Giri Menang, Senin 5 November 2018 – Imbas kedatangan Wakil Presiden Jusuf Kalla ke Mataram kemarin (Ahad, 4/11) membuat Bupati Lombok Barat (Lobar) H. Fauzan Khalid ikut bergegas. Fauzan merasa gerah juga dengan sinyalemen bahwa Lobar dianggap lamban dalam pembangunan rumah bagi para warga yang terdampak bencana gempa bumi.

“Harus segera diproses. Pembentukan Pokmas (Kelompok Masyarakat, red) tidak boleh menunggu. Percepat tidak usah menunggu panel. Nanti kita lagi yang disalahkan,” ujar Fauzan saat bertemu dengan puluhan tenaga teknis rekrutan Kemeterian PUPR di Ruang Rapat Dinas Perumahan dan Permukiman (Perkim) Lobar, Senin (5/11).

Fauzan menyindir pihak-pihak yang menyatakan siap untuk menuntaskan pembangunan Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha) dengan segera.

Seperti dikabarkan beberapa media, Wakil Presiden Jusuf Kalla mendesak agar pembangunan Risha bisa tuntas Bulan Maret 2019 nanti.

“Di depan Wapres, baik Kadin maupun BNPB bilang siap, nyatanya? (tidak, red),” terang Fauzan.

Kondisi di lapangan, menurut Fauzan, belum siap untuk bisa mempercepat pembangunan Risha.

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Perkim Lobar H. Lalu Winengan mengatakan lambannya pengerjaan tersebut karena minimnya aplikator atau penyedia panel Risha.

“Mereka hari ini, baru rencana untuk bisa memproduksi 75 unit/ hari. Nyatanya (hari ini, red) 20 unit saja belum bisa,” rungut Winengan.

Hal tersebut dibenarkan oleh Kuswara dari Litbang Kementerian PUPR.

“Kapasitas produksi panel sangat terbatas. Sekarang baru ada 17 aplikator atau 17 titik workshop dengan kemampuan produksi paling banyak untuk 6 unit,” ujar Kuswara.

17 aplikator penyedia panel Risha itu tersebar di seluruh Provinsi NTB. Ia lalu membandingkan lebih dari 72 ribu rumah rusak berat SE-NTB yang harus dilayani oleh 17 aplikator itu.

Kuswara pun pesimis target yang ditetapkan Wakil Presiden bisa terpenuhi.

“Kita harus kerja sangat-sangat keras untuk bisa memenuhi target tersebut,” aku Kuswara.

Banyak kendala yang ia temukan sehingga produksi panel Risha sangat lamban. Menurutnya, di samping karena minim sumber daya manusia (SDM), bahan baku yang terbatas, alat produksi yang rusak, Kuswara juga menegaskan faktor hujan menjadi kendala lain untuk menpercepat produksi panel.

Untuk itu pihaknya mendorong agar aplikator-aplikator lokal bisa membantu produksi panel untuk Risha tersebut.

“Tidak ada kualifikasi khusus. Yang penting mau berinvestasi untuk alat cetak, bahan baku, dan penyediaan SDM. Kita siap melatih untuk membuatnya,” harap Kuswara.

Selain mendorong aplikator lokal, Kuswara juga berharap agar masyarakat bisa menggunakan rumah konvensional anti gempa asal sesuai dengan juklak-juknisnya.

Kuswara memastikan struktur rumah konvensional harus anti gempa di mana teknis utamanya ada pada dimensi pembetonan.

“Kalau mengandalkan Risha dengan produksi yang lamban, target (bulan Maret, red) untuk Risha tidak akan terpenuhi,” pungkas Kuswara menyampaikan nada pesimisnya.