) dan Treat (Pengobatan).
Perlindungan dilakukan dengan menyediakan lingkungan sehat untuk bayi, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, gizi yang seimbang, mencegah bayi dengan berat badan rendah dan menurunkan polusi udara.
Pencegahan dilakukan dengan memberikan vaksinasi lengkap, terutama vaksin campak, pertusis dan dan vaksin pneumonia. Imunisasi yang ada kaitan dengan pneumonia adalah BCG, DTP, Hib dan PCV, campak, influenza dan MMR.
Saat ini ada dua vaksin yang belum tercover pemerintah, yakni influenza dan PCV. Kedepannya diharapkan perusahaan vaksin nasional, Biofarma, diharapkan dapat segera akan menyediakan dan memproduksi vaksin pneumokokus
Kepala Dinas Kesehatan Lombok Barat, Drs. H. Rachman Sahnan Putra, M.Kes menanggapi positif program Kemenkes ini. “Sebuah peluang bagi masyarakat NTB khususnya bayi dan balita kita mendapatkan hal yang positif. Vaksin ini kan sudah dipakai di 130 negara di dunia sehingga kenapa tidak didapatkan di NTB, khususnya di Lombok Barat. Dan ini mahal,” katanya seusai acara.
Untuk diketahui, harga vaksin PCV Rp. 249.491,-/dosis. “Untuk program demonstrasi di Lombok Barat dan Lombok Timur ini kita habiskan sekitar Rp. 34 miliyar untuk vaksin saja. Di luar operasional dan bantuan,” jelas Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kemenkes RI, dr. Elizabeth Jane Soepardi, MPH, Dsc.
Program Demonstrasi Imunisasi PCV ini merupakan langkah awal sebelum menjadikan vaksin pneumonia sebagai program vaksin nasional. Rencananya usai demonstrasi akan dilakukan evaluasi di bulan November dan Desember.
Tahun 2018, program serupa akan menyasar Kabupaten Lombok Utara, Lombok tengah, Kota Mataram dan Bangka Belitung. Kemudian dilanjutkan di tahun 2019 untuk seluruh kabupaten/kota di NTB, Jawa Barat dan Jawa Timur. (romi/humas)