Mengikuti Aturan Allah

Pada tulisan sebelumnya telah dipaparkan bahwa mengimani Allah tidak boleh sepotong-sepotong. Karena itu, seseorang baru bisa dikatakan beriman jika dia telah menerima semua aturan Allah sebagai kebenaran mutlak, tanpa pengecualian.

Pada zaman dahulu, Bani Israil telah menyaksikan langsung tanda-tanda kebenaran Allah SWT. Salah satunya adalah dengan mencicipi lezatnya hidangan surga yang diturunkan Allah ke bumi untuk mereka.

Bahkan, mereka pernah pula diizinkan untuk mendengarkan suara Allah tatkala berfirman kepada Nabi Musa AS.

Akan tetapi apa yang terjadi dengan Bani Israil? Mereka tetap saja ingkar kepada Allah. “Kami hanya akan mengikuti aturan-aturan Allah selama hal itu sejalan dengan hawa nafsu kami. Sementara, jika aturan itu bertentangan dengan nafsu kami, maka kami tidak bisa menerimanya,” begitu kata mereka kepada Nabi Musa AS.

Hal ini membuat Allah murka, sehingga turunlah QS Al Baqarah ayat 85. “Apakah kamu beriman kepada sebagian Alkitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.”

Penggalan ayat di atas secara tegas mengingatkan kepada kita bahwa mengimani Allah berarti menerima sepenuhnya aturan-aturan-Nya. Jika ada satu saja aturan Allah yang kita tolak kebenarannya, maka alamat kita telah keluar dari golongan orang-orang beriman. Naudzubillahi min dzalik.

Sebagai contoh, jika seorang Muslim yang meninggalkan shalat fardhu karena malas, tapi di dalam hati dan ucapannya tetap mengakui ibadah itu sebagai aturan yang benar, maka dia masih disebut orang yang beriman.

Kita tidak bisa menghukumnya sebagai orang kafir. Meskipun demikian, orang tersebut tentu saja akan menanggung dosa lantaran melanggar perintah Allah. Karena, sejatinya Muslim itu tidak boleh meninggalkan shalat.

Lain halnya dengan orang yang mengaku Muslim, tapi meninggalkan shalat fardhu karena menganggap perintah Allah itu tidak benar. Orang semacam ini sesungguhnya bukan bagian dari golongan Mukminin.

Begitu pula dengan mereka yang mengaku beriman, tapi secara terang-terangan malah menyangkal kebenaran aturan Allah yang terdapat di dalam Alquran dan Hadis. Orang-orang seperti ini jelas sesat dan menyesatkan.

Di Indonesia, jumlah kelompok pengusung paham menyimpang seperti mereka amatlah banyak jumlahnya. Karena itu, sebagai umat Muslim, kita mesti berhati-hati agar pemahaman mereka tidak merusak akidah kita.

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/benteng-akidah/14/05/07/n571sv-mengikuti-aturan-allah

Gugurnya Iman

Dalam pandangan Allah SWT, manusia itu pada dasarnya hanya terbagi kepada dua golongan, yakni Mukmin dan kafir. Hal tersebut telah ditegaskan-Nya di dalam Alquran.

“Dan katakanlah: ‘Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir.’ Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka,” (QS al Kahfi [18]: 29).

Jika kemudian golongan Mukmin mempunyai beberapa tingkatan, seperti Muslim, Mukhlis, Muhsin, dan Muttaqin, maka golongan kafir pun demikian. Mereka memiliki banyak varian. Sebut saja mulhid (ateis), musyrik (penyekutu Allah), dan munafik (pura-pura beriman).

Lalu bagaimana halnya dengan orang yang hanya mengimani Allah pada sebagian urusan, sedangkan pada sebagaian urusan lainnya dia mengingkari-Nya? Dalam padangan Allah, orang semacam ini tetap masuk dalam golongan kafir.

Jadi, tidak ada istilahnya orang setengah Mukmin dan setengah kafir. Kalau tidak Mukmin, maka dia adalah kafir.

Pembaca tentu masih ingat kisah tentang Iblis. Siapa yang berani meragukan keimanan makhluk yang satu ini? Dia pernah berjumpa dan berdialog langsung dengan Allah SWT. Dia tahu betul Allah itu tidak mempunyai anak.

Dia juga mengakui Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang layak disembah. Bahkan menurut Imam al-Ghazali, sebelum kemunculan Adam AS, Iblis sudah hidup dalam keimanan selama 80 ribu tahun.

Lalu mengapa Allah kemudian melaknat Iblis? Itu hanya karena dia menolak satu aturan Tuhan. Dia tidak mau mengakui kemuliaan yang diberikan Allah kepada Adam. Pada poin tersebut, Iblis menilai Allah telah salah menempatkan dirinya di bawah manusia.

Itulah yang menjadikan Iblis kafir di mata Allah. Meskipun dia tetap mengakui Allah sebagai Tuhan yang menciptakan alam semesta, namun keimanannya telah digugurkan oleh keangkuhannya. Kelak, ia kekal berada di neraka. Naudzublillaahi min dzaalik.

Kisah Iblis di atas secara jelas menunjukkan kepada kita bahwa mengimani Allah tidak boleh sepotong-sepotong. Seperti yang terjadi pada Ahmadiyah misalnya. Di satu sisi mereka percaya dengan keesaan Allah, namun di sisi lainnya mereka mengingkari ayat Allah yang menyatakan Muhammad SAW adalah nabi dan rasul terakhir.

Begitu pula halnya dengan kaum Syiah. Mereka mengaku beriman kepada Allah dan Nabi Muhammad. Namun, mereka justru mengingkari Alquran sebagai kitab suci yang kesuciannya selalu dijaga oleh Allah SWT.

Pengingkaran-pengingkaran semacam itu tentu saja secara otomatis telah menggugurkan keimanan mereka kepada Allah SWT. Tiket menuju surga yang seharusnya sudah mereka miliki (dengan bersyahadat), menjadi tidak berlaku lagi. Dengan kata lain, mereka berada di luar golongan orang-orang Mukmin.

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/benteng-akidah/14/05/02/n4xeq9-gugurnya-iman

Bupati Kutuk Pelaku Pedofilia

GIRI MENANG-Bupati Lombok Barat (Lobar) H Zaini Arony, mengutuk keras tindakan pelecehan seksual terhadap anak yang makin marak terjadi di Indonesia. Oleh sebab itu, para pelaku pedofilia harus diberikan hukuman seberat-beratnya agar ada efek jera sehingga kasus itu tidak terulang lagi.

“Para pelaku kejahatan semacam itu harus dihukum seumur hidup,” katanya di Giri Menang, kemarin.

Pedofilia adalah kecenderungan seseorang yang telah dewasa baik pria maupun wanita untuk melakukan aktivitas seksual berupa hasrat ataupun fantasi impuls sek­sual dengan anak-anak kecil. Bahkan terkadang melibatkan anak di bawah umur.

Sebagai mantan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora) NTB, bupati merasa miris melihat fakta banyaknya temuan kasus kekerasan sek­sual terhadap anak. Menurut dia, kasus tersebut marak terjadi karena beberapa faktor. Diantaranya, lemahnya pengawasan sekolah dan orang tua, minimnya pendidikan agama, serta belum tegasnya penegakan hukum.

Menurut Zaini sapaan akrab pria yang baru beberapa minggu dilantik menjadi Bupati Lobar periode kedua ini, aparat penegak hukum seharusnya berani menjatuhkan sanksi berat bagi pelaku pedofilia. Apalagi praktek tidak terpuji itu dilakukan di lingkungan pendidikan.

“Jika kasus itu terjadi di Lobar, saya ti­dak segan-segan meminta agar pelakunya diberikan sanksi berat,” tegasnya.

Zaini juga menegaskan, jika kejahatan seksual terhadap anak itu terjadi di lingkungan pendidikan, dirinya berjanji akan langsung memecat pelaku dari satuan pendidikan. Pasalnya, perilaku pelecehan seksual terhadap anak merupakan bagian upaya pembunuhan terhadap masa depan anak sebagai generasi penerus pembangunan bangsa.

“Jika hal itu terus dibiarkan tanpa sanksi yang memberatkan pelaku. Secara perlahan tapi pasti akan merusak generasi bangsa dimasa mendatang,” ujarnya.

Untuk itu, Ketua DPD Partai Golkar NTB, ini menyerukan kepada semua pihak untuk sepakat memberantas praktik kejahatan tersebut. Para orang tua ditekankan lebih memaksimalkan pengawasan terhadap anak-anaknya. Selain itu, berani melaporkan ke aparat penegak hukum jika menemukan kasus pelecehan seksual terhadap anak.

Bupati juga mendorong agar seluruh sekolah lebih memperketat pengawasan. Sehingga tidak ada peluang dari pihak luar maupun internal untuk melakukan kejahatan pelecehan seksual terhadap peserta didik. “Pengawasan sekolah dan orang tua yang paling utama untuk mencegah terjadinya tindak kejahatan terhadap anak- anak didik kita,” tandas Zaini.

Sumber: Lombok Post, Kamis 8 Mei 2014

Generasi Shaleh

Anak shaleh dan berakhlak karimah menjadi dambaan setiap orang tua.  Allah SWT mengajarkan agar orang tua berupaya sungguh-sungguh dan berdoa agar termasuk orang yang saleh, bersyukur dan mendapatkan generasi yang saleh (46:15).

Begitulah yang dicontohkan Nabi Ibrahim as (37:100, 14:40) dan Nabi Sulaiman as (27:15). Anak shaleh lahir dari orang tua yang shaleh, yakni yang berbakti kepada Allah dan Rasul, orang tuanya dan juga kepada anak-anaknya.

Dr Muhammad Nasih Ulwan dalam buku Tarbiyatul awlad fil Islam (Pendidikan Anak dalam Islam), menjelaskan lima metode pendidikan yang berpengaruh untuk menyiapkan generasi shaleh yakni:

Pertama; Pendidikan dengan Keteladanan. Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spritual dan emosional anak.

Pertanyaannya, apakah orang tua dan guru masih bisa menjadi teladan? Mereka belum bangga menjadikan kita sebagai idola. Untuk itu, kita harus menjadikan Rasulullah Saw sebagai teladan.

Beliau diutus oleh Allah SWT sebagai teladan terbaik (uswah hasanah) bagi manusia dalam seluruh aspek kehidupan (33:21), baik sebagai orang tua, suami, tetangga, da’i, pemimpin, pengusaha dan lain-lain.

Pribadinya mulia dan sempurna. Aisyah ra. berkata : kana khuluquhu al qur’an (akhlaknya adalah al-Qur’an).  Keteladan Beliaulah yang telah melahirkan generasi terbaik yakni shahabat, tabi’in) dan tabi’it-tabi’iin.

Kedua; Pendidikan dengan Kebiasaan. Pembiasaan (taw’id) sangat berpengaruh dalam membentuk karakter dan pribadi anak, karena terjadi proses pengulangan yang terus menerus. Sehingga, sadar atau tidak, secara perlahan akan membekas dan menjadi kebiasaan.

Di sinilah peran penting pendidik (orang tua dan guru) untuk memilih perkataan, sikap dan perbuatan yang baik.

Misalnya, menyuruh mereka shalat pada usia tujuh tahun dan memukulnya pada usia 10 tahun jika tidak menjalankannya. (HR. Abu Dawud).

Pembiasaan yang paling berpengaruh berasal dari kedua orang tua, guru dan teman-temannya (lingkungan).

Dalam masa tertentu, pengaruh teman atau lingkungan menjadi dominan, maka hendaklah melihat siapa yang menjadi temannya (HR. At-Turmudzi).

Ketiga; Pendidikan dengan Nasehat. Setelah keteladanan dan pembiasaan, anak-anak perlu petuah atau nasehat yang baik (mau’idzoh hasanah). Petuah yang menyentuh hati sanubari di waktu yang khusus pula.

Petuah yang tulus lahir dari kebersihan hati orang tua dan guru mampu memberi sentuhan dan kesejukan dalam diri anak.

Al-Qur’an mengajarkan kita cara memberi nasehat yang baik dengan ungkapan lembut. Hal ini tergambar pada seorang pendidik sejati yakni Lukman al-Kakim (31:13-19).

Ungkapan yang santun, yaa bunayya laa tusrik billah (Hai anakku jangan menyekutukan Allah)   Begitu pula ungkapan Nabi Nuh As. (Hud:42), Nabi Ya’kub as. (Yusuf:5), Nabi Ibrahim as. (2:132).

Keempat ; Pendidikan dengan Perhatian (pengawasan). Keteladanan, pembiasaan dan nasehat yang diberikan orang tua belum cukup jika tidak dibarengi dengan perhatian atau pengawasan ketat.

Orang tua harus terlibat dan memberikan waktu, tenaga dan pikiran dalam mengiringi perkembangan anak. Mereka tumbuh dalam zaman yang berbeda dengan kita dahulu. Pengaruh dan godaan semaikn kompleks dan bervariasi.

Seringkali terjadi, karena kurang perhatian dan pengawasan orang tua, menyebabkan  anak kehilangan pegangan.

Pemerkosaan, pembunuhan, hubungan seks bebas, terlibat narkoba, kriminal dan seterusnya, sebagian besar terjadi karena kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua (66:6) dan kelak akan diminta pertanggung jawaban (HR. Bukhari Muslim).

Kelima; Pendidikan dengan Hukuman. Upaya maksimal orang tua dan guru melalui metode pendidikan di atas, adakalanya tidak berhasil atau kurang mendapat perhatian anak. Pendidikan Islam memberikan ruang untuk melakukan hukuman atau sanksi (‘iqob) yang mendidik (ta’zir).

Hukuman bukan untuk menyakiti tapi pencegahan (preventif) dan menimbulkan efek jera (kuratif). Dalam pendidikan anak, hukuman harus dilakukan secara bertahap, lemah lembut dan menghindari kekerasan (HR. Bukhari).

Akhirnya, patut kita renungkan, anak yang melihat orang tuanya berbuat dusta, ia tidak mungkin akan belajar jujur. Anak yang melihat orang tuanya berkhianat, ia tidak mungkin belajar amanah.

Anak yang melihat orang tuanya mengikuti hawa nafsu, ia tidak mungkin akan belajar keutamaan. Anak yang mendengar orang tuanya mencela, tidak mungkin ia akan belajar bertutur manis.

Anak yang melihat orang tuanya marah dan emosi, tidak mungkin ia belajar sabar. Anak yang melihat orang tuanya bersikap keras, tidak mungkin ia belajar kasih sayang”. Allahu a’lam bish-shawab.

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/14/05/04/n50pg0-generasi-shaleh

Live Events: Peresean”Stick Figthing” at Girimenang City Park

Peresean  Tingkat Kabupaten Lombok Barat dalam rangka Peringatan HUT Lombok Barat Ke-56 Tahun 2014 untuk Tahap II dilaksanakan di Taman Kota Girimenang tanggal 5 s/d 11 Mei 2014 jam 13.30-17.30 wita.

Saksikan, ikuti dan menangkan berbagai hadiah menarik setiap hari.

Tiket masuk,Gratis!!!

Nikmati Fasilitas Taman Kota Girimenang berupa: Taman bermain anak, lapangan volly,lapangan basket, jogging track, lobarbangkit hotspot,kpu uso hotspot, pusat kuliner dll.

Kurang Vitamin D Sebabkan Risiko Kanker Prostat Meningkat

Penelitian yang dilakukan Universitas Northwestern di Amerika Serikat menunjukkan pria yang kekurangan vitamin D berisiko lebih besar terkena kanker prostat agresif.

“Kekurangan vitamin D bisa menjadi biomarker (penanda) perkembangan tumor prostat,” kata Dr Adam Murphy, peneliti dari Universitas Northwestern yang memimpin studi tersebut.

Penelitian dilakukan terhadap 600 pria dari Chicago yang memiliki faktor risiko kanker prostat, seperti peningkatan kadar Prostate Specific Antigen (PSA) atau adanya keluarga yang menderita penyakit tersebut.

Tiap pria menjalani pemeriksaan vitamin D sebelum sampel prostat mereka dianalisa. Sampel biopsi menunjukkan kekurangan vitamin D sangat terkait kanker prostat agresif.

Menurut Dr Murphy, penelitian menunjukkan pria Amerika keturunan Eropa tiga kali lebih berisiko menderita kanker prostat agresif jika mereka mengalami kekurangan vitamin D. Sementara pria keturunan Afrika empat kali lebih berisiko.

“Memang masih diperlukan penelitian lebih lanjut, tetapi akan lebih bijaksana bila para pria melakukan antisipasi dengan memeriksa apakah dirinya kekurangan vitamin D atau tidak. Dan bila mengalami kekurangan vitamin D, mereka lebih baik segera mengatasinya,” ujarnya.

Kekurangan vitamin D, ujarnya, lebih sering ditemukan pada orang berkulit lebih gelap.

“Hasil temuan kami menyiratkan bahwa kekurangan vitamin D merupakan penyebab utama dari kanker prostat pada orang berkulit gelap, dalam kasus ini warga Amerika-Afrika,” ujarnya.

Oleh karena itu, ia menyarankan agar para pria memeriksakan kadar vitamin D dalam darahnya secara berkala, yakni setahun sekali.

“Jadi, jika anda kekurangan vitamin D, anda dan dokter dapat segera membuat rencana untuk meningkatkan kadar vitamin D itu, baik melalui diet, suplemen, atau terapi lainnya,” kata Dr Murphy.

http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/14/05/02/n4x7k0-kurang-vitamin-d-sebabkan-risiko-kanker-prostat-meningkat

Lembaga Pendidikan Islam Harus Terus Kembangkan Iptek

GIRI MENANG-Bupati Lombok Barat (Lobar) H Zaini Arony, mendorong lembaga pendidikan Islam untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan (Iptek). Pasalnya, Allah SWT di dalam Al-Quran menekankan pentingnya pengembangan Iptek bagi kemaslahatan umat manusia.

Hal itu dikatakannya sebelum membuka acara Seleksi Tilawati Quran (STQ) XXIII tingkat Kabupaten Lobar, di lapangan Lingsar, Minggu (4/5) malam. “Umat Islam tidak boleh tertinggal dalam penguasaan iptek karena ajaran islam tidak pernah bertentangan dengan iptek,” katanya.

Oleh sebab itu, selaku pimpinan pemerintahan di Kabupaten Lobar, bupati menyeruakan kepada seluruh lembaga-lembaga pendidikan Islam, khususya pondok pesantren (Ponpes) serta lembaga pendidikan umum untuk terus melakukan upaya revitalisasi dan melakukan reformasi pada dirinya sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan zaman. Hal itu sebagai bentuk peran serta membantu Pemkab Lobar, dalam mewujudkan Lobar Bangkit.

Dalam upaya mewujudkan masyarakat yang unggul, kata dia, Pemkab Lobar telah melakukan berbagai ikhtiar. Diantaranya telah melakukan pembangunan fisik material maupun mental spiritual berupa pembangunan sarana-sarana pendidikan. Selain itu, kesehatan dan pembangunan sarana ekonomi lainnya.

Pembangunan di bidang pendidikan merupakan investasi jangka panjang guna mewujudkan masyarakat yang menguasai iptek. Dengan penguasaan iptek yang memadai maka kesejahteraan yang diidamkan akan terwujud. Apabila masyarakat Lobar sudah menjadi manusia unggul, mandiri dan sejahtera maka dengan sendirinya dapat menjadi manusia yang bermartabat.

Sebagaimana halnya visi dan misi Pemkab Lobar, yakni menciptakan masyarakat yang memiliki harga diri dan dapat berdiri tegak sejajar dengan masyarakat di derah lain.

‘’Semoga dengan ikhtiar yang telah dan akan terus dilaksanakan, cita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang unggul, mandiri, sejahtera dan bermartabat dengan dilandasi nilai Patut Patuh Patju dapat terwujud,” harap Bupati Zaini Arony.

STQ XIII tingkat Kabupaten Lobar, itu diikuti oleh 220 kafilah dari 10 kecamatan. Kegiatan itu bertujuan untuk menarik minat masyarakat membaca dan memaknai kandungan isi Al-Quran. Disamping untuk menyeleksi qori’ dan qoriah terbaik yang akan mewakil daerah ke STQ tingkat Provinsi NTB.

Sumber: Lombok Post, Selasa 6 Mei 2014

PAWAI TA`ARUF DAN PEMBUKAAN STQ XXIII KAB.LOBAR DIPUSATKAN DI KECAMATAN LINGSAR

Giri Menang – Seleksi Tilawatil Qur`an (STQ) ke-23 tahun 2014 Kabupaten Lombok Barat (Lobar) dibuka Bupati Lombok Barat, Dr.H. Zaini Arony hari Minggu (4/5) di lapangan umum Lingsar mengingat Kecamatan Lingsar merupakan tuan rumah STQ kali ini. STQ yang berlangsung selama empat hari dari tanggal 4 sampai tangal 7 Mei tersebut sebelum dibuka pada malam harinya, didahului dengan pawai ta`aruf pada sore harinya diikuti sekitar 3.000 orang terdiri dari 10 kafilah dari masing-masing kecamatan di Lobar. Start pawai dari SMPN 3 Lingsar dan finish di panggung kehormatan sebelum memasuki lapangan. Dalam acara tersebut, hadir Wakil Bupati Fauzan Khalid dan sejumlah SKPD. (lebih…)

HARI PERTAMA UN, BUPATI PANTAU SMPN 1 NARMADA

Giri Menang – Hari pertama Ujian Nasional (UN) Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs), Bupati Lombok Barat (Lobar), Dr. H. Zaini Arony didampingi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadis Dikbud), Ispan Junaidi, M.Ed., melakukan kunjungan memantau beberapa sekolah yang melaksanakan UN. Bila Wakil Bupati (Wabup), Fauzan Khalid, M.Si., memantau SMPN 1 Gunungsari, bupati memantau SMPN 1 Gerung, SMPN 5 Gerung, SMPN 4 Gerung dan SMPN 1 Narmada.

Pada sekolah terakhir yang disebutkan tersebut, Bupati Zaini diterima Kepala Sekolah (Kasek) SMPN 1Narmada, Badri, S.Pd., dan beberapa orang guru, yang selanjutnya meninjau beberapa bangunan sekolah. (lebih…)

1 36 37 38 39 40 61