14517550_978589725596708_1948978855531292568_nGiri Menang, 5 Oktober 2016 – Indonesia sangat kaya secara geologis karena memiliki kekayaan bumi melimpah seperti gas, minyak bumi, perak dan sebagainya. “Tapi sayang pengelolaannya kurang bener,” ujar Dr. H. Kurtubi, anggota DPR RI asal Kediri Lombok Barat (Lobar) ini saat kunker ke Dusun Loang Batu-Sekotong baru-baru ini.

Dikatakan Kurtubi, kekayaan alam kita dikelola secara tidak tepat sehingga kondisinya memprihatinkan. Contohnya, BBM kita masih impor. Begitu pula di daerah lain yang punya tambang dan batu bara seperti Kalimantan, justru listriknya sering hidup-mati. Ini menunjukkan pengelolaan kita masih salah.
Kurtubi lantas mencontohkan negara Malaysia yang listriknya 5 kali lipat Indonesia padahal pendapatan Malaysia 2 kali lipat Indonesia. Kalau banyak listrik, banyak pula investasi masuk. Tak heran peluang kerja di Malaysia lebih besar. Padahal apa yang dikerjakan di Malaysia sebenarnya bisa dikerjakan di Indonesia.
Di Indonesia, lanjut Kurtubi, investasi menjadi kurang dikarenakan listriknya kurang. Bagaimana mau bangun pabrik kalau listriknya kurang. Begitu pula pariwisata, bagaimana orang mau datang kalau tidak ada listrik. Kalau sudah demikian, maka keindahan alam tidak bisa memberi manfaat.
“Mustahil pariwisata bisa berkembang kalau infrastruktur jalan listri dan air tidak ada,” tegasnya sembari berjanji akan memperjuangkan listrik dan jalan.
Terkait pembangunan sumur bor di wilayah Dusun Loang Batu, Kurtubi berharap sumur bor ini dipelihara dengan baik agar bisa berumur sepanjang mungkin. Sumur bor dengan kedalaman 125 meter ini memiliki debit 3 liter perdetik. Dari satu buah sumur bor akan bisa memenuhi kebutuhan 200 KK. “Meski masih kurang, tapi kita harus syukuri apa yang ada,” pungkasnya.
Bupati Lobar H. Fauzan Khalid dalam sambutannya menjelaskan, hampir 50 persen kawasan di Lobar masih kesulitan air. Lokasi-lokasi tersebut tersebar di sejumlah kecamatan seperti Sekotong, Kuripan, Lembar dan Batu Layar. Selain kekurangan air, masalah listrik juga masih dihadapi warga Lobar.
“Di Lobar kurang dari 50 persen rumah tangga yang bisa menikmati istrik. Ini perlu intervensi. Kalau tidak bisa lewat PLN, mungkin Pak Kurtubi bisa menyiasati dengan tenaga surya,” harap Bupati Fauzan kepada Dr. Kurtubi.
Terkait prospek pariwisata di Sekotong, Bupati Fauzan menjelaskan, bahwa Pemkab Lobar mampu kembangkan Sekotong tanpa intervensi pusat. Tapi itu butuh waktu 20 hingga 25 tahun. “Kita tentu tak mau menunggu lama. Lebih cepat lebih baik. Kalau saja perlakuan pemerintah pusat kepada Sekotong sama dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandaika, maka kita bisa lebih maju karena masyarakat Lobar lebih welcome terhadap pariwisata,” ujarnya.
Dicontohkan, untuk jalan di Dusun Loang Batu saja andaikata diperbaiki, bisa tembus sampai Buwun Mas, kemudian tembus hingga Pantai Meang, Nambung dan obyek wisata lainnya. Sayangnya jalan yang ada saat ini rusak parah dan hanya bisa dilewati dengan mobil 4WD. (afgan/humas)