GIRI MENANG-Tidak hanya belajar agama. Itulah harapan Muhammad Nursandi, ketua SIF (Sandi Institute Film), sebagai pelaksana workshop film di Ponpes Nurul Haramain Nar­mada, Jumat-Minggu (18-20/10).

“Mereka juga bisa belajar dan memahami proses pembuatan film,” tutur sutradara film Perempuan Sasak Terakhir ini.

Masuknya SIF dan Multimedia Art Community (MAC) ke ponpes ini, dikatakan pria yang juga dikenal dengan nama Sandi Amaq Rinjani ini, dapat menjadi contoh bagi sekolah-sekolah atau ponpes-ponpes lain untuk masuk ke dunia perfilman. Sehingga, pembuat film tidak hanya datang dari para lulusan jurusan perfilman saja. Tetapi, yang lain juga memiliki kreatifitas yang sama.

Ia sangat mengharapkan Indonesia kedepannya, NTB khususnya, dunia perfilman menjadi lebih luas. Sehing­ga, orang-orang, 30 siswa MANW Putra dan Putri Narmada ini khususnya, tidak hanya menjadi penonton. Tetapi juga memahami proses pembuatan filmnya.

“Bikin film itu gampang,” kata Pria asal Rensing, Sakra Barat, Lombok Timur ini. Hairi Habibullah, kepala MANW Putri Narmada, mengatakan, kegiatan ini sangat penting. Yakni, untuk memfasilitasi bakat-bakat terpendam santri dan santriwati di Ponpes Nurul Haramain. Ia berharap, suatu saat film-film pendek yang mendidik dan islami lahir dari para santri sederhana.

‘’Mereka akan menjadi embrio untuk ekskul (ekstrakurikuler) Kelompok Pecinta Sinematografi,” jelasnya.

Wokshop fim ini diadakan atas kerja sama antara Ponpes, SIF, dan MAC. Kegiatannya berlangsung selama tiga hari, yakni Jum’at, Sabtu, dan Minggu. Kegiatan diisi dengan teori, praktik, dan editing film.

Sumber: Lombok Post, Senin 21 Oktober 2013