Kabupaten Lombok Barat (Lobar) dikenal sebagai salah satu daerah kepulauan di NTB. Pulau-pulau kecilnya itu memiliki potensi sumber daya alam yang cukup besar. Namun, dalam satu dekade belakangan ini, laju pemanfaatannya cukup intensif sehingga terjadi degradasi.

GIRI MENANG PUJI dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat dan hidayahnya kita semua bisa berkumpul hari ini. Pernyataan itu dilontarkan Bupati Lobar H Zaini Arony, di hadapan ratusan nelayan dan para siswa sekolah dasar (SD). Mereka diundang sebagai peserta acara kampanye penyadaran adaptasi perubahan iklim dan ketahanan masyarakat pesisir.

Kegiatan yang digelar Pemkab Lobar bekerja sama dengan USAID-IMACS tersebut dipusatkan di Dusun Cemare, Desa Lembar Selatan, Kecamatan Lembar. Hadir juga pada acara itu perwakilan IMACS Kun Praseno, serta sejumlah pejabat lingkup Pemkab Lobar.

Bupati memaparkan, wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di daerahnya potensial untuk pengembangan usaha budi daya laut. Selain itu,penangkapan ikan dan pengembangan energi listrik dari tenaga gelombang dan arus laut.

Melihat potensi sumber daya alam yang besar itu, maka hal ini tentu harus menjadi andalan dan prioritas dalam menggerakkan potensi sum­ber ekonomi pembangunan di Lobar. “Karena disadari bahwa dengan upaya percepatan pembangunan kawasan pesisir maka tujuan meningkatkan kesejahteraan nelayan bukan hal mustahil,” katanya.

Pembangunan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi banyak aspek. Diantaranya, aspek perikanan dan kelautan. Selain itu, perhubungan, pariwisata, pertanian dan kehutanan. Kebijakan pembangunan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Lobar, diarahkan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pembukaan lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha.

Selain itu, pengembangan pro­gram dan kegiatan yang mengarah pada peningkatan pemanfaatan sumber daya secara optimal dan lestari. Selanjutnya, meningkatkan kemampuan peran serta masyarakat pesisir dalam pelestarian lingkungan. Tujuan lainnya adalah sebagai upaya meningkatkan pendidikan, latihan, riset dan pengembangan wisata pesisir dan kelautan.

Namun, dengan berkembangnya berbagai kepentingan, kata bu­pati, membuat wilayah pesisir menyangga beban lingkungan yang berat. Baik itu akibat pemanfaatan yang tidak terkendali, tidak teratur, serta tidak mempertimbangkan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan.

Hal ini diperberat pula oleh kenyataan bahwa wilayah pesisir rentan terhadap perubahan ling­kungan dan bencana alam karena pengaruh besar dari daratan dan lautan. Seperti banjir, abrasi pantai, kenaikan suhu global (global warming) dan lain-lain.

Disamping itu, laju pertumbuhan penduduk yang terus mengalami peningkatan seiring dengan tuntutan pemenuhan ekonomi masyarakat pesisir. Maka potensi sumber daya alam pesisir dan pulau-pulau ke­cil akan menjadi obyek buruan utama dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi tersebut. Sehingga pola eksploitasi sumber daya yang tidak terkendali dikhawatirkan akan mengancam eksistensi dan keberlanjutan sumber daya alam bagi kebutuhan generasi masa mendatang.

“Potret kondisi seperti ini hampir merata terjadi di seluruh wilayah pesisir Indonesia umumnya dan Lobar pada khususnya,” ujar Zaini.

Bertolak dari kondisi dan permasalahan itu, maka langkah strategis dan konstektual patut dikedepankan dalam mewujudkan keseimbangan lingkungan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil dari ancaman degradasi.

Salah satu langkah nyata adalah melalui partisipasi aktif semua pihak dalam memperlakukan alam secara arif dan bijaksana. Untuk itu, melalui kesempatan itu, bupati mengajak semua pihak untuk berperan aktif dalam menggali informasi sebanyak-banyaknya terkait cara adaptasi terhadap perubahan iklim. Selain itu, turut menyukseskan kampanye pe­nyadaran adaptasi perubahan iklim dan ketahanan masyarakat pesisir.

“Saya atas nama Pemkab Lobar juga menyampaikan apresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya kepada pihak USAID-IMACS Indonesia atas dedikasinya,” ujar Zaini.

Sumber: Lombok Post, Rabu 16 April 2014