Yogyakarta (ANTARA News) – Tiga mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) memanfaatkan daun bambu dengan mengolah daun berkhasiat obat itu menjadi kerupuk yang diberi nama Kedapring.
Ayu Siti Rochmah dan dua kawannya dari UNY mengolah daun bambu menjadi kerupuk supaya daun yang selama ini hanya berakhir jadi limbah menjadi produk yang bernilai ekonomi.

“Kami melihat tumbuhan bambu yang melimpah di Indonesia dan daun bambu yang jarang sekali dimanfaatkan serta minat orang terhadap makanan gorengan,” katanya.

“Kami mencoba mengolah daun bambu menjadi camilan sehat agar mudah dikonsumsi, kemudian timbul ide untuk mengolah daun bambu menjadi kerupuk,” katanya.

Ia menjelaskan, kandungan zat aktif seperti flavonoid, polisakarida, klorofil, asam amino, vitamin, dan mikroelemen pada daun bambu baik untuk menurunkan lemak darah dan kolesterol.

“Daun bambu juga bisa menurunkan oksidasi antioksidan atau radikal bebas, sebagai bahan antipenuaan, serta mampu menjaga stamina dan mencegah penyakit kardiovaskular,” katanya.

Di China, lanjut dia, daun bambu dimanfaatkan sebagai ramuan obat untuk meredakan batuk, dan sesak napas, serta mencegah penyakit jantung, kanker, dan asam urat.

Berdasarkan pengetahuan tentang manfaat daun bambu tersebut, Ayu dan dua temannya membuat kerupuk daun bambu dengan cara mencampurkan daun bambu muda yang sudah digiling dengan campuran tepung tapioka, tepung terigu, garam, gula pasir, bawang putih, kapur sirih, dan air.

“Daun yang dibuat untuk kerupuk sebaiknya yang masih muda berwarna hijau. Sebelum mengolah daun bambu, bulu daun bambu harus dibersihkan dengan merebusnya dalam air mendidih kemudian daun tersebut dihaluskan menggunakan blender dengan sedikit campuran air,” katanya.

Campuran adonan itu kemudian dicetak, dikukus sampai matang, didinginkan, lalu dipotong-potong tipis, dan dikeringkan. “Jika kerupuk mudah patah berarti sudah kering dan siap digoreng,” katanya

Sumber : www.antaranews.com, 6 juni 2012

Penyadur: Sunny –PDE Lobar