Giri Menang, Jum’at 20 September 2019 – Keberhasilan Lombok Barat meraih prestasi di tingkat Nasional sebagai Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terbaik Nasional beberapa waktu lalu menarik minat daerah lain untuk berkunjung. Kemarin (19/9), tiga daerah yakni Sumatra Barat, Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Ngawi Provinsi Jawa Timur datang berkunjung ke Lombok Barat. Para pejabat dari ketiga daerah tersebut mengunjungi Desa Langko Kecamatan Lingsar.

Ketiga daerah ini bermaksud untuk belajar bagaimana cara menekan inflasi di daerah Kabupaten Lombok Barat termasuk ingin mengetahui kiat-kiat keberhasilan Lombok Barat menyabet tiga penghargaan Nasional sekaligus, baik prestasi TPID maupun prestasi Inovasi yang dikembangkan.

Suharman Thabrani selaku Ketua Rombongan Wakil Ketua Bank Indonesia Sulawesi Tenggara mengaku ia dan rombongan ingin menggali potensi Lombok Barat untuk diaplikasikan di daerahnya. Begitu juga Gunawan Wicaksono, Deputi Kepala Perwakilan BI Sumatra Barat yang mengatakan tujuannya berkunjung ke Lombok Barat untuk mencari ilmu cara Lombok Barat meraih prestasi sebagai Kabupaten Terbaik Nasional bidang TPID dan Inovasi.

Desa Langko sendiri menjadi salah satu desa yang memberikan kontribusi sehingga Kabupaten Lombok Barat mendapat penghargaan nasional. Kemandirian warga dalam memenuhi bahan pokok turut memberikan andil yang luar biasa dalam menekan angka inflasi di Lombok Barat. Di sini, warga memanfaatkan lahan pekarangan rumah dengan menanam sayur-mayur dan berbagai kebutuhan pokok sehari-sehari. Sehingga saat kondisi harga melambung, warga tidak terpengaruh.

“Di Desa Langko, desa yang bapak ibu kunjungi ini adalah salah satu desa yang kami andalkan dalam hal produk unggulan daerah. Selain kondisi geografis berupa persawahan, perkebunan, dan hutan rakyat, Desa Langko ini menjadi salah satu pusat produksi buah-buahan yang disebut Ragamadu, yaitu Rambutan, Mangga, Manggis, dan Durian. Setiap musimnya, desa ini menjadi salah satu stock penyuplai buah-buahan untuk kebutuhan regional di NTB,” terang Wakil Bupati Lombok Barat Hj. Sumiatun saat menerima rombongan.

“Kalau terjadi over produksi, masyarakat Desa Langko melakukan pengolahan pasca produksi menjadi manisan, dodol, dan produk lainnya,” lanjutnya.

Ditambahkannya, desa ini juga sudah berhasil melakukan pengolahan untuk produk hutan. Air Nira atau Enau yang biasanya bisa dikonsumsi secara langsung, diolah lagi menjadi gula merah atau gula jawa. Saat ini pengembangan produksinya tidak berhenti sampai di situ. Sudah ada pengembangan menjadi gula coklat atau gula semut.

“Jenis gula ini sangat sedikit mengandung glukosa sehingga relatif menjadi pilihan dari pada gula putih atau gula pasir. Bahkan air nira atau enau itu, sebutnya sudah mulai dikembangkan lagi menjadi produk lain seperti es krim yang cita rasanya cukup unik,” jelasnya.

Sumiatun menyebut Kelompok Wanita Tani (KWT) menjadi salah satu organ penting yang menggerakkan perkonomian di Lombok Barat melalui sektor pertanian. Tidak hanya berperan untuk menunjukkan aspek keberadayaan para ibu-ibu, namun juga berkonstribusi terhadap ketahanan ekonomi masyarakat.

Saat ini jumlah KWT di Lombok Barat mencapai 147 KWT. Mereka tidak hanya membantu para petani dalam masa produksi, namun juga saat pasca panen dengan memberikan kreativitas pengolahan hasil panen.

“Alhamdulillah hal tersebut telah berkontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi di Lombok Barat yang mencapai 6,58 persen untuk tahun 2018 lalu,” katanya.

Pertumbuhan tersebut dikatakan Sumiatun telah ikut menekan jarak antara kaya-miskin yang tergambar dari hasil rekaman BPS, bahwa Indeks Gini Rasio di Lombok Barat sudah mengecil menjadi 0,285. Artinya, pembangunan infrastruktur dan stimulan program lainnya telah berhasil meningkatkankan sektor perekonomian masyarakat Lombok Barat.

Begitu juga Inflasi di Kabupaten Lombok Barat berada di angka 0,44 persen di bulan Januari. Lebih rendah dari rata-rata inflasi Provinsi NTB yang mencapai 0,51 persen. Sejak bulan Juli hingga Agustus lalu, Lombok Barat malah mencapai deflasi, yaitu kisaran antara 0,33 sampai 0,35 persen.

Mantan Ketua DPRD Lombok Barat itu juga secara umum menyebutkan inflasi dapat dikendalikan berdasarkan indikator berupa keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan koordinasi dan komunikasi.

“TPID Lombok Barat telah menggulirkan berbagai model adaptasi yang inovatif untuk mengendalikan inflasi. dinamakan Detektif Pasar, Tancabkan Gas, Rojali, Silak Niki, Inflasi dan Dakwah,” pungkasnya. (Humas Lombok Barat)

http://humas.lombokbaratkab.go.id/portal/node/berita/raih-prestasi-tpid-terbaik-nasional-lombok-barat-kebanjiran-tamu