Sekotong, KIM Sekotong – Belajar tak mesti di ruang sekolah, belajar dapat dilakukan dimana-mana, termasuk di alam terbuka orang bisa belajar, membaca dan menganalisa untuk meningkatkan ilmu pengetahuan. Hal ini dilakukan masyarakat terutama anak-anak di sebuah desa yang jauh dari hiruk pikuk pergulatan hidup masyarakat. Desa itu bernama Desa Kedaro di Kecamatan Sekotong Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Disana berdiri sebuah taman bacaan. Anak-anak membaca buku di taman terbuka yang hijau sehingga dinamakan Taman Baca Hijau. Anak-anak pada setiap sore dan waktu libur sekolah berkumpul membaca buku di Taman Baca Hijau. Hal itu dikatakan zulhamdi di Taman Baca Hijau Dusun Mertak Mas Desa Kedaro, Sabtu (20/7/2019).

“Mereka bermain dan membaca di Taman Baca Hijua pada waktu sore atau pada waktu liburan sekolah,” ungkapnya.

Taman Baca Hijau mulai di buka pada akhir tahun 2018 terletak di daerah perbukitan terpencil di ujung paling selatatan Desa Kedaro sekitar 20 kilometer dari pusat Kecamatan Sekotong. Puluhan anak-anak usia sekolah dasar asyik dengan buku-buku bacaannya.

Meski terletak di daerah terpencil dengan penduduk sekitar 50 Kepala Keluarga, tetapi tak mengurangi semangat anak-anak gunung tersebut untuk membaca dunia lewat buku.

Akses jalan menuju tempat ini cukup ekstrim berupa jalan berbatu dan terjal. Untuk sampai ke lokasi ini dapat di tempuh melalui jalur kedaro tepat di persimpangan jalan Hotel Sundancer ke arah selatan. Selain itu juga bisa ditempuh melalui jalur Telaga Lebur Sekotong Tengah melewati Dusun Loang Batu. Kurang lebih 1 kilometer dari jalan aspal kita akan melewati jalan tanah berbatu naik turun bukit. Dengan jarak tempuh sekitar 1 jam menggunakan sepeda motor.

Taman Baca Hijau terletak di lereng bukit dengan area persawahan dan perumahan warga di bawahnya. Nuansa hijau perbukitan akan terasa menyejukkan dengan semilir angin semakin menambah kesunyian tempat itu.

Buku-buku ditaruh disebuah pondok kecil sederhana. Beberapa deret meja dari kayu tertata rapi sebagai tempat anak-anak membaca. Terdapat juga beberapa gambar hasil karya anak-anak taman baca hijau serta pesan-pesan tentang pentingnya membaca tulis di berbagai tempat sudut taman itu.

Sekitar 100 buah buku bacaan anak-anak yang terdiri dari buku-buku dongeng, komik, buku-buku keagamaan terkoleksi disana. Semua buku tersebut merupakan hasil sumbangan dari para donator yang peduli dengan gerakan taman baca hijau.

“buku-buku ini hasil lsumbangan dari komunitas Kompas, Mahasiswa Unram, H. Abdul Majid, Komunitas Tanger dan lain yang tidak dapat kami sebutkan satu demi satu, terima kasih atas supotnya,” kata hamdi menuturkan.

Selain kegiatan membaca, Taman Baca Hijau juga memiliki program lain seperti kegiatan mewarnai, kursus Bahasa Inggris, Mengaji Al-quran. Juga penanaman obat dan sayuran menjadi kegiatan tambahan.

Area Taman Baca Hijau memiliki luas sekitar 100 meter persegi dan merupakan lahan pribadi dari Zulhamdi sang penggagas Taman Baca Hijau.

“ini lahan milik pribadi, dulunya bekas area bendungan yang dipergunakan sebagai lokasi taman baca,” ucapnya.

Dengan adanya taman baca hijau tentu berdampak terhadap pengembangan minat baca anak-anak pelosok. Perhatian dan dukungan semua pihak tentu sangat dibutuhkan.

“kami butuh bangunan berugak/gazebo, buku-buku bacaan, ATK dan alat lukis, mengingat anak-anak banyak yang memiliki bakat menggambar, kata zul sapaan zulhamdi.

Gerakan Taman Baca atau perpustakaan terbuka ini telah memberikan sumbangsih terhadap pentingnya pengenalan litersi sejak dini terhadap anak-anak di tempat terpencil, perbukitan Desa Kedaro Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat ini. Keberadaanya menjadi obat penawar terhadap minimnya minat baca akibat anak-anak yang ketagihan game online yang kian melenakan metreka. Maka disaat ada upaya untuk menumbuhkan minat baca lewat Taman Baca Hijau tersebut, mari kita dorong agar lebih banyak lagi tumbuh taman baca-taman baca seperti itu di negeri kita Indonesia. MC Lombok Barat/Sid/rasidibragi