Launching Mushaf Al Qur’an Gumi Patut Patuh Patju yang dilakukan Pemkab. Lobar atas inisiasi Bupati Dr. H. Zaini Arony, M.Pd pada 17 Ramadhan 1433 H lalu di Bencingah Agung kantor Bupati banyak yang memberikan apresiasi positif dari berbagai kelangan, tidak saja dari para Tuan Guru, tokoh masyarakat, namun juga para budayawan turut menaruh rasa hormat atas gagasan cemerlang yang terbilang langka oleh seorang Kepala Daerah. Berikut pandangan para budayawan Lombok khususnya terkait dengan launching Al-Quran gumi Patut Patuh Patju beberapa waktu lalu.

Sahnan, SH

Agama Beteken dan Betakak Adat

Gebrakan yang dilakukan Bupati Lobar, Dr. H. Zaini Arony, M.Pd seperti launching Mushaf Alquran Gumi Patut Patuh Patju merupakan langkah cerdas dan kreatif ditengan krisisnya ide dan gagasan cemerlang dari seorang Kepala Daerah saat ini. Apa yang dilakukan bagi seorang H. Zaini Arony merupakan pengejewantahan konsep pelestarian budaya khususnya budaya orang Sasak-Lombok yang terbingkai dalam Mushaf Al-Qur’an Gumi Patut Patuh Patju tersebut. “Katakanlah dalam Mushaf Al Qur’an tersebut banyak symbol-simbol yang mengidentifikasikan berbagai ornament ciri khas masyarakat Sasak  dalam berbagai kehidupan dan pranata-peranata sosial yang disertai lambang-lambang atau simbol kehidupan masyarakat Sasak yang secara langsung bersentuhan dalam kesehariannya. Misalnya lumbung, kain songket Subahnala, motif berugak. Semua itu adalah symbol kekhasan masyarakat sasak yang memang harus tetap dilestarikan,” kata Sahnan budayawan Sasak yang juga sering disapa Papuq Icung Performance Lombok Barat ini.

Selain itu kata karyawan Dinas Budpar NTB ini, pulau Lombok dikenal sebagai pulau Seribu Masjid yang melambangkan semangat religiutas yang tinggi bagi masyarakatnya. Meski demikian tidak mengeyampingkan nilai-nilai adat budaya yang masih tetap melekat pada masyarakat Sasak itu sendiri. Artinya antara agama, sendi-sendi adat dan budaya tak bisa dilepas-pisahkan. Ia menilai apa yang dipersembahkan Bupati H. Zaini Arony bisa dikatakan bahwa Agama Beteken dan Betakak Adat.

Selaku bangse (bangsa, red) Sasak, Sahnan yang sering mengisi nuansa budaya di TVRI NTB ini merasa bangga akan gebrakan Bupati Lobar mencetak Mushaf Al-Qur’an Gumi Patut Patuh Patju ini karena baru pertama kali kabupaten di NTB, bahkan di Indonesia yang bisa menjadi rujukan atau pantas ditiru oleh daerah lainnya di Indonesia.

Mamiq Jagat: Majelis Budayawan Kota Mataram

Al-Qur’an Bisa Membumikan Bangsa Sasak

Mamiq Jagat juga budayawan muda sasak yang taka sing lagi bagi masyarakat Sasak-Lombok. Meski masuk dalam kepengurusan Majelis Adat Sasak kota Mataram ini, Mamiq Jagat yang sering tampil pada event-event budaya di kota Mataram, bahkan di tingkat kabupaten Lombok Barat dan NTB pada umumnya menilai bahwa launching Mushaf Al-Qur’an Gumi Patut Patju Lombok Barat yang digagas H. Zaini Arony merupakan simbol atau pendorong agar Al-Qur’an sebagai Kalamullah bisa membumi bagi kehidupan keagaamaan masyarakat sasak yang dikenal religius tersebut. Apalagi ornament khas atau simbol masyarakat Sasak bisa dimasukkan dalam Mushaf Al-Qur’an dimaksud. “Kita sangat bangga ada seorang tokoh seperti H. Zaini Arony yang punya ide brilian untuk mengawinkan simbol-simbol masyarakat Sasak dengan cetakan Mushaf Al-Qur’an itu sendiri. Ini artinya jalinan sinergitas antara ulama dan umara, cendekiawan muslim baik yang ada di luar Sasak bahkan aksesnya bisa ke seluruh dunia. Dengan adanya gebrakan ini sudah waktunya suku Sasak harus bisa membuka diri dan memperkenalkan diri kepada daerah atau dunia luar akan konsep-konsep stretagis yang dimiliki oleh bangse Sasak ini utamanya dalam rangka menterjemahkan dan mensosialisasikan Kalamullah itu sendiri,” demikian Mamiq Jagat.

Mamiq Jagat yang yang bisa ditemui lewat website serexbokos.com ini yakin pemikiran H. Zaini Arony ini sudah terpikir jauh sebelumnya, namun syukurlah bisa diaplikasikan saat ini. Dan diharapkan dengan Mushaf Al-Qur’an Gumi Patut Patuh Patju Lombok Barat ini bisa mengakar dalam perubahan perilaku, karakteristik, sikap, tingkah laku orang sasak itu sendiri yang selalu bersendikan Al-Qur’an tanpa mengabaikan nilai-nilai adat dan budaya sasak itu sendiri. “Saya kira hal yang wajar orang-orang Sasak itu sendiri menyiratkan simbol budayanya dalam Mushaf Al-Qur’an yang berupa ornament-ornamen atau payasan dalam Mushaf tersebut. Jadi tak masalah,” kata Mamiq yang sering melapalkan kidung Sasak ini. (Hernawardi).

Budiman: Kidalang Penujak, Lombok Tengah

Perpaduan Agama Dan Budaya

Apa yang dilakukan Bupati Lobar, H. Zaini Arony bagi Budiman budayawan asal Lombok Tengah yang juga merupakan Kidalang ternama di Lombok Tengah ini memberikan dukungan moral terhadap gagasan cemerlang yang dilakukan Bupati Lobar berupa pembuatan Mushaf Al-Qur’an yang merupakan ketiga di Indonesia setelah Yogjakarta, Banten.

Simbol budaya khas orang Sasak yang menjadi identifikasi Mushaf Al-Qur’an ini, kata Kidalang semata-mata dalam pandangannya, bahwa Bupati H. Zaini Arony betul-betul bisa mewakili ragam budaya dan symbol khas masyarakat Sasak. “Untuk itu Mushaf Al-Qur’an ini harus kita jadikan pegangan sikap, perilaku dan kemampuan membaca perkembangan baik ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa harus meninggalkan khasanah budaya Sasak maupun kearifan lokal lainnya,” kata Kidalang. (Hernawardi)

Kidalang Jelantik:

Wakili Simbol Budaya Sasak Yang Tercecer

Mushaf Al-Qur’an Gumi Patut Patuh Patju ini suatu awal pemikiran yang baik. Pertama Al-Qur’an merupakan pegangan bagi ummat Islam dan selain hadis Rasulullah dan sunnahnya. Al-Qur’an itu merupakan tuntutanan ummat Islam dalam perilaku kehidupannya sehari-hari agar selamat dunia dan akhirat. “Adanya ornament sasak yang masuk dalam Mushaf Al-Qur’an Gumi Patut Patuh Patju tersebut lebih pada mewakili prabon (simbol) budaya sasak yang banyak melambangkan kehidupan, tata kerama, kedamaian, kemakmuran menuju keselamatan (kesejahteraan) baik dunia terlebih akhirat. Karena itu sudah pantaslah kita berterimakasih kepada Bupati Lobar yang gagasan langka seperti ini yang sebelumnya tak pernah terpikirkan oleh pejabat-pejabat atau tokoh sasak sebelumnya,” kata Kidalang Budiman yang sering terlihat dalam peristiwa-peristiwa budaya Sasak.

Menurut Kidalang Budiman ornamen Sasak yang ada dalam Mushaf Al-Qur’an tersebut seperti ornament berugak, kain tenun, bale, pintu rumah, puri dan lainsebagainya merupakan simbul akan tindak-tanduk, perilaku bangse Sasak sehingga tercipta Wahijatmika atau jati diri bangse Sasak itu sendiri.

Ornamen Sasak yang ada dalam Mushaf Al-Qur’an tersebut menunjukkan bahwa seperti itulah semangat bangse Sasak baik dari sisi tatanan berumahtangga, simbul spiritual sebagaimana yang tertuang dalam ornament subahnala dalam musaaf tersebut. Hal itu mengartikan bahwa yang dimaksud Subahnala itu pengertiannya adalah Subhanalloh, ketika orang Sasak zaman dahulu belum fasih mengucapkan Subhanalloh maka dilapazkan Subahnala.

Enam segi yang ada dalam Subahnala itu menurut Kidalang Budiman menyimbulkan enam rukun iman. Begitu pula otrnamen lumbung Sasak yang ada dalam musaaf tersebut merupakan simbul kemakmuran, kesuburan. Dan jika alquran dimalkan dalam aplikasi kehidupan sehari-hari maka akan menemukan keselamatan, kedamaian, kemakmuran, kesejahteraan dunia dan akhirat. “Ide Bupati H. Zaini Arony seperti ini bisa memberikan motivasi bangse sasak untuk lebih banyak berkarya, berinovasi dalam segala bidang kehidupan, baik bidang ekonomi, perindustrian, pertanian dan sebagainya,” tutup Kidalang Budiman. (Hernawardi)