PLN Tindaklanjuti Tuntutan Warga

Polusi PLTU Jeranjang

GIRI MENANG-Keluhan warga terkait polusi pembakaran batu bara pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeran¬jang, Desa Taman Ayu, Kecamatan Gerung mulai ditindaklanjuti. Berbagai upaya dilakukan Perusahaan Listrik Negara (PLN) wilayah NTB untuk meminimalisir dampak lingkungan dari aktifitas PLTU tersebut.

“Hari ini (kemarin) sudah mulai di¬lakukan pemusnahan limbah ampas batu bara,” kata Humas PT PLN Wilayah NTB Amrullah, kemarin. Menurutnya, pihak PLTU bersama PLN NTB sudah menandatangani perjanjian dengan Farya Beton untuk pengangkutan limbah ampas batu bara. Sehingga, tidak lagi mencemari udara di sekitar lokasi PLTU. Pihaknya, kata Amrullah, juga akan melakukan penyiraman rutin di beberapa ruas jalan setempat. Sehingga, debu yang selama ini dikeluhkan warga pun tidak bertebaran.

Upaya lain yang dilakukan, lanjut Am¬rullah, akan dilakukan penghijauan di sekitar Jeranjang. Bulan depan, segera didatangkan ratusan pohon terembesi dan sekitar 400 bambu dari Jakarta. Pepohonan tersebut akan ditanam di sekitar areal PLTU untuk meminimalisir polusi. Langkah lain, kata Amrullah, juga sudah disiapkan. Yakni adanya penangkal debu menggunakan spandek atau terpal di area- area tertentu. “Kita langsung bertindak, mengupayakan agar tak ada lagi polusi. Sehingga, tak mengganggu aktifitas warga di sekitar PLTU,” katanya.

Diberitakan sebelumnya, puluhan warga Dusun Jeranjang mengamuk pada Senin siang (22/9) di areal PLTU. Warga yang disulut emosi dengan beringas merusak beberapa fasilitas kantor milik PLN dan PLTU. Kekesalan itu salah satunya dipicu polusi yang timbul akibat aktifitas pemba¬karan batu bara. Dampak dari polusi itu, warga mengaku terganggu kesehatannya dan lingkungan setempat kotor.

Sementara, terkait tuntutan warga agar mengoptimalkan penyerapan tenaga kerja lokal pada PLTU tersebut, Amrullah mengatakan bahwa hal itu memang sulit dilakukan. Pasalnya, perekrutan pegawai tetap harus mengikuti standar skill yang dipersyaratkan. Menurut Amrullah, pihaknya pun telah mendorong warga sekitar untuk ikut tes tetapi memang tak banyak yang berhasil terjaring.

“Tes masuk sebagai pekerja kan kita buka secara umum. Bagaimanapun tetap harus mengacu pada standard dan sklill yang dipersyaratkan,” jelasnya.

Sementara, lanjut Amrullah, pengerjaan PLTU Jeranjang yang sudah dimulai tahun 2009, sampai saat ini, memang belum rampung seratus persen. Selama satu tahun terakhir, baru unit 3 yang mulai dioperasikan. Sementara, unit-unit lainnya masih dalam pengerjaan. Ditargetkan, satu unit bisa segera rampung akhir tahun ini.

“Kita target awal tahun atau pertengahan tahun depan, semua unit sudah selesai,” pungkas Amrullah. (uki)

Sumber: Harian Lombok Post: Rabu, 24 September 2014

Pemkab Tetap Upayakan Relokasi

Terkait Pengungsi di Duduk

Giri Menang-Pemerintah Kabupaten Lombok Barat (Lobar) akan tetap mengupayakan relokasi terhadap warga Duduk, Kecamatan Batu Layar pasca kediamannya dieksekusi setelah kalah dalam perkara. Relokasi tersebut dianggap sebagai jalan keluar terbaik bagi warga Duduk yang saat ini masih bertahan di pengungsian.

“Pemerintah terus mengupayakan ada solusi. Sebelumnya,kami sudah tawarkan warga untuk pindah ke Senteluk. Namun coba kita tawarkan lagi,” kata Bupati Lobar Dr H Zaini Arony.
Terakhir, pemerintah mengaku sudah menginisiasi pertemuan bersama warga, perwakilan banjar, serta aparat keamanan untuk bersama-sama mencari jalan keluar. Dari pertemuan tersebut, menurut Zaini, sudah diperjelas duduk persoalannya. Dikatakan, status dari tanah yang disangketakan sendiri sudah jelas menjadi kepemilikan Pura Giri Natha yang beralamat di Tanaq Mbet Timur, Kecamatan Batu Layar.

Zaini memaparkan, lahan itu awalnya disewakan oleh pihak banjar kepada 17 kepala keluarga. Belakangan ada salah seorang diantara warga yang justru menjual belikan tanah tersebut. Lambat laun, jumlah KK yang bertempat tinggal di atas lahan itu pun bertambah hingga 48 KK. Begitu pihak banjar memperkarakan status lahan tersebut, puluhan KK itu pun tergusur dan kini hidup mengungsi.

“Kita sudah mendengar keterangan kedua belah pihak dan sudah dievaluasi. Status lahan itu sudah jelas kepemilikan- nya pada Pura Giri Natha. Mau tidak mau, warga Duduk memang haras menerima,” kata Zaini.

Untuk itu, pemerintah sudah menawarkan warga di pengungsian untuk pindah ke Senteluk. Namun, diakui, puluhan pengungsi tersebut masih ngotot bertahan. Di satu sisi, pemda juga mengaku sempat melobi pihak banjar agar berkenan memberikan lahan seluas 2 hingga 2,5 are untuk masing-masing kepala keluarga di pengungsian. Namun, belum mendapat respon dari pemilik lahan.

“Solusi yang bisa kita tawarkan sejauh ini hanyalah relokasi ke Senteluk. Saya sudah hubungi asisten 1 dan camat setempat untuk terus melakukan pendekatan dengan warga agar mau direlokasi. Yang penting sekarang, tidak ada penggusuran lagi,” tegas Zaini. (uki)

Sumber: Harian Lombok Post: Rabu, 24 September 2014

Mereka yang Mengharumkan Lobar di Bidang Kehutanan (2-Habis)

Kelopok Tani Madu Sari Juara II Wana Lestari Tingkat Provinsi

Udin sebelumnya sama sekali tak menyangka jika usaha budidaya madu yang dilakukannya bersama beberapa warga sekitar kini berkembang dengan baik. Ketekunan dan kerja keras telah mengantar  Kelompok Tani Madu Sari yang diketuai Udin cukup kewalahan memenuhi permintaan pasar terhadap produk mereka.
BAIQ FARIDA, Giri Menang

KAWASAN Dusun Batu Goleng, Desa Tempos, Kecamatan Gerung cukup sejuk karena dikelilingi kawasan hutan. Sejumlah pohon rindang berjajar di pinggir jalan menghiasi pemandangan di kampung ini.

Memanfaatkan kondisi lingkungan yang ditumbuhi aneka flora, Udin bersama warga sekitar tergerak untuk mencoba budidaya madu pada 2001 silam. Mereka tergerak untuk menambah penghasilan sekaligus memelihara kelestarian lingkungan sekitar. Diyakini dengan menggantungkan hidup di kekayaan hutan, para warga yakin akan lebih bertanggung jawab terhadap kawasan hutan di wilayahnya.

Awalnya budidaya yang dilakukan warga bersifat tradisional. Pendapatan dari usaha ini pun tak terlau mencukupi kebutuhan mereka. Kemudian setelah mendapat pendampingan dari penyuluh, mereka kini membuat stup untuk rumah lebah sehingga berimbas pada meningkatnya produktivitas madu yang dihasilkan.

Namun permintaan pasar yang tinggi justru kerap tak sanggup mereka penuhi karena jumlahnya yang cukup banyak dan tak sebanding dengan produksi madu lokal.

‘’Kami cukup kewalahan memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat,” kata Udin. Di sisi lain, produk madu yang dihasilkan kelompok tani beranggotakan 30 orang ini sudah mampu menembus hotel, restoran maupun pasar swalayan lokal. Bahkan ada juga permintaan dari luar daerah yang telah mereka penuhi.

“Intinya kalau dari soal pema- saran kami tidak kesulitan. Berapapun produksi madu yang dihasilkan, pasar tetap siap membeli,” tandasnya. Menurut Udin, madu yang dihasilkan kelompoknya memiliki beberapa keunggulan. Pertama dari segi kemasan, produk mereka sudah memenuhi standar di swalayan. Termasuk soal higienitas. Sementara dari sisi kualitas, dia berani menjamin keaslian madu yang dihasilkan.

“Di kelompok ini, tidak sembarang orang bisa memanen. Hanya pengurus kelompok dan beberapa anggota tertentu yang boleh melakukannya untuk menjaga keaslian madu yang dihasilkan,” ujarnya kembali.

Prestasi lain yang telah diraih kelompok ini adalah mereka berhasil keluar sebagai juara 2 tingkat provinsi NTB dalam lomba wana lestari. Mereka dianggap berhasil melakukan penghijauan dan konservasi alam. (*)

Sumber: Harian Lombok Post: Rabu, 24 September 2014

Tes CPNS dengan CAT Dongkrak Indeks Persepsi Korupsi

20131212_pengumuan_cpns1JAKARTA – Seleksi CPNS dengan bantuan komputer atau yang dikenal dengan sistem computer assisted test (CAT) diyakini mampu mendongkrak indeks persepsi korupsi (IPK). Sebab dengan sistem yang sangat transparan ini, masyarakat yang selama ini beranggapan bahwa penerimaan CPNS sarat KKN, secara berangsur-angsur akan berubah.

(lebih…)

1 153 154 155 156 157 242