Giri Menang – Ribuan santriwan/wati dan wali-wali mereka serta segenap civitas akademika Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Haramain memadati lapangan Ponpes Nurul Haramain Putra Nahdlatul Wathan (NW) Narmada- Sabtu, 11 Agustus yang lalu. Mereka dengan khidmat duduk di terop panjang dengan jamaah laki-laki berada di barisan terdepan. Keberadaan mereka di sore hari itu karena kedatangan, meminjam ucapan TGH. Hasanain Djuani, putra dari TGH. Djuani Mukhtar (alm), seorang tamu mulia yaitu Dr. Ir. H. Akbar Tandjung. Kedatangan Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar tersebut adalah dalam rangka bersilaturrahmi dan buka puasa bersama dengan segenap unsur Ponpes cybernet tersebut.

Hadir menemani Pak Akbar yaitu Bupati Lombok Barat (Lobar), Dr. H. Zaini Arony yang juga Ketua DPD Partai Golkar NTB. Dalam sambutannya, bupati yang meraih gelar Doktor Pendidikan dari IKIP (UNJ) Jakarta tersebut menyampaikan Bapak Akbar Tanjung bersafari Ramadhan ke seluruh wilayah Indonesia.

“Tahun lalu (2011, Red) ke Ponpes Darussalam, Bermi,” ujarnya. Bupati juga memuji pimpinan Ponpes TGH. Hasanain Djuaini karena telah memperoleh berbagai penghargaan baik di tingkat nasional maupun internasional dalam hal pemeliharaan lingkungan. Menurutnya TGH Hasanain sudah layak mendapat gelar Doktor karena penghargaan-penghargaan yang diraihnya. Dua di antaranya Ramond Magsasay dari Filipina dan Golden Pin dari Asoka Internasional Washington DC Amerika Serikat.

Sementara itu, TGH Hasanain dalam kata-kata penerimaannya mengenang kembali saat Pak Akbar dulu menjadi menteri. Meski tidak dijelaskan menteri apa. Dikenangnya, saat itu dari 327 Ponpes yang ada mendapat hibah masing-masing Rp 50 juta dan termasuk Ponpes Nurul Haramain. Tak hanya itu, disebutkan oleh tuan guru muda itu bahwa Pak Akbar Tandjung berjasa dengan berdirinya Bank Muamalat, Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), koran Republika, dll.

“Bangsa ini harus berterima kasih kepada H. Akbar Tandjung,” katanya. Lebih lanjut Tuan Guru Hasanain menyebut H. Akbar Tandjung sebagai guru bangsa dan bapak bangsa. Menurutnya H. Akbar Tandjung adalah tokoh yang berprinsip “boleh menang tapi jangan mengalahkan”. Oleh karena itu TGH. Hasanain mengajak untuk mencontoh beliau dengan memperbanyak teman bukan lawan.

“Satu musuh terlalu banyak, 1000 kawan terlalu sedikit,” ujarya idealis. Kesempatan itu juga dimanfaatkan TGH Hasanain untuk menawarkan kepada anggota dewan maupun pengurus dari Partai Golkar agar mau berkontribusi melestarikan lingkungan. “Kami di sini menyediakan 1 juta pohon tiap tahun , kalau ada yang berminat tinggal kasi ongkos kirim saja Rp 1000/bibit pohon dan bibit pohonnya gratis,” ujarnya. Pohon-pohon itu akan dikirim ke manapun yang diinginkan yang membutuhkan penghijauan.

Dan gayungpun bersambut, saat berkesempatan memberi sambutan, H. Akbar Tandjung memesan 5000 pohon serta menghimbau agar anggota Golkar yang lain ikut berpartisipasi. Selanjutnya, Ketua DPR RI (1999-2001) ini juga bangga dengan Tuan Guru Hasanain yang disebutnya sebagai kyai muda.

“Kita punya kyai muda yang punya visi jauh ke depan menyongsong perubahan-perubahan yang jauh ke depan sehingga mendapat penghargaan dari negara-negara lain,” ujarnya bangga. Selanjutnya, mantan Menteri Sekretaris Negara (1998-1999) mengajak untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia yang terbaik, yang berilmu, beriman dan bertakwa.

Sebagai seorang politikus, H. Akbar kemudian memaparkan beberapa hal berkaitan dengan politik. “Parpol (Partai Politik, Red) merupakan wadah berkumpulnya masyarakat yang memiliki kesamaan cita-cita dan tujuan,” ujarnya. Menurutnya, sistem demokrasi menempatkan masyarakat pada posisi yang tinggi.

“Warga negara memiliki hak dan kedudukan tinggi sehingga dituntut mengambil bagian secara aktif, rakyat yang memilih karena rakyat punya hak dalam kehidupan berdemokrasi,” ujar Doktor lulusan UGM Yogyakarta tersebut.

Menurutnya, pengertian politik tidak hanya mengenai kekuasaan melainkan bagaimana kekuasaan itu bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat. Karena tujuan utama dari politik yang sebenarnya adalah kesejahteraan rakyat. Seorang pemimpin menurutnya harus mencontoh sifat-sifat pemimpin yang ditunjukkan Rasulallah Muhammad saw yaitu siddiq, amanah, fatanah dan tabligh.

“Kalau kekuasaan saja maka bila Allah tidak berkehendak maka sewaktu-waktu bisa dicabut Allah SWT,” ujarnya. Menteri Negara Perumahan Rakyat era Presiden Suharto (1993-1998) ini selanjutnya menyebut berbagai kelebihan yang dimiliki Indonesia, luasnya, penduduk no empat di dunia setelah Cina, India, Amerika. Negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah India dan Amerika.

“Bangsa Indonesia beraneka ragam suku, keturunan agama namun bersatu di bawah Pancasila Sila I yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa yang kita sebut tauhid,” katanya. Pada bagian terakhir, Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga kelahiran Sibolga Sumatra Utara 66 tahun silam ini menyerahkan bantuan untuk 100 anak yatim. (Muhammad Busyairi)