SETELAH DIVERIFIKASI, RUMAH RUSAK DI LOMBOK BARAT BERTAMBAH

Giri Menang, Rabu 19 September 2018 – Setelah lebih dari sebulan para tim verifikator berkutat ke lapangan untuk menghimpun dan memverifikasi rumah-rumah rusak, akhirnya melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Posko Utama Penanganan Bencana Gempa Bumi Kabupaten Lombok Barat (Lobar) pun merilis angka sementara, terhitung per hari ini, Rabu (19/9).

Menurut Kepala Dinas PUPR Lobar, I Made Arthadana, data sementara rumah rusak yang dirilis saat akhir masa tanggap darurat Agustus lalu telah terkoreksi.

“Malah bertambah, dari 57.614 rumah menjadi 61.652 rumah rusak. Itu pun pasti mengalami penambahan lagi, karena dua kecamatan belum selesai,” ujarnya saat dihubungi via telpon.

Kecamatan yang belum tuntas diverifikasi, tambah Made, adalah Kecamatan Batulayar baru tuntas 83% lebih dan Kecamatan Lingsar baru tuntas 72% lebih.

Dari data yang dipampang oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang mendampingi Lobar, per tanggal 22 Agustus 2018 lalu, 23.007 rumah rusak ringan, 14.820 rusak sedang, dan 19.787 rusak berat.

Setelah lebih dari sebulan diverifikasi oleh 309 orang verifikator, kondisinya mengalami perubahan sesuai dengan hasil temuan faktual di lapangan.

Perubahan terbesar ada pada jumlah rumah rusak ringan yang sebelumnya tercatat hanya 23.007, namun bertambah menjadi 37.487. Demikian juga dengan rusak sedang dari 14.356 rumah setelah diverifikasi berubah menjadi 11.356, dan rusak berat dari 19.787 menjadi 12.809 rumah.

Penambahan jumlah rumah rusak terjadi di Kecamatan Gunung Sari, dari 15.696 rumah setelah diverifikasi bertambah signifikan menjadi 17.611 rumah. Demikian pula halnya di Kecamatan Narmada dari semula hanya 8.204 rumah bertambah menjadi 8.874.

Kecamatan lain pun terkoreksi, namun tidak sebesar Kecamatan Gunung Sari.

Melihat kecenderungan tersebut, Made meyakini bahwa datanya akan mengalami perubahan lagi. Data di Posko Utama di Aula Kantor Camat Lingsar menyebutkan untuk Kecamatan Batulayar adalah sebanyak 10.009 rumah, namun selesai diverifikasi baru 8.332 atau 83% rumah saja. Demikian pula dengan Kecamatan Lingsar dari 11.813 rumah yang didata, namun baru 8.520 rumah atau 72% lebih yang telah diverifikasi.

“Sekali lagi ada kecenderungan bertambah. Kita masih akan validasi lagi sampai tanggal 25 September nanti,” pungkas Made beralasan lebih hati-hati agar data yang diberikan pihaknya lebih akurat.

Seperti diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan yang diterbitkan oleh BNPB, proses rehabilitasi rumah-rumah rusak tersebut tidak bisa dilalukan serta merta setelah didata dan diverifikasi.

Pihak BNPB menetapkan aneka prosedur yang harus ditempuh oleh para warga walau uang perbaikan rumah sudah ada di rekeningnya.

Prosedur tersebut antara lain adalah sosialisasi secara massif dan berjenjang, pembentukan kelompok masyarakat (pokmas) oleh masyarakat berdasarkan jenis kerusakan runahnya, lalu melakukan rehabilitasi secara gotong rotong per kelompok masyarakat.

DI TENGAH BENCANA, LOMBOK BARAT RAIH PENGHARGAAN NASIONAL

Padang, Rabu 19 September 2018 – Walau disibukkan selama lebih dari dua bulan menghadapi bencana gempa bumi, pelayanan publik dan pembangunan di Kabupaten Lombok Barat (Lobar) tetap berjalan optimal. Hal tersebut ditunjukkan oleh Bupati Lobar H. Fauzan Khalid beserta jajarannya di Pemerintah Daerah.

Khususnya oleh Dinas PUPR dan Dinas Pertanian, Pemkab Lobar tetap disibukkan oleh pelayanan di bidang infrastrukrur fasilitas umum yang diharuskan mampu menjamin keamanan pangan di Lobar.

Kondisi tersebut telah mampu mencuri perhatian Pemerintah Pusat yang kemudian mengganjar Lobar dengan Penghargaan sebagai Terbaik Nasional di bidang Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan (OP) Irigasi tahun 2018 ini.

Penghargaan tersebut diterima oleh Bupati Lobar H. Fauzan Khalid di Hotel Grand Inna Padang Sumatera Barat (17/09) yang langsung diberikan oleh Dirjen Bangda Kemendagri RI.

Acara pemberian penghargaan itu sendiri digandeng dengan acara Konsultasi Regional Operasi Pemeliharaan Sumber Daya Alam Wilayah Barat yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri dan dibuka secara resmi oleh Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Bangda Kemendagri RI, Ir. Diah Indrajati, M.Sc.

Dihadapan 580 orang undangan dan juga dihadiri oleh KemenPUPR, Bappenas, Kemenko Perekonomian, dan Kemenkeu RI, Fauzan terlihat sumringah menerima plakat penghargaan tersebut.

Plakat penganugerahan tersebut diberikan ke Pemkab Lobar karena dinilai sebagai Kabupaten Penyelenggara OP Irigasi Terbaik Nasional untuk Tahun 2017 lalu. Bersama 10 Pemerintah Provinsi yaitu Bali, Lampung, DI Jogjakarta, Sulawesi Tengah, Jawa Tengah, Jawa Barat, Gorontalo, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat dan Kabupaten Cirebon, Kota Payakumbuh, Kulon Progo, Jember, Pati, Kota Baru, Sinjai, serta Kabupaten Grobogan, Lobar mampu menyisihkan 514 Kabupaten/ Kota se-Indonesia.

Pemkab Lobar dianggap mumpuni dan berkomitmen dalam mengelola irigasi.

“Komitmen Pemda menjadi salah satu indikator utama,” ujar Kepala Dinas PUPR Lobar I Made Arthadana yang mendampingi Fauzan.

Selain komitmen Pemda, tambah Made, kriteria lainnya adalah rencana pengembangan yang disusun, kondisi jaringan, indeks kinerja, dan ketersediaan tenaga operator.

“Tapi kepedulian Pemda, itu kriteria utama,” pungkas Made.

Fauzan sendiri mengaku bangga dengan capaian tersebut.

“Alhamdulillah capaian kita tahun ini Terbaik Nasional. Kalau tahun lalu kita hanya mampu menempati nomor urut 3, sekarang kita nomor urut 1,” ujar Fauzan yang berjanji untuk terus berkomitmen terhadap persoalan tersebut.

Bagi Fauzan, masalah irigasi adalah variabel utama dalam pertanian.

“Kita harus mampu menjamin tata kelola air buat pertanian agar produksi pertanian tetap surplus dan mampu mensejahterakan masyarakat,” kata Fauzan.

Untuk diketahui, Lobar memiliki luas area pertanian mencapai lebih dari 17.600 hektar area persawahan yang terbagi menjadi 14.200 hektar sawah irigasi dan sisanya sebanyak 5.200 hektar adalah sawah tadah hujan.

Sektor pertanian itu mampu menyumbangkan lebih dari 21,5% pada Pendapatan Domestik Regional Bruto yang berjumlah lebih dari 9 trilyun rupiah.

Tahun 2017 lalu, sektor ini juga mampu menghadirkan surplus produksi padi lebih dari 30 ribu ton dan jagung lebih dari 28 ribu ton.

“Di samping karena ketersedian bibit, pupuk, dan alat produksi pertanian, faktor irigasi dan ketersediaan air menjadi sangat mempengaruhi,” pungkas Fauzan.

Penghargaan OP Irigasi 2017 ini menjadi sangat berarti buat Pemkab Lobar. Di samping sebagai satu-satunya di NTB di mana provinsi NTB sendiri tidak masuk, Lobar pun terbaik di Wilayah Indonesia Timur. Penghargaan ini seakan menjadi pelipur lara di tengah derita para pengungsi yang nota bene-nya lebih banyak berprofesi sebagai petani penerima manfaat irigasi.

Untuk irigasi sendiri, Lobar memiliki 25 daerah irigasi dengan 3 varian kewenangan, yaitu 2 daerah irigasi diurus Pemerintah Pusat, 3 daerah irigasi diurus Pemerintah Provinsi NTB, dan 20 daerah irigasi yang menjadi kewenangan Pemkab Lobar.

Dari 20 daerah irigasi tersebut, 4 daerah adalah daerah irigasi teknis, sisanya adalah semi teknis.

Jumlah daerah tersebut ditambah lagi debgan 57 irigasi desa.

BUPATI SINGAHE SERAHKAN BANTUAN GEMPA LOMBOK

Giri Menang, Selasa 18 September 2018 – Simpati dari berbagai daerah terus berdatangan untuk korban gempa NTB. Pagi tadi (18/9) Pemerintah Kabupaten Lombok Barat (Lobar) menerima kunjungan dari Bupati Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara. Bupati Kepulauan Sangihe bersama para pejabat Pemkab Kepulauan Sangihe serta anggota Forkopimda Sangihe diterima langsung oleh Bupati Llobar H. Fauzan Khalid didampingi Sekda H. Moh. Taufiq dan jajaran di Pendopo Bupati Lobar.

Secara khusus Bupati Kepulauan Sangihe Jabes Ezar Ganghana menyerahkan langsung bantuan berupa berupa uang tunai, pakaian layak pakai dan bantuan lainnya. Bantuan tersebut merupakan hasil sumbangan yang dihimpun dari berbagai sumber, mulai dari pegawai lingkup Pemkab Kepulauan Sanghe hingga masyarakat umum Kabupaten Kepulauan Sangihe.

“Bantuan dari kami mungkin tidak seberapa jika dibandingkan dengan penderitaan saudara-saudara kami di Lombok ini. Tapi semoga apa yang dapat kami berikan bisa bermanfaat,” kata Jabes.

Bupati Kepulauan Sangihe Jabes Ezar Ganghana menyampaikan bahwa bantuan tersebut merupakan bentuk kepedulian masyarakat Kepulauan Sange atas musibah yang dialami warga Lombok. Dia berharap bantuan tersebut bisa bermanfaat bagi masyarakat Lombok Barat.

Bagi Jabes, Lombok sendiri bukanlah daerah asing. Bahkan orang nomor satu di Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Filiphina ini fasih berbahasa Sasak. Dari informasi yang diperoleh, Jabes pernah menetap di Lombok selama 20 tahun ini.

Sementara itu Bupati Lobar H. Fauzan Khalid sangat mengapresiasi kepedulian dan bantuan yang diberikan masyarakat Kabupaten Kepulauan Sangihe untuk warga Lombok khususnya Lombok Barat.

“Kami Masyarakat Lombok Barat menyampaikan banyak-banyak terima kasih kepada masyarakat Kepulauan Sangihe khususnya Bupati Kepulauan Sangihe dan rombongan atas bantuan yang telah diberikan,”ujar Fauzan sembari berharap doa dan dukungan agar NTB khususnya Lombok Barat segera bangkit dan bangun kembali. (emi/humas)

RELAWAN DESAK PEMERINTAH BANGUN HUNTARA

Giri Menang, 16 September 2018 – Kondisi memperihatinkan yang dialami para pengungsi kembali disuarakan oleh para relawan.

Paling sedikit 14 organisasi relawan memberikan testimoni pengalamannya dan memberi masukan saat menghadiri Ngopi Bareng Aliansi Jurnalistik Independen (AJI) Mataram di Ampenan Mataram, Sabtu malam (15/09).

Relawan-relawan tersebut tidak hanya dari seputaran Mataram saja, namun ada yang datang dari Surabaya, Jombang, Jogjakarta, dan Jakarta. Bahkan Ahli Mitigasi Bencana asal Jogjakarta Dr. Eko T. Parupurno pun menyempatkan diri hadir bergabung dengan para volunteer itu.

Rata-rata mereka memiliki pengalaman yang cukup banyak, seperti saat bencana di Aceh dan Jogja.

Di samping mengeluhkan lambannya penanganan bencana oleh Pemerintah, para relawan dan awak media menyuarakan pentingnya para pengungsi segera dibangunkan hunian sementara (huntara).

“Bulan Oktober nanti sudah mulai hujan. Dengan kondisi pengungsian seperti sekarang ini saja yang sudah banyak masalah, para pengungsi mestinya bisa tinggal di hunian yang sedikit lebih layak,” ujar Fitri Rachmawati dari AJI Mataram yang sehari-hari adalah Awak Kompas TV di NTB.

Tidak hanya karena ancaman penyakit, namun juga terkait dengan munculnya banyak masalah sosial di tengah para pengungsi.

Kondisi tenda darurat yang didiami lebih dari satu keluarga, menimbulkan sisi lain, khususnya di kalangan perempuan.

“Banyak ibu-ibu dan remaja putri yang terkena gatal-gatal di area vital mereka karena tidak berani mengganti pakaian dalam. Bukan karena tidak ada, tapi mereka takut menggantinya (karena tidak ada tempat khusus, red). Sering hal tersebut dijadikan kesempatan oleh para laki-laki nakal,” tutur Isdiana Putri, relawan dari YDWS Mataram.

Bahkan lebih jauh Dian, nama pendek Isdiana, menuturkan kondisi miris di pengungsian.

Ia mengaku sudah menemukan banyak kasus pelecehan seksual yang dialami para perempuan. Ada juga kasus suami-istri yang terpaksa berhubungan badan di semak-semak,

“Mungkin sudah kebelet, tapi sayangnya diketahui anak-anak,” tuturnya

Ia pun menambahkan lagi tentang kasus pelecehan kepada anak-anak laki-laki (pedopholia, red) yang ditemukannya di wilayah Lombok Barat.

“Kasusnya sudah dilaporkan dan ditangani oleh pihak kepolisian,” tutur Dian.

Dengan kondisi tersebut, baik Fitri maupun Dian beserta para relawan lainnya mendesak semua pihak untuk segera membangunkan huntara buat para pengungsi.

Huntara yang dimaksud adalah hunian yang lebih layak dari pada tenda-tenda darurat. Sebisa mungkin huntara tersebut ditempati oleh satu keluarga, sehingga lebih memudahkan juga buat mereka menguatkan sistem sosial mereka yang menurun akibat tinggal di pengungsian.

“Trauma healing terbaik adalah keluarga, para orang tua. Kalau mereka segera keluar dari pengungsian, dengan sendirinya mereka bisa menata kembali kehidupannya” ujar Agung dari Yayasan Alit Surabaya.

Pengalaman Muslimin dari MDMC membenarkan pandangan tersebut. Ia mengaku pihaknya telah membangun huntara sebanyak 28 unit di wilayah Kabupaten Lombok Utara.

Menurut Muslimin, huntara bisa menjadi jalan keluar dari banyaknya masalah pengungsi saat kondisi pemulihan ini.

Namun para relawan pun meyakini masyarakat yang terdampak gempa mampu melakukannya sendiri.

“Mereka sesungguhnya memiliki daya tahan dan mampu mencari jalan keluar,” papar fasilitator diskusi tersebut, Abdul Latif dari AJI Mataram.

“Banyak warga di Desa Kekait yang mampu membangun huntara secara mandiri. Mereka membangun dari materal bambu, terpal, dan bahan-bahan rongsokan yang masih bisa dipakai,” ujar Fitri berkomentar.

Namun Fitri dan para relawan memandang perlu agar Pemerintah menginisiasi pembangunan huntara.

“Nantinya tidak hanya bisa dipakai oleh satu keluarga. Karena knock down, bisa dipindahkan ke keluarga yang lain ketika rumahnya sudah jadi. Atau malah bisa dipergunakan menjadi kios,” pungkas Fitri sambil memperlihatkan sebuah desain huntara yang dibuat oleh warga Desa Kekait.

Usulan untuk huntara tersebut mendapat sambutan dari relawan lain, Hamdi.

“Soal huntara ini jangan dikapitalisasi,” ujar Hamdi membenarkan bahwa masyarakat pun memiliki imunitasnya sendiri.

Dian pun mengajak relawan dan semua pihak mulai berkontribusi soal itu.

“Kalau empat orang sj berkontribusi, maka satu keluarga bisa disentuh dengan huntara,” ujar Dian.

Hal itu diiyakan oleh Eko T. Parupurno. Di samping karena huntara bisa menjadi area yang lebih aman buat warga, namun aspek ketangguhan masyarakat bisa diwujudkan.

“Termasuk model, huntara itu bisa menggunakan material yang ada di sekitar warga,” ujar Eko.

Di samping mempertimbangkan kemampuan masyarakat, para relawan itu mendesak aparatur pemerintah serta anggota DPR dan DPRD mestinya bisa memulai dan menjadi terdepan dalam memberi contoh.

Hery dari Persatuan Kuli Bangunan (Perkubal) mendesak hal yang sama. Ia menegaskan tentang peran pemerintah dalam situasi bencana yang masih kurang maksimal.

“Mari tekan terus pemerintah agar anggaran yang sudah ada bisa segera dimanfaatkan masyarakat,” ujarnya keras sambil mengeluhkan lambannya prosedur bangun rumah.

Termasuk dalam hal huntara, Hery meminta pemerintahlah yang harusnya menginisiasi huntara tersebut, bukan lembaga lainnya.

KOMISI VIII DPR RI DESAK PERCEPATAN PEMBANGUNAN DI LOMBOK BARAT

Pemerintah Kabupaten Lombok Barat (Lobar) menerima kunjungan Komisi VIII DPR RI, Sabtu (15/9). Rombongan diterima Sekda Lobar H. Moh. Taufiq di Posko Transisi Darurat ke Pemulihan Bencana Gempa Lobar di Aula Kantor Camat Lingsar. Dalam kunjungannya, Komisi VIII DPR RI menyerahkan bantuan sebesar Rp. 900 juta bagi korban gempa bumi di Lobar.

“Ini bagian dari partisipasi Komisi VIII DPR RI untuk membantu saudara-saudara kita di Lombok Barat. Atensi perlu kita lanjutkan dalam rangka menyakinkan kepada pemerintah lewat DPR bahwa anggaran yang ada kebutuhan emergency masih kurang terutama untuk kegiatan Hunian Sementara (Huntara),” kata Ketua Komisi VIII DPR RI, Ali Taher Parasong.

Ali berjanji akan memberi dukungan maksimal untuk pembangunan kembali sarana prasarana dan fasilitas umum yang luluh lantak pasca bencana gempa. Sebelumnya, pemulihan pasca gempa telah menjadi konsen pembahasan antara Komisi VIII DPR RI dengan Kepala BPNPB dalam Rapat Kerja di Jakarta beberapa waktu lalu.

“Kami Komisi VIII DPR RI berkomitmen sesegera mungkin mewujudkan kembali pembangunan sarana, prasarana dan fasilitas umum di Lombok khususnya di Kabupaten Lombok Barat. Kami berharap masyarakat setempat ikut berharap dan berpikir positif terhadap masa depan kita semua,” ungkap politisi Fraksi PAN itu.

Sementara itu, Sekda H. Moh. Taufiq memberikan apresiasi tinggi atas komitmen DPR RI khususnya Komisi VIII DPR RI dalam pemulihan kondisi NTB pasca gempa.

“Saya atas nama Pemerintah Kabupaten Lombok Barat mengucapkan terima kasih kepada Komisi VIII DPR RI yang telah peduli membantu kepada korban gempa Lombok khususnya saudara-saudara kita yang ada di Kabupaten Lombok Barat,” ucapnya.

Taufik memaparkan sejak 29 Juli lalu telah terjadi 4 kali gempa dengan skala besar di atas 6 Skala Richter. Tercatat hampir 60 ribu rumah di Lombok Barat rusak akibat rentetan gempa yang mengguncang NTB . (andy/humas)

Komisi IX Minta Kemenkes Maksimal Beri Pelayanan Kesehatan Pasca Gempa Lombok

Lingsar-24 Agustus 2018  – Banyaknya korban meninggal dunia, terluka akiba gempa Lombok secepatnya harus mendapatkan perhatian dari semua pihak. Komisi IX DPR RI yang bermitra kerja dengan Kementerian Kesehatan haruslah difungsikan semaksimal mungkin untuk bisa memberikan   pelayanan kesehatan khususnya bagi masyarakat terdampak gempa.

Pelayanan kesehatan bagi masyarakat terdampak gempa Lombok harus menyeluruh mulai dari bayi, orang dewasa sampai lansia. “Kita juga harus memastikan bahwa mereka yang menjadi korban gempa seperti luka parah, ringan dan lainnya secepatnya harus  mendapatkan pelayanan kesehatan dengan baik. Kita juga berharap aksi yang kita lakukan adalah bagaimana juga segera melakukan recorvery terhadap dampak gempa. Meskipun  kita tahu ini bukan pekerjaan mudah tapi rumit karena demikian banyaknya korban gempa,” kata Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Hj. Ermalena  di Lingsar, Lombok Barat, Jumat (24/8).

Politisi PPP dari Dapil NTB ini menambahkan, banyaknya fasilitas kesehatan seperti Rumah sakit, Puskesmas ataupun Pos Kesehatan Pembantu (Poskestu) yang mengalami rusak berat Komisi IX DPR RI memastikan akan segera melakukan rapat kerja dengan Menteri Kesehatan terkait penanganan gempa.

Menyinggung peranan BPJS Kesehatan pasca gempa dimana saat ini seluruh pelayanan kesehata diambil alih oleh negara, Ermalena justru mempertanyakan setelah tanggap darurat ini selesai bagaimana peran dan fungsi BPJS. “Namun kita sudah mendapatkan penjeasan bahwa sejauh mereka peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) maka ini menjadi tanggungjawab BPJS. Dan kita harap juga bagi yang belum menjadi peserta JKN untuk segera difasilitasi untuk bisa mendapatkan kartu JKN,” kata Ermalena.

Namun Ermalena masih mempertanyakan soal regulasi yang memungkinkan kartu JKN akan bisa  aktif setelah 14 hari. “Untuk itu nantinya akan kita bicarakan secara khusus apa ada pengecualiaan khusus untuk gempa Lombok untuk bisa disegerakan. Kalau memang diperlukan ada surat untuk itu komisi IX DPRI akan memberikan dukungan agar seluruh terdampak gempa Lombok  bisa menjadi tanggugjawab besama,” harapnya..

Terkait masih kurangnya tenaga medis bak yang ada di Lombok Barat maupun di Lombok Utara yang masih kekurangan sebanyak 40 persen dari tenaga ideal yang dibutuhkan pasca gempa ini, Ermalena mengusulkan agar kekurangan tersebut bisa diperbantukan dari tenaga medis yang ada di daerah terdekat dari Lombok seperti dari Bali, Jatim ataupun Makasar. “Pasalnya tenaga medis yang ada saat ini di dua kabupaten ini juga terkena dampak gempa, dimana rumahnya banyak yang rusak berat. Jadi mereka tidak bisa bekerja maksimal,” terang Ermalena.

Ditanya ketersediaan air bersh, Ermalena meminta kementerian PUPR segera  mengambil langkah cepat seperti melakukan pengeboran dan atau dialirkan dari sumbermata air yang sudah ada ke lokasi pengungsian. Ermalena mengkhawatirkan jika ini tidak dilakukan secepatnya akan menambah kerjaan dari tenaga kesehatan. “Penyakit bagi para pengungsi ini akan menyerang seperti  diare, penyakit kulit, Ispa dan lainnya. Ini PR yang perlu dituntaskan dalam waktu secepat-cepatnya agar beban pelayanan kesehatan kita tak menjadi berat,” pungkasnya. (her/IKP-Diskominfotik)

Rotary Club Akan Berikan Hibah 100 Tenda Bagi Korban Terdampak Gempa Lobar

Lingsar-24 Agustus 2018 –  Sebanyak 11 rombongan dari Rotary Club Indonesia yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan berencana menghibahkan sebanyak 100 tenda Rotary dan  ke para pengungsi yang terdampak gempa Lombok di Kabupaten Lombok Barat. Dalam waktu seminggu ke depan bantuan tenda Rotary ini dipastikan akan tiba dan diserahkan langsung ke Pemda Lombok Barat.Rotary Club juga akan menyiapkan Posko di Lombok Barat untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat mellaui mobil kesehatan keliling lengkap dengan obat-obatannya. Sementara tenaga kesehatan Lombok Barat bisa menggunakan mobil ini untuk memberikan pelayanan kesehatan keliling kepada masyarakat.

Presiden Rotary Club Lombok, Ace Rubin didampingi Sumantoro dari Rotary D 3410, Wayan Suryawan Rotary D 342 Bagian Timur Indonesia, Nyoman Swastika Kepala Penanggulangan Bencana Rotary bersama 11 orang rombongan diterima di Posko Komando Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi Lombk Barat di Kecamatan Lingsar, Jumat (24/8/2018).

Ace Robin kepada Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Lobar mewakili Kalaksa BPBD Lobar menjelaskan, sebelumnya Rotary menghibahkan tenda yang sama di Kabupaten Lombok Utara. “Kita tidak mengira jika di Lombok Barat juga terdampak gempa bagi masyarakatnya cukup banyak. Karena itu kita hibahkan juga tenda yang sama ke Pemda Lobar untuk selanjutnya diserahkan epada yang berhak menerimanya,” tegas Ace dibenarkan anggota Rotary Club lainnya.

Ace menambahkan, mengingat pemberian tenda ini dihibahkan dan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas sumbangan dari para donatur dan anggota Rotary Club lainnya, maka diperlukan dokumen formal hibah yang ditandatangani oleh Bupat Lombok Barat selaku penerima dan pihak Rotary selaku pihak yang menyerahkan. “Sebelum didistribusikan ke penerima kita minta Pemda bisa menyimpannya terlebih dahulu di tempat khusus agar lebih terawat dengan baik,” jelas Ace.

Ace menjelaskan, tenda dimaksud bisa diisi oleh 10 orang lengkap dan sangat memenuhi kelayakan tempat tinggal sementara. Pihak Rotary juga kerap kali melakukan kegiatan serupa bagi korban bencana baik gempa, tsunami, banjir maupun gunung meletus.

Kecuali itu yang menjadi catatan nanti bagi Rotary yang bisa tinggal di tenda hunian sementara ini diutamakan bagi orang tua, warga yang sakit, anak-anak balita, penyandang cacat (difabel) ataupun orang-orang yang dalam kondisi lemah.

Selain bantuan tenda bagi masyarakat terdampak bencana, Rotary Club juga telah berpengalaman memberikan bantuan layanan kesehatan melalui mobil layanan kesehatan keliling yang membantu ibu-ibu hamil maupun masyarakat kurang mampu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. “Semoga kiprah kami ini bisa mengurangi kesedihan dan kesulitan masyarakat yang terkena musibah bencana ini,” demikian Ace. (her/IKP-Diskominfotik)

Lombok Barat Gelar Istigoshah Berharap Gempa Segera Berakhir

Gunungsari 23 Agustus 2018 – Membedah langit, menembus asa berharap pertolongan sang Khalik dari kegundahan hati tak berujung atas ujian yang diberikan Alloh SWT berupa terjadinya rentetean gempa Lombok yang telah mengorbankan 485 jiwa lebih meningal dunia dan ratusan ribu rumah warga mengalami kerusakan.

Kejadian ini menginisiasi organisasi keagaamaan yang ada di Lombok Barat seperti NU, NW, Muhammadiyah menggelar  Istighosah Qubro di Lapangan umum Gunungsari,  Kabupaten Lombok Barat, NTB, Kamis (23/8/2018).

Istigoshah Qubro yang dimpin Rois Am PC NU Lombok Barat TGH. Muzhar Buckori tersebut diawali dengan pembacaan zikir, shalawat, doa bersama agar masyarakat Lombok menghadapi ujian berupa gempa  yang diberikan Alloh SWT ini bisa brlalu. Sholat Taubat yang dimami TGH. Fathul Aziis Mustafa Pimpinan Ponpes Al-Aziziyah, Kapek Gunungsari menutup Istigoshah Qubro tersebut.

Pantauan KIM , sejak pukul 6.15 Wita ribuan masyarakat dari berbagai unsur baik laki, perempuan anak-anak hingga dewasa berbondong-bondong memadati Lapagan Umum Gunungsari sambil membawa perlengkapan sholat seperti sajadah, tikar ataupun alas sholat yang bersih lainnya.

Panitia penyelenggara Ustaz  Ali Maksum menyatakan, pada Istigozah kali ini hadir Guberbur NTB TGB. KH. Zainul Majdi sekaligus memberikan tausyiah singkat, Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid dan Suriah PB NU Prof. Dr. KH. Hanarul Hidayah.

Pada kesempatan tersebut juga dilakukan penyerahan bantuan santunan bagi korban meninggal dunia akibat gempa bumi beberapa waktu lalu yang diserahkan secara simbolis oleh Bupati Lombk Barat  kepada tiga orang perwakilan dari ahli waris korban meninggal dunia. Masing-masing penerima mendapatkan uang santunan senilai Rp. 15 juta.

Tidak itu saja moment Idul Adha ini juga dimamfaatkan oleh berbagai donatur dari lembaga pemerintah dan swasta memberikan sumbangan hewan qurban. Direktur PT Taspen Persero Tbk, misalnya menyerahkan 1 ekor sapi kepada para korban terdampak gempa yang diterima oleh Bupati Lombk Barat H. Fauzan Khalid. Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi NTB pimpinan Siti Nurul Hijah juga menyerahkan bantuan hewam qurban kepada masyarakat korban gempa dan diterima Bupati Lombok Barat. (her/IKP – Diskominfotik)

Ungkapan Kecemasan Gubernur NTB Terkait Gempa Lombok

Gunungsari 23 Agustus 2018 –  Gubernur NTB, TGB. KH. Zainul Majdi secara pribadi turut mengaku turut merasakan apa yang dirasakan oleh seluruh masyarakat NTB, khsusnya Pulau Lombok yang terkena gempa bumi. Ada kekhawatiran bahkan ketakutan, rasa cemas, ketenangan terganggu akibat ujian yang diberikan berupa gempa berturut-turut ini.

Pernyataan tersebut diungkapkan Guberur NTB yang biasa disapa TGB ini pada istigoshah Qubro Gempa Lombok yang dilaksanakan di Lapangan Umum Gunungsari, Lombok Barat, Kamis (23/8/2018).

Gubernur dari kalangan ulama ini juga menjelaskan, seuatu yang perlu diingat oleh seluruh masyarakat NTB, bencana atau musibah bagi orang-orang yang beriman bukanlah azab, bencana atau musibah. Merujuk pada ayat suci Al-Quran, peristiwa ini menurut Gubernur, merupakan ujian dan cobaan bagi orang beriman. “Bagi saya dan insyallah kita semua musibah dan cobaan ini mudah-mudahan buahnya, kita semakin kokoh dan kuat keyakinan kita pada Allah”, tegas TGB.

Mengutip pernyataan para ulama terkait adanya ujian gempa bumi seperti saat ini di Lombok, Gubernur yang juga Ketua Tanfiziah PB Nahlatul Wathan (NW) ini menyampaikan tiga berkah dari musibah maupun bencana. Tiga berkah dimaksud yakni, pertama derajat manusia akan ditinggikan, dosa-dosa akan diampunkan, pahala-pahala akan dilipatgandakan.

Karena itu dalam Istigosah dan sholat taubat ini TGB mengajak untuk tetap bersyukur dan bersabar. “Apa yang terjadi besok tidak ada yang tahu. Saya serukan juga kepada masyarakat untuk tidak mempercayai HOAX. Apalagi yang membuat keyakinan kita rusak kepada Allah dan membuat tawakkal kita berkurang. Setelah semua ini, semua bencana pasti akan berlalu, yang tersisa adalah kita seperti apa, apa kekuatan dan keimanan kita akan bertambah, seperti apa ibadah kita, disitulah penilaian dari Allah. Maka kokohkanlah keyakinan kita,” ujar TGB dengan nada yang cukup meneduhkan sauasana.

TGB juga tak lupa memberi apresiasi dan rasa terima kasihnya kepada semua pihak, baik dari daerah, pusat, dari TNI dan Polri yang tetap tegar berdiri dalam kekalutan masyarakat untuk terus menjaga keamananan bersama rakyat. (her/IKP-Diskominfo)

Rehabilitasi Awal Gempa Lombok, Pemerintah Siapkan 938 Milyar

Gunungsari-KIM.  Pemerintah dan lembaga masyarakat lainnya saat ini sama-sama  berupaya untuk mengurangi penderitaan bagi masyarakat yang tertimpa gempa Lombok. Saat ini bisa dikatakan merupakan masa emergency dimana perhatian pemerintah focus bagaimana masyarakat bisa diselamatkan dan bisa mendapatkan tempat tinggal sementara. Untuk itu saat ini pemerintah tengah melakukan inventarisasi kerusakan rumah milik masyarakat baik yang rusak berat, sedang dan rusak ringan.

Untuk tahapan rehabilitasi pemerintah sudah mengeluarkan anggaran lebih dari 938 Milyar yang berasal dari anggaran Badan Nasional PenanggulanganBencana (BNPB) maupun yang dianggarkan dari kementerian lainnya seperti PU,  Kementerian Pendidikan, Kementerian Kesehatan “Dan kami sedang memperoses untuk tambahan anggaran sekitar 3,3 trilyun lagi. Untuk ini perlu suatu penanganan yang tepat,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani di Desa Jeringo, Kecamata Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, NTB usai mengunjungi para pengungsi korban gempa Lombok, Kamis (23/8).

Sri Mulyani menambahkan, untuk saat ini yang perlu dilakukan sementara Wktu yakni bagaimana masyarakat bisa memiliki rumah tinggal sementara agar masyarakat tetap memiliki semangat untuk beraktivitas kembali sebagaimana biasa. Pembangunan kembali rumah warga dalam hemat Menteri Sri Mulyani merupakan suatu program yang sangat penting. “Oleh karena itu semangat gotong royong oleh seluruh lapisan masyarakat di seluruh indonesia yang ingin membantu sangat dihargai dan kita terima sebagai bentuk solidaritas sesama masyarakat Indonesia,” terang Sri Mulyani.

Sri Mulyani juga menyatakan, untuk rumah rusak berat akibat gempa bumi ditetapkan akan mendapatkan bantuan sebesar Rp. 50 juta, rusak sedang Rp. 25 juta dan rusak ringan Rp. 10 juta. Dan untuk saat ini akan segera dicairkan angaran sebanyak 5000 rumah bagi pembangunan rumah.

Sementara ini menurut Sri Mulyani BNPB mengidentifikasi jumlah rumah yang rusak berat lebih dari 70 ribu rumah. “Jadi proses pengidentifikasian rumah rusak yang dilakukan oleh BNPB dan BPBD nanti akan dilakukan sesegera mungkin dengan mencatat identitas korban baik menyangkut nama, alamat dan identitas lainnya yang diperlukan untuk pendataan ini. Dengan demikian bantuan akan segera diberikan,” Menteri.

Proses pencairan tahap awal kata Menteri sudah dimulai dimana rumah rusak berat sebanyak 5000 unit rumah yang sudah teridentifikasi bisa segera dicairkan. BNPB sendiri hingga saat ini sudah melakukan penggunaan anggaran lebih dari 600 milyar. “Dan untuk tambahan dari jumlah yang akan dibantu akan segera disampaikan kepada Kementerian Keuangan,” kata Menteri.

Kehadiran Menteri Sri Mulyani di Lombok selain melihat dari dekat kondisi rumah yang rusak akibat gempa dan kondisi para pengungsi, jajaran Kementerian Keuangan bersama Dharma Wanita Kementerian Keuangan memberikan danasi senilai Rp. 1 milyar kepada masyarakat pengngsi Desa Jeringo. Kecuali itu Perwakilan Bea Cukai NTB juga memberikan bantuan selimut kepada para pengungsi.

“Dan kami mengharapkan bantuan yang berasal dari jajaran Kementerian Keuangan bisa meringankan pederitaan masyarakat kita di sini. Dan pemerintah juga akan turun tangan melalui anggaran APBN maupun APBD,” tutup Sri Mlyani. (her/KIM Gunungsari).

1 254 255 256 257 258 421