Giri Menang, 14 Maret 2018 – Walau memiliki anggaran minum, Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kabupaten Lombok Barat (Lobar) tidak patah semangat dalam meningkatkan kualitas personilnya.

“Kami hanya memiliki belanja langsung sebesar Rp. 920 juta yang 3/4 nya adalah untuk operasional,” ujar Kepala DPK Lobar Fauzan Husniadi saat diwawancarai usai memberikan Penyegaran Kemampuan Personil Damkar di kantornya, Sabtu (14/4).

Anggaran tersebut sangat jauh dari cukup. Sebagai contoh penyedian bahan bakar mesin (bbm) di mana sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM), maka setiap kendaraan operasional Damkar harus menyiapkan 100 liter solar per mobil, baik saat operasi maupun tidak.

Saat ini, Dinas Damkar hanya mampu menyiapkan 300 liter per bulan.

“Jumlah itu untuk 3 unit mobil plus satu mobil suply,” tambah Kepala Bidang Pengendalian Operasi, Lalu Adiwijaya.

“Bayangkan bila terjadi kasus kebakaran lebih dari satu dalam skala besar, maka anggaran itu tentunya tidak cukup,” tambah Adi.

Sampai tutup triwulan pertama tahun ini saja, setidaknya ada 12 kasus kebakaran telah terjadi. Kasus-kasus itu pun tersebar di hampir semua wilayah di Kabupaten Lombok Barat.

“Terakhir kasus kebakaran rumah warga di Dusun Batu Samban Lembar,” pungkas Adi.

Kesulitan tersebut tidak lantas membuat Dinas Damkar patah semangat. Minimnya anggaran membuat Fauzan dan anak buahnya, khususnya 39 orang personil operasi harus mengefektifkan semua potensi yang ada.
Untuk itu, Fauzan lalu mengundang satu-satunya tenaga Inspektur Damkar untuk Wilayah Indonesia Timur, Harif Chandra untuk memberikan penyegaran teknis kepada 3 regu milik Pasukan Penjinak Api itu.

Penyegaran itu dilakukan untuk semakin meningkatkan kualitas dan efektivitas kerja personil di lapangan. Dalam panduan baku tindak pemadaman kebakaran, setiap 2000 liter air dengan kecepatan tembak sampai 8 bar, maka 2000 liter itu akan habis dalam 2 menit.

“Untuk itu perlu ada kendaraan suplai air dan tindakan lokalisir api sehingga tingkat penyebaran api bisa ditanggulangi. Bukan hanya fokus pada pusat titik api,” terang Chandra.

Demikian juga dengan respons atas laporan. Standar nasional kecepatan respons adalah 15 menit per 7 kilometer antara pos jaga dengan letak kejadian.

Untuk kasus Jakarta, terang Chandra, sudah menyusut menjadi hanya 3,5 kilo meter per 15 menit karena tingkat kepadatan lalu lintasnya.
Kondisi respons di Dinas Damkar Lobar sendiri jauh lebih baik lagi.

“Untuk kasus terakhir di Batu Samban, kita malah hanya membutuhkan 7 menit saja. Kami sampai titik lokasi pukul 20.44 setelah menerima laporan pukul 20.37 Wita. Bayangkan kecepatan yang telah ditempuh,” terang Adi menambahkan.

Namun mengingat luas wilayah dan penyebaran penduduk, Dinas Damkar pun meningkatkan pelayanan dengan menyediakan satu pos khusus di wilayah Batulayar agar waktu respons atas laporan kejadian semakin cepat.

“Di sana setiap hari disiagakan 4 sampai 6 personil dengan satu mobil yang siap kapan saja,” terang Fauzan.

“Kalau sesuai dengan SPM, setiap 10.000 jiwa harus disiapkan satu pos damkar,” tambah Chandra.

Kegiatan penyegaran personil di Dinas Damkar sendiri, aku Fauzan, rutin dilakukannya. Itu semua agar kualitas personalia semakin baik, walau dengan minim anggaran.

“Saat ini kecepatan mereaksi kejadian jauh lebih cepat. Namun yang terpenting bagi personil adalah 3A, yaitu Amankan Diri, Amankan Korban, dan Amankan Lingkungan,” jelas Fauzan.

Bagi Chandra yang lulus Pusdiklat Khusus Inspektur Damkar di tahun 2016 ini,
“personil damkar lombok barat sudah memiliki pengalaman, namun perlu terus di bina. Kasus kebakaran kan berbeda-beda. Mereka harus mampu bekerja di semua kasus,” pungkas Chandra yang juga merupakan Pejabat Struktural di Kabupaten Lombok Utara.