Gerung, Diskominfotik – Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) melalui program WASH-SDGs for COVID-19 Inclusive Intervention (WISE) bersama Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Lombok Barat  (Lobar) melaksanakan workshop penanganan limbah medis infeksius yang dilaksanakan secara tatap muka dan daring serta disiarkan secara langsung melalui Zoom, Senin 15 Maret 2021 lalu, dan dilakukan penutupan acara tersebut dengan melakukan tindakan edukasi langsung pada masyarakat pada 10 titik di dua desa yakni Desa Banyumulek Kecamatan Kediri dan Kelurahan Dasan Geres Kecamatan Gerung, Jum’at (19/3/2021).

Dalam workshop tersebut Pemda Lobar akan melakukan sosialisasi kebijakan penanganan limbah medis kepada petugas kesehatan dan masyarakat, dan akan memfasilitasi pembentukan Peraturan Bupati (Perbup) terkait penanganan limbah infeksius.

Selain itu, disepakati pula dalam workshop, bahwa Pemda Lobar bekerja sama dengan Plan Indonesia untuk melaksanakan pelatihan untuk petugas sanitarian dan Promosi Kesehatan (Promkes) di 12 Puskesmas di Lobar, pelatihan kader kesehatan desa percontohan, dan pendampingan penanganan limbah medis rumah tangga pada lima desa percontohan di Lobar.

Limbah medis sekarang ini tidak hanya dihasilkan dari tempat-tempat layanan kesehatan, melainkan juga dari rumah tangga, yang berpotensi menjadi sumber penularan COVID-19. Plan Indonesia siap bekerjasama dengan Pemda Lobar untuk sosialisasi penanganan limbah medis infeksius rumah tangga di seluruh wilayah kerja Plan Indonesia yang bekerja pada tujuh provinsi di Indonesia termasuk di Kabupaten Lobar.

Perlu diperhatikan pula pentingnya mengidentifikasi pembelajaran yang diperoleh yang bisa disebarluaskan pada Pemda dan pihak-pihak lain baik di Nusa Tenggara Barat (NTB) maupun di luar NTB.

Plan Indonesia akan memfasilitasi kegiatan pembelajaran agar inovasi dalam penanganan limbah infeksius di Lobar dapat disebarluaskan dan dapat direplikasi oleh pemerintah di kabupaten/kota dan provinsi lain.

Plan Indonesia berupaya meningkatkan ketersediaan dan akses air bersih dan sanitasi inklusif di tingkat desa, antara lain melalui proyek WASH-SDGs for COVID-19 Inclusive Intervention (WISE). Proyek pencegahan penyebaran pandemik COVID-19 melalui sanitasi total berbasis masyarakat ini dilaksanakan dua wilayah, yaitu Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Kabupaten Lombok Utara, NTB.

Proyek ini menyasar 350.000 warga di provinsi NTT dan NTB, 175.000 orang dari total tersebut adalah orang yang masuk pada kategori berisiko. Kategori orang berisiko menurut Plan Indonesia adalah keluarga kurang mampu, anak dengan peran sebagai kepala keluarga/ anak perempuan yang sudah menikah, ibu sebagai kepala keluarga, keluarga dengan ibu menyusui dan keluarga dengan orang yang dikategorikan tua. Selain itu orang dengan keluarga yang berada di bawah pengawasan/dicurigai mengalami COVID-19, pasien COVID-19, dan keluarga yang memiliki sudah meninggal karena COVID-19 masuk juga dalam penerima manfaat.

Juru bicara untuk Plan Indonesia WISE Project Manager, NTB Sabaruddin  menjelaskan,“Kami bekerja untuk memperjuangkan pemenuhan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan dengan cara memastikan anak mendapatkan akses pengasuhan, tumbuh dan berkembang bebas dari segala bentuk kekerasan, sehat secara fisik dan mental, berdaya dan mampu menjadi pemimpin,” ungkapnya.

“Bersama kelompok dan jejaring kaum muda, kami bekerja untuk memastikan suara anak dan kaum muda terlibat dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada pemenuhan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan. Selain melakukan pendampingan dan kerja-kerja pembangunan komunitas di tingkat akar rumput untuk membantu memastikan tidak ada anak yang tertinggal (“no child left behind”), Plan Indonesia juga memiliki mandat tanggap bencana, dan melakukan respons tanggap darurat di Lombok dan Sulawesi Tengah,” tambanya.

Plan International, termasuk Plan Indonesia, memiliki komitmen dalam mendorong kesetaraan gender terutama hak anak perempuan. Berbagai upaya dilakukan agar anak perempuan bisa terpenuhi haknya melalui pembangunan agency hingga mendorong terciptanya lingkungan yang mendukung bagi tumbuh kembang anak perempuan. Salah satunya adalah inisiatif kampanye Girls Get Equal yang mendorong kesadaran dan partisipasi bermakna anak perempuan agar mereka bisa memiliki kesempatan yang setara dalam belajar, memimpin dan membuat keputusan untuk kepentingan dirinya. Diskominfotik/YL