Tekan Banjir, Pemkab Lobar dan TNI Restorasi Sungai

Batulayar, Kominfo-Dalam rangka Karya Bhakti TNI AD, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat (Lobar) bersama Kodim 1606/Lobar melakukan restorasi sungai yang menyasar 2 Lokasi Sungai, yaitu Sungai Karang Lamper Kecamatan Kuripan dengan panjang 4 Kilometer dan telah direstorasi sepanjang 72 meter dan di Sungai Teloke, Desa Batulayar, Kecamatan Batulayar yang dimulai dari Dusun Tanak Embet Timur, Dusun Tanak Embet Barat, Dusun Teloke Tengah, Dusun Teloke Lauk dan Dusun Kekeran dengan panjang 3 Kilometer dan telah direstorasi sepanjang 1,6 Kilometer.

Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid menyatakan, pihaknya bekerja sama dengan Dinas PUTR Lobar yang terkoneksi dengan BWS NTB Satu dan Dinas Pertanian, masyarakat bisa membentuk Kelompok Masyarakat (POKMAS) Peduli Sungai.

“Pokmas inilah yang nantinya menjadi terdepan dalam memelihara dan mengembalikan sungai kepada fungsi aslinya sebagai ekosistem lingkungan. Salah satunya adalah sebagai penyedia air irigasi dan bahkan sumber baku air minum. Untuk saya berharap Pokmas berfungsi sebagai “Polisi” dari masyarakat yang membuang sampah, BAB sembarangan, dan bisa memberdayakan fungsi sungai secara ekstensif dengan menjadikan sungai sebagai eko-wisata di desa yang dilalui,” kata Bupati pada  Gelar Pasukan Karya Bhakti KODIM 1606 Lobar di Lapangan Dusun Teloke Desa Batulayar, Kamis (24/10/2019).

Bupati Lobar menambahkan, karya bhakti ini juga ditujukan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat untuk memelihara dan mejaga sungai dari prilaku hidup masyarakat yang kurang peduli terhadap keberlangsungan sungai. Selanjutnya pihak TNI akan mendorong warga desa membentuk komunitas masyarakat peduli sungai, yang nantinya komunitas ini akan bertanggung jawab terhadap kebersihan sungai diwilayahnya masing-masing.

“Program restorasi sungai mulai muncul saat peringatan Hari Air Sedunia tanggal 23 Maret lalu. Saat itu saya sampaikan restorasi sungai harus dimulai pada satu sungai di setiap Kecamatan yang berdekatan dengan ibu kota kecamatan, maupun sungai yang berpotensi dan yang sebelumnya menimbulkan persoalan masalah banjir dan sebagainya,” ujar orang nomor satu di Lombok Barat ini.

Bupati menambahkan, dari itu setelah terdentifikasi dan memang semuanya penting. Namun melihat beberapa pertimbangan, dicoba dan diawali di Desa Batulayar Kecamatan Batulayar dan Desa Jagaraga Kecamatan Kuripan.

Selain Kegiatan karya bhakti ini juga dilaksanakan kegiatan Bakti Sosial, Pemeriksaan Kesehatan Gratis, Pelayanan SIM Keliling, Pemberian Sembako dan Pasar Murah.

Hadir dalam acara tersebut Komandan Korem 162 Wirabhakti Nusa Tenggara Barat Kolonel CZI Ahmad Rizal Ramdhani, Ketua DPRD Lobar Hj. Nur Hidayah, , Kepala Dinas PUTR Lobar Made Arthadana, Persatuan Istri Tentara (Persit) Lobar, Forum Koordinasi Kepala Daerah (Forkopimda) Lobar, Camat Batulayar, Kepala Desa se Kecamatan Batulayar, Siswa SD, SMP, SMA se Kecamatan Batulayar, dan Masyarakat sekitar. (Yani)

Camat Labuapi Lobar, Launching Aplikasi e-Demung

Camat Labuapi Lobar, Launching Aplikasi E – Demung

  

Foto. Pemerintah Kexamatan Labuapi saat melakukan Launching penerapan Aplikasi E – Demung di Kantor Camat Labuapi

WARTABUMIGORA. LOMBOK BARAT – Pemerintah Kecamatan Labuapi melakukan Launching penerapan aplikasi e-demung  dikantor camat Labuapi tanggal 9 Oktober 2019 lalu.
Hadir dalam acara tersebut Sekretaris Camat, Kepala Seksi Rancang bangun Aplikasi Diskominfo, Kepala Desa, Ketua BPD, Sekretaris Desa se Kecamatan Labuapi, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama, Kepala Seksi dan Kepala Sub Bagian Kecamatan Labuapi.
Camat Labuapi H. Lalu Moh. Hakam, SSTP. M.Si mengatakan bahwa aplikasi e-demung ini adalah aplikasi yang berbasis pelayanan kepada masyarakat khususnya pelayanan terpadu Kecamatan (PATEN).  Adapun jenis-jenis fitur pelayanan yang sudah ada dalam aplikasi ini adalah Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK), Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT), Izin Mendirikan Banguanan (IMB),  Dispensasi Nikah dan pengaduan.
Lebih lanjut Hakam menjelaskan bahwa tujuan diterapkannya aplikasi ini adalah untuk memudahkan pelayanan kepada masyarakat yang ada dikecamatan Labuapi pada khususnya dan kedepan secara umum dapat diterapkan disemua kecamatan yang ada diKabupaten Lombok Barat.
“Dengan penerapan aplikasi e-demung ini diharapkan dapat memangkas waktu dan biaya pengurusan perizinan yang ada dikecamatan yang semula masyarakat ketika melakukan pengurusan perizinan banyak yang menghabiskan waktu dengan harus datang ke kantor camat untuk mengajukan persyaratan yang belum tentu dapat selesai dilakukan dengan jangka waktu tiga atau empat hari maka dengan adanya aplikasi ini proses pengurusan perizinan tersebut dapat dilakukan beberapa jam saja dan pemohon langsung dapat produk izin yang dimohonkan, “katanya.
Menurutnya, proses kerja yang dilakukan dalam pembuatan perizinan dengan aplikasi ini sangat mudah dan cepat serta informasi terkait peryaratan perizinan dan informasi progress perkembangan permohonan dapat dipantau melalui aplikasi tersebut baik dengan log in melalui perangkat computer maupun dengan menggunakan perangkat android/HP.  Artinya dengan menggunakan aplikasi ini maka akan diperoleh efektifitas dan efisiensi dari segi waktu dan biaya oleh pemohon sehingga pelayanan yang prima dapat diwujudkan oleh Pemerintah.
Hakam juga menambahkan kedepan fitur-fitur yang ada pada aplikasi ini dapat di sesuaikan dengan semua jenis layanan yang ada dikecamatan sehingga masyarakat dimudahkan dalam mengurus semua jenis perizinan, ini semua sesuai dengan semangat reformasi birokrasi dalam bidang pelayanan karena hal ini dapat memangkas birokrasi, efesiensi biaya dan efektifitas dari segi waktu.
Disamping itu juga semangat perubahan system tata kelola pemerintahan dari yang konvensional menuju kearah tata kelola yang berbasis tekhnologi informasi dan komunikasi dapat kita wujudkan sesuai dengan Peraturan Presiden nomor 95 tahun 2018 tentang system pemerintahan berbasis elektronik (SPBE) pungkasnya.
Kemudian acara dilanjutkan dengan presentasi tentang cara kerja aplikasi yang disampaikan oleh Kepala Seksi Rancang Bangun Aplikasi Dinas Komunikasi dan Informasi dan Statistik Kabupaten Lombok Barat. Setelah itu secara berturut-turut percobaan layanan oleh masyarakat (pemohon) untuk melakukan permohonan izin melalui aplikasi dan penyerahan hasil produk keputusan izin secara langsung oleh Camat Labuapi kepada pemohon.(mn).

Dinas Kesehatan lobar Raih Rangking I Nasional Katagori Akurasi Data

Senggigi – Dikes – Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, dalam hal data dan informasi kesehatan sudah dikenal baik ditingkat Provinsi maupun pusat sebagai salah satu kabupaten yang terus berkembang.Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Kebijakan baru tentang teknis pelaksanaan pelaporan puskesmas atau disebut sebagai Sistem Informasi Puskesmas (SIP). Kebijakan yang tertuang dalam PMK 31 Tahun 2019, merupakan implementasi dari Peraturan sebelumnya yaitu PP 46 Tahun 2014 dan Permenkes 75 Tahun 2014. Dimana intinya dalam permenkes ini menitik beratkan tentang cara pelaporan dan pemberlakuan format pelaporan dari puskesmas sampai ke kabupaten.

Konsep SIP ini adalah satu data, dimana pelaporan puskesmas hanya berasal dari laporan yang sudah tertuang dalam PMK 31 tahun 2019, tidak ada lagi laporan yang terfragmentasi per program. Dengan demikian, di harapkan tidak ada lagi duplikasi data sehingga data kesehatan semakin berkualitas. Dengan berlakunya peraturan baru ini, maka peraturan sebelumnya pada tahun 1981 tentang SP2TP dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat merupakan kabupaten pertama di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang melakukan sosialisasi ini. Mengingat komitmen daerah terhadap kualitas data yang sangat tinggi, maka dari itu Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat perlu dengan segera melaksanakan sosialisasi serta diimplementasikan pada tahun 2020 nanti.

Pada kesempatan sosialisasi permenkes 31 Tahun 2019 yang dilaksanakan pada selasa 22 Oktober 2019 kemarin, Dinas Kesehatan Propinsi Nusa Tenggara Barat sebagai pemateri menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap pencapaian Lombok Barat dibidang data dan informasi. Untuk tingkat Propinsi sendiri, Lombok Barat merupakan salah satu kabupaten yang masuk sebagai 100 besar Indeks Kualitas Data Rutin (IKDR), disamping 3 kabupaten lainnya.

 

Pengukuran IKDR ini didasarkan pada data Profil Kesehatan Tahun 2016, Komunikasi data 2016 dan SPM 2017. Dan dilakukan pengukurannya oleh Pusdatin Kemenkes RI melalui pihak ketiga. Ada 3 katagori yang diperoleh Lombok Barat dalam hal ini, yaitu Rangking 1 kategori akurasi data, rangking 56 kategori kelengkapan data dan rangking 57 kategori konsistensi data. Dari total komponen kualitas data, Lombok Barat meraih rangking 6 dari 500 lebih kabupaten se Indonesia.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, Drs.H.Rachman Sahnan Putra,M.Kes juga menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap prestasi di bidang data dan informasi kesehatan, “Ini prestasi yang luar biasa dan saya angkat topi untuk tim SIK yang telah bekerja luar biasa, bisa meraih prestasi di tingkat nasional, benar-benar tidak menyangka kita dapat rangking 1 tingkat nasional kategori akurasi data, dan saya juga ucapkan selamat untuk kita semua, ini kita raih bukan mudah tapi melalui kegigihan kita semua, (Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat beserta jajarannya) dalam mengawal data dan informasi dari manual menjadi elektronik sejak tahun 2008 sampai saat ini ”, imbuhnya disela sela sambutannya pada acara pembukaan pertemuan perencanaan BOK dan sosialisasi SIP, 22 Oktober 2019.

Dalam sambutannya juga disampaikan betapa pentingnya data dan informasi kesehatan dalam mengambil keputusan, oleh karena nya meskipun sudah meraih prestasi yang baik, Kepala Dinas berpesan untuk tidak mudah bangga atau puas. Terus bekerja memperbaiki diri dan mempertahankan prestasi.

(AWN/Humas Dikes Lobar)

Sekda Taufiq : BPNT Harus Disalurkan Enam Tepat

Giri Menang, Selasa 22 Oktober 2019 – Sekretaris daerah (Sekda) Kabupaten Lombok Barat, H. Moh. Taufiq menyatakan, dalam rangka mengevaluasi berjalannya Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), secara regulasi, bupati Lombok Barat sudah menerbitkn Surat Keputusan (SK) tentang Tim Koordinasi BPNT ini.

“Tujuan dari pertemuan ini adalah bagaimana BPNT ini berjalan dengan baik atau tidak. Karena sasaran dari BPNT ini diharapkan ada enam tepat,” kata Sekda saat memberikan arahan pada gelaran Rapat internal Tim Kordinasi BPNT Kabupaten Lombok Barat di Ruang Rapat Umar Madi, Selasa (22/10/2019).

“Enam tepat” yang dimaksudkan sekda adalah, tepat sasaran, tepat jumlah, tepat kualitas, tepat waktu, tepat administrasi, dan tepat harga. Dalam perjalanan BPNT ini, sekda ingin mencari solusi terkait kendala yang ada, sehingga bisa berjalan dengan baik. Jika berjalan dengan baik, apa dan bagaimana selanjutnya.

“Saya harapkan laporan dari tim koordinasi dalam pertemuan ini, supaya kita tidak saling menyalahkan, tapi kita mencari solusi supaya bisa berjalan dengan baik,” pinta sekda Taufiq.

Ditempat yang sama, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Lombok Barat, Ambaryati menegaskan, BPNT ini sudah dilaksanakan sejak Juni 2019 silam. Dalam Tim Koordinasi, Dinas Sosial kata Ambar, bertugas memvalidasi data, pengadministrsian, mengawasi dan memantau tim penyalur (e-warong) agen briling.

“Sesuai rekomendasi Himpunan Bank se-Indonesia, BRI ditunjuk untuk memfasilitasi BPNT ini kepada Keluarga Penerima Manfaat atau KPM,” sebut mantan Direktur Utama RSUD Tripat Gerung ini.

Baik BRI, Disperindag, Bulog, BPS, Kepolisian, Kominfo, Dinsos dan semua yang masuk dalam tim kordinasi, memiliki tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing. Pihak Dinsos sendiri kata Ambar, berdasarkan jadwal, sudah dilakukan distribusi kartu BPNT pada bulan Juli 2019.

Berdasarkan data, kartu BPNT yang tercetak sebanyak 42.812 kartu, termasuk di dalamnya Kartu Keluarga Sejahtera (KKS). Dilaporkan Ambar, ada beberapa persen kartu yang tidak tersalurkan. Sebaran kartu ini kata dia, menyebar di Kecamatan Batulayar yang tidak terdistribusi sebanyak 106. Di Gerung 760, Gunungsari 848, dan Sekotong 560 kartu.

“Kartu-kartu ini tidak terdistribusi dengan alasan meninggal dunia, tanpa ahli waris, TKI, pindah domisili, KPM tidak ditemukan, administrasi tidak lengkap, KPM sudah mandiri, disabilitas sehingga tidak bisa datang, dan ada juga yang dobel kartunya,” kata Ambar seraya menyebut, kartu yang tidak tersalurkan mencapai hampir lima ribuan kartu.

“Sampai bulan ini kartu yang tersalurkan baru 90 prsen dan bisa dibelanjakan atau dimanfaatkan oleh KPM,” papar Ambar dihadapan seluruh tim koordinasi BPNT Lombok Barat 2019.

HUT Santri 2019, Santri Sebagai Penyampai Pesan Perdamaian

Giri Menang, Selasa 22 Oktober 2019 – Meneruskan tema tahun 2018, peringatan Hari Santri Nasional 2019 kali ini mengusung tema “Santri Indonesia untuk Perdamaian Dunia”. Isu perdamaian diangkat berdasar fakta bahwa sejatinya pesantren adalah laboratorium perdamaian. Sebagai laboratorium perdamaian, pesantren merupakan tempat menyemai ajaran Islam rahmatan lil alamin.

Hal tersebut disampaikan Sekretaris Daerah Lombok Barat H. Moh. Taufiq saat membacakan sambutan Sekretaris Jendral Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia pada upacara peringatan Hari Santri Nasional ke-5 tahun 2019 di Lapangan Kantor Bupati Lombok Barat, Selasa (22/10).

Di samping alasan pesantren sebagai laboratorium perdamaian, terpilihnya Indonesia sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB) sejak 2 Januari 2019 hingga 31 Desember 2020 dimana bargaining position Indonesia dalam menginisiasi dan mendorong proses perdamaian dunia semakin kuat dan nyata, menjadi momentum bagi seluruh elemen bangsa. Terutama bagi kalangan santri Indonesia, agar turut berperan aktif dan terdepan mengemban misi dan menyampaikan pesan-pesan perdamaian di dunia internasional.

Taufiq mengatakan, peringatan Hari Santri Nasional Tahun 2019 ini juga terasa istimewa dengan hadirnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren.

“Dengan Undang-Undang tentang Pesantren ini memastikan bahwa pesantren tidak hanya mengembangkan fungsi pendidikan, tetapi juga mengembangkan fungsi dakwah dan fungsi pengabdian masyarakat,” katanya.

“Dengan Undang-Undang ini, negara hadir untuk memberikan rekognisi, afirmasi, dan fasilitasi kepada pesantren dengan tetap menjaga kekhasan dan kemandiriannya. Dengan Undang-Undang ini pula tamatan pesantren memiliki hak yang sama dengan tamatan lembaga lainnya,” sambungnya.

Sementara itu, Kepala Kemenag Lombok Barat H. Jaelani yang ditemui selepas apel juga mengharapkan selain sebagai penyampai pesan perdamaian, santri juga nantinya bisa berkontribusi dalam pembangunan daerah.

Santri juga disebutkan Jaelani sebagai pihak yang yang mengemban amanat untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia Indonesia, khususnya di Lombok Barat. Tercatat ada sekitar 102 Pondok Pesantren (Ponpes) yang aktif dengan total 21.645 santri di Lombok Barat.

“Kita berharap kontribusi Santri terhadap pembangunan di daerah Kabupaten Lombok Barat ini semakin nyata. Khususnya di bidang pendidikan,” harapnya.

Peringatan Hari Santri ini juga dirangkai dengan penyerahan bantuan Pendidikan Kesetaraan dari Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI senilai Rp. 80 juta. Penyerahan diwakili oleh Ponpes Al-Rohmah Nahdatul Ulama Bonder Lombok Tengah.

Selanjutnya penyerahan bantuan Operasional Pendidikan Ponpes dari Kantor Kemenag NTB kepada kepada Ponpes Salafiyah Abu Dzar Al-Gifari Kediri dan Ponpes Ma’had Qur’an Wal Hadist Al-Aziziyah Kapek Gunung Sari Lombok Barat, masing-masing sebesar Rp. 13 juta.

Selain itu juga ada Penyerahan Izin Operasional Pondok Pesantren yang masing-masing diterima oleh Ponpes Zainul Hafiz At-Taufiq Tanjung Menangis Desa Sepi, Kecamatan Sekotong Lombok Barat, Ponpes Darussalam Tanaq Beak Narmada, Ponpes Palapa Nusantara Lombok Timur, Ponpes Bumi Nusantara Lombok Timur, Ponpes Al-Majidiah Lombok Timur dan Ponpes Hifzul Wathan Lombok Timur serta Ponpes Sabilul Rosyad Lombok Timur.

Selain dihadiri oleh perwakilan santri-santri dari 102 pondok pesantren se-Lombok Barat, turut hadir juga para alim ulama, elemen masyarakat bersama perwakilan dari Kantor Wilayah Kemenag NTB dan jajaran Forkopimda Lombok Barat.

 

OPAL dan TOGA Upaya Mendukung Ketahanan Pangan Keluarga

Giri Menang, Jumat 18 Oktober 2019 – Dalam rangka menstabilkan ketahanan pangan keluarga, pemerintah tengah menerapkan program Obor Pangan Lestari (Opal) dan Tanaman Obat Keluarga (Toga). Kedua program ini dinilai mapan dalam mengentaskan kemiskinan di tingkat keluarga, dusun dan desa. Tidak menutup kemungkinan, jika program ini berhasil, ke depan akan menjadi sumber pendapatan yang memadai.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Lombok Barat, Mujitahidin menyatakan, di Kabuaten Lombok Barat, Opal dan Toga ini diuji coba sebagai pilot project. Tujuannya, selain meningkatkan pendapatan dan ketahanan pangan keluarga, tapi juga pemanfaatan lahan kosong atau lahan non produktif.

“Program Opal dan Toga ini merupakan program Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian disinergikan dengan pengembangan ternak dan unggas,” papar Mujitahidin dalam sambutannya pada acara peresmian Opal terintegrasi ternak unggas dan pakan mandiri alami serta sosialisasi Tanaman Obat Keluarga (Toga) di Halaman kantor Dinas Ketahanan Pangan Lombok Barat di Gelogor, Jumat (18/10/2019).

Mujitahidin menyebutkan, kegiatan ini selain menerapkan sistim Bioplok atau penerapan teknologi tepat guna berupa pakan mandiri pangan, tapi juga sinegritas dengan pangan Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA).

“Dengan mengkonsumsi pangan yang berbasis B2SA ini, harapan kita dapat meningkatkan pola pangan harapan yang merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU, red) di Dinas Ketahanan Pangan Lombok Barat,” tegas Ketua Tim Ketahanan Pangan Lombok Barat ini di hadapan Pejabat Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB, Pengurus TP PKK Pokja 3 Kecamatan se Lombok Barat dan sejumlah Kepala OPD Pemkab Lombok Barat.

Mujitahidin juga melaporkan, program Opal dan Toga ini dananya bersumber dari dua angaran berbeda; APBN (Dekonsentrasi) dan APBD Lombok Barat tahun 2019. Nilainya mencapai Rp.100 juta dengan rincian, Rp.50 juta APBN dan Rp.50 juta APBD.

Di tempat yang sama, Sekretrais Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB, Ibu Pakhi menyatakan, Opal dan Toga ini sesungguhnya memperkenalkan kepada masyarakat yang memiliki lahan dan pekarangan sedikit. Mereka bisa memanfaatkan lahan itu dengan kebutuhan Toga dan Opal ini.

Usai meresmikan Opal dan Toga, Ibnu Pakhi kepada tim Humas Lobar mengatakan, fungsi dari Opal dan Toga ini, selain mendatangkan pendapatan, tapi juga menghadirkan nuansa dan perasaan segar terutama bagi mereka yang sudah purna tugas.

“Ini fungsi dalam jangka pendek. Tapi dalam jangka panjang tentu untuk mempromosikan bahwa, melalui Opal dan Toga ini akan menerapkan bertani dengan lahan yang terbatas,” kata Ibnu Pakhi usai meresmikan Penerapan Opal dan Toga.

Peresmian sendiri ditandai dengan penebaran pakan ke kolam lele, meninjau peternakan ayam pedaging, petelur serta meninjau tanaman sayur dengan pola hidroponik, agroponik.

“Inilah kiat dan cara untuk memperoleh pangan yang bergizi dan mudah didapat di tingkat rumah tangga. Semua Dinas Ketahanan Pangan kabupaten/kota se NTB kami harapkan meniru dan mencontoh Opal dan Toga di Lombok Barat ini,” harap Ibnu Pakhi.

Khawatir Molor, Fauzan – Sumiatun Sidak Proyek di Lobar

Giri Menang, Kamis 17 Oktober 2019 – Khawatir atas pelaksanaan pembangunan fisik di tahun anggaran 2019 ini, Bupati dan Wakil Bupati Lombok Barat, H. Fauzan Khalid dan Hj. Sumiatun melakukan monitoring untuk inspeksi mendadak (sidak, red) ke enam proyek sebagai sample dari keseluruhan proyek infrastruktur. Pasangan dengan akronim Zaitun ini didampingi oleh Sekretaris Daerah H. Moh. Taufiq, Asisten II Bidang Ekonomi Pembangunan Hj. Lale Prayatni, beberapa Kepala OPD, serta didampingi juga oleh Bagian Administrasi Pembangunan dan Bagian Pengadaan Barang/Jasa di Sekretariat Daerah.

Tim tersebut sengaja menyasar enam proyek yang bersumber dari pembiayaan Dana Alokasi Khusus (DAK) karena menyangkut ketatnya DAK serta capaian realisasi atau progress pembangunannya dianggap masih kurang cepat. Sidak tersebut dilakukan selama dua hari dengan menyasar proyek pembangunan dermaga di Senggigi, Puskesmas Sesela, dan Kantor Dinas Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTS) di hari pertama kemaren, Rabu (16/10/2019). Sidak kemudian dilanjutkan ke Pasar Eyat Mayang, Ruas Jalan sepanjang 3,3 Kilometer di Telaga Lebur Sekotong, dan Puskesmas Pelangan di hari kedua ini, Kamis (17/10/2019).

Saat sidak tersebut, Bupati Lombok Barat beserta rombongan menemukan beberapa kekurangan capaian dari yang seharusnya berdasarkan target yang ditetapkan. Kekurangan tersebut terdapat di hampir semua proyek yang disidaknya.

“Dari hasil monitoring, memang rata-rata masih kurang dari target. Jadi kita tegaskan kepada kontraktornya untuk mengejar ketertinggalan itu,” ujar Fauzan saat diwawancarai di hari pertama, Rabu (16/10/2019).

Untuk itu, Fauzan meminta agar para kontraktor bisa memenuhi target yang ditetapkan dengan mencari jalan keluar seperti penambahan jumlah tenaga dan jam kerja. Pihaknya, aku Fauzan, tidak mau tahu alasan keterlambatan capaian tersebut. Menurutnya, kelangkaan bahan material seperti semen atau bata merah yang sempat menjadi keluhan banyak pihak, harus dicarikan jalan keluarnya sendiri oleh para kontraktor.

“Kalau masalah material, silahkan tanya kontraktornya saja. Yang pasti kita sudah menanda tangani kontrak dan itu harus selesai. Kita tidak mau masuk ke urusan teknis,” tegas Fauzan.

Hal senada juga disampaikan oleh Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Hj. Lale Prayatni. Lale memastikan para kontraktor sudah mencari jalan keluar sendiri terhadap persoalan material, kecuali yang sifatnya pabrikasi. Namun Lale mengingatkan agar sebelum musim hujan datang, beberapa item pembangunan yang sifatnya struktur dan yang utama sudah bisa rampung sehingga tidak akan mempengaruhi progress pekerjaan.

“Kita punya limit waktu sampai Desember. Sekitar November nanti kita turun lagi. Harus ngecek lagi. Dengan Bupati dan Wakil Bupati turun, itu menjadi energi baru buat mereka (kontraktor, red) dalam bekerja, dari pada kita diamkan,” terang Lale.

Selama sidak, banyak temuan yang mereka dapatkan. Di hari pertama sidak, hampir semua proyek yang disidak mengalami keterlambatan sekitar 1-2 persen dari yang ditargetkan, kecuali untuk pembangunan dermaga di Senggigi yang memang memiliki spesifikasi khusus sehingga deviasi antara target dengan realisasi pekerjaannya sampai 8 persen lebih. Untuk itu, Lale meminta hal itu diperhatikan oleh Kepala Dinas yang ikut bertanggung jawab atas proyek di SKPD-nya. Untuk kasus dermaga menjadi domain kerja Dinas Perhubungan.

“Saya sudah mengingatkan ke Dinas Perhubungan agar selalu memantau perkembangan. Bila perlu beri teguran tertulis apabila realisasi fisik lebih rendah dari target realisasi,” tegas Lale saat ditemui setelah sidak hari pertama (Rabu, 16/10/2019).

Jenis pekerjaan untuk Dermaga Senggigi sendiri adalah penambahan panjang dermaga sepanjang 50 meter yang akan memudahkan kapal-kapal besar untuk bisa sandar.

Sebelumnya, dermaga yang tersedia untuk menambah panjang itu hanya berbentuk dermaga apung. Karena jenis dan spesifikasi pekerjaan agak khusus di laut, maka sebagian pekerjaan utamanya berupa pembuatan precast beton balok dilaksanakan di darat. Nantinya jika pancang dan balok betonnya sudah terpasang maka progress pekerjaan bisa langsung cepat terlihat karena bobot pekerjaan di laut yang sangat tinggi.

Kondisi serupa juga ditemukan saat sidak di Pasar Eyat Mayang di sidak hari kedua. Secara kasat mata progress pelaksanaan proyek cukup lamban, namun karena jenis pekerjaan berupa pemasangan kap rangka baja adalah jenis pabrikasi, maka pekerjaan tersebut menunggu kap baja yang sedang dalam masa pembuatan.

Pantauan lapangan yang cukup unik ditemukan pada pembangunan ruas jalan Telaga Lebur-Kedaro di Sekotong yang sesungguhnya panjang jalan tersebut adalah 3,3 kilometer, namun poyeknya sendiri hanya membiayai sepanjang 2 kilometer. Menurut pengakuan kontraktor yang mengerjakannya, pihaknya telah melakukan pengaspalan sepanjang 2,68 Kilometer, yaitu 1,3 kilometer di ujung utara dan 1,38 kilo meter di ujung selatan dengan menyisakan jalan yang tanpa aspal di tengah-tengahnya. Pengakuan kontraktor yang tidak ingin namanya disebut, hal itu berdasarkan permintaan masyarakat yang disetujui oleh Pemerintah.

“Tapi kami telah melakukan perataan dan pengerasan tanah (di jalan yang tanpa aspal, red) sehingga tetap bisa dilewati dengan aman,” aku kontraktor tersebut mengaku ingin menuntaskan seluruh panjang jalan, namun nilai kontraknya yang hanya untuk 2 kilometer membuatnya menyisakan di tengah.

Proyek fisik di Pemerintah Kabupaten Lombok Barat dengan sistem tender di tahun 2019 ini total berjumlah124 proyek tender. Keseluruhannya bernilai total Rp. 268 milyar lebih dengan komposisi 61 persen lebih bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK).

“DAK sekarang sangat ketat. Di saat kita tidak bisa menyelesaikan tepat waktu di Bulan Desember akan merugikan kita,” terang Lale.

Menurutnya, pola pembayaran DAK hanya dibayarkan sesuai dengan realisasi pekerjaan dan resikonya ada di kontraktor. Namun pekerjaan sisanya akan menjadi tanggungan APBD dalam menuntaskannya.

“Itupun dibayarkan bukan dari DAK, tapi dari APBD kita di tahun depan. Jadi kalau kontraktor itu mau dibayarkan di APBD-P tahun depan, silahkan bisa dilanjutkan, tapi belum tentu di APBD-P nanti bisa kita cantumkan dalam belanja kita,” terang Lale.

Hal tersebut, menurut Lale saat mengakhiri wawancaranya, yang membuat Pemerintah Kabupaten Lombok Barat khawatir dan harus tetap melakukan pengawasan terhadap seluruh proyek, terutama yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK).

Sumiatun: Multitaskin, Wanita Lebih Baik dari Pria

Giri Menang, Kamis 17 Oktober 2019 – Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Untuk mewujudkan pelaku usaha yang bertanggung jawab, membangun konsumen yang lebih cerdas, serta menjauhkan konsumen dari dampak negatif konsumsi barang, Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Lombok Barat (Lobar) menggelar sosialisasi perlindungan konsumen, kepastian hukum bagi konsumen, dan pelaku usaha.

Mengusung tema ‘Perlindungan Konsumen Bagi Pelaku Usaha Wanita’, kegiatan yang diikuti berbagai organisasi wanita di Lobar ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pelaku usaha dan konsumen, khususnya para wanita, baik pelaku maupun konsumen.

“Kegiatan ini juga untuk meningkatkan komitmen dan peningkatan peran perempuan dalam organisasi wanita di Kabupaten Lombok Barat. Dan bahwa wanita pun bisa menjadi pelaku usaha,” kata Wakil Bupati Lombok Barat Hj. Sumiatun saat membuka sosialisasi di Aula Kantor Bupati, Kamis (17/10).

Ditambahkannya, peran wanita sebagai pelaku usaha telah berlangsung lama. Terlebih dengan adanya emansipasi wanita, maka peran wanita dituntut tidak kalah dengan peran kaum pria.

“Dari hasil penelitian katanya ditemukan perempuan lebih baik dari laki-laki dalam melakukan banyak tugas (multitasking) sekaligus. Sebuah tes yang dilakukan oleh psikolog Inggris menemukan, laki-laki lebih lambat dan kurang terorganisir ketika beralih cepat antara satu tugas ke tugas lainnnya. Tidak hanya itu, ketika dibandingkan, perempuan dan laki-laki dalam jenis multitasking tertentu, wanita lebih cepat,” ungkapnya.

“Demikian juga dalam rumah tangga, wanita bisa melaksanakan banyak tugas sekaligus. Mereka memasak makanan, sambil menjaga anaknya. Begitu juga saat mengerjakan pekerjaan di bawah tekanan, perempuan lebih terorganisir,” sambungnya.

Hal itu menurutnya, menunjukkan bahwa dalam situasi stres dan kompleks, perempuan lebih mampu berhenti dan berpikir apa yang terjadi di depan mereka. Dengan kata lain kaum Hawa lebih baik dari kaum Adam dalam hal mengerjakan banyak pekerjaan dalam satu waktu.

“Semoga dengan begitu, kegiatan ini mampu memberikan manfaat bagi para peserta untuk lebih menyadari pentingya perlindungan konsumen, sekaligus membangun kepercayaan diri bahwa wanita pun bisa,” pungkas Sumiatun.

Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan pemaparan terkait perlindungan konsumen oleh Ketua IWAPI NTB Hj. Baiq Diah Ratu Ganefi, dan M. Taufik Rahman dari Dinas Perindustrian Provinsi NTB selaku narasumber.

Tinjau Kebon Kongok, Bupati Lobar Dorong Teknik Pemadaman Baru

Giri Menang, Kamis 17 Oktober 2019 – Kebulan asap yang tak kunjung tuntas, membuat Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid memaksa diri menjelang Kamis dini hari tadi (17/10/2019) mengunjungi lokasi kebakaran sampah di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Kebon Kongok Suka Makmur Gerung Lombok Barat.

Fauzan didampingi oleh Kepala Dinas Pemadam Kebakaran, H. Fauzan Husniadi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Budi Dharmajaya, dan Camat Gerung H. Mulyadi. Ikut bersama rombongan tersebut Anggota DPRD Kabupaten Lombok Barat H. Ahmad Zainuri yang sengaja datang walau bukan merupakan anggota legislatif dari Daerah Pemilihan di wilayah tersebut.

Kehadiran Fauzan Khalid menjelang dini hari itu diikuti oleh Kapolres Lombok Barat, Hery Wahyudi untuk memberi semangat kepada anggota Dinas Damkar Lombok Barat dan anggota kepolisian yang berjibaku melakukan pemadaman. Saat di lokasi dan mendapat pemaparan kondisi terkini, Fauzan Khalid meminta agar teknik pemadaman gunungan sampah bisa dikembangkan agar asap yang tetap mengebul akibat sekam atau material berbahan plastik serta gas metan tidak menimbulkan api dan asap lagi.

“Coba kita fikirkan bagaimana caranya agar pemadaman bisa segera selesai. Kalau sampah sudah dipecah-pecah, tentu ini akan mempermudah proses pemadaman, namun belum tentu efektif mematikannya seratus persen. Kalau kita bisa dibantu, mungkin akan efektif jika menggunakan pemadaman lewat udara atau dengan penggunaan foam (busa, red) yang akan menghambat keluarnya udara sehingga menghambat munculnya api,” pinta Bupati saat pertemuan informal dengan Kapolres Lombok Barat, Kepala UPT TPA Kebon Kongok Didik, Kepala Desa Suka Makmur H. Slamet, Camat Gerung dan bahkan hadir juga Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Nusa Tenggara Barat, Madany Mukarom.

Menurut Kepala Pemadam Kebakaran Lombok Barat, Fauzan Husniadi, soal teknik pemadaman sudah mulai menggunakan alat berat untuk memecah sampah agar langsung disemprotkan ke area sampah.

“Saat ini dengan luasan area kebakaran yang semakin bertambah, kita melakukan zonasi pemadaman dan berbagi tugas dengan teman-teman dari kota (Dinas Damkar Pemerintah Kota Mataram, red) dan Polres Lombok Barat,” terang Fauzan Husniadi.

Pihaknya memprediksi akan melakukan penyiraman dengan foam (busa, red) yang bisa menghambat meluasnya kebakaran. Namun sampai hari ini (Kamis, 17/10/2019) pihaknya belum memulai penggunaan foam karena harus mematikan spot-spot (titik-titik api, red) yang masih banyak walau kecil.

“Saat ini, komando ada di Dinas Pemadam Kebakaran Kota Mataram. Kita saling bahu membahu, namun kita menuntaskan zona yang dibagikan ke kita,” terang Fauzan Husniadi.

Kunjungan Fauzan Khalid di TPA yang telah menghidupi paling sedikit 120 warga yang bekerja menjadi pemulung tersebut juga menemukan aktivitas bantuan dari Tagana Dinas Sosial Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pengakuan Mulyadi, salah seorang anggota Tagana tersebut, pihaknya telah stand by di lokasi sejak hari Senin dengan pola bergantian sampai 20 orang. Mereka rata-rata bekerja selama 10 sampai 12 jam sehari untuk membantu suplay air yang akan dipakai untuk memadamkan api.

“Kondisi truk milik Dinas Sosial tidak memungkinkan untuk melakukan penyemprotan. Jadi kita hanya menyuplai air setiap saat secara terus menerus,” terang Mulyadi menyebutkan pihaknya menggunakan 3 truk milik Dinas Sosial yang terus menerus bertugas mendatangkan bantuan air.

Selain membantu suplay air, pihaknya, imbuh Mulyadi, juga diperbantukan untuk penyediaan makan bagi semua orang yang bekerja untuk melakukan pemadaman.

Sebagai TPA Regional, Kebon Kongok ini menimbulkan dilema buat Pemerintah Kabupaten Lombok Barat. Area tersebut, menurut Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid menjadi pembuangan sampah dari Kota Mataram dengan volume mencapai 300 ton per hari, sedangkan Kabupaten Lombok Barat hanya menyuplai paling banyak 60 ton sehari.

“Kita paling banyak mengirimkan sampah ke TPA ini 60 ton sehari. Sisanya yang terbuang ke sungai atau tempat lain karena kesadaran masyarakat soal sampah belum tinggi,” terang Fauzan Khalid.

Karena hanya menyuplai kurang dari seperempat total sampah setiap hari, maka Kabupaten Lombok Barat mestinya mendapat kompensasi dari Pemerintah Kota Mataram.

“Minimal Rp. 15 milyar lah untuk perbaikan infrastruktur di area ini atau menangani dampak lingkungan dan bau yang ditimbulkan oleh TPA Kebon Kongok,” pinta Bupati sambil memastikan akan mengkomunikasikan ulang pola kerja sama soal TPA ini dengan Pemerintah Kota Mataram.

Bupati Himbau Masyarakat Lobar Tidak Segan Tes HIV-AIDS

Giri Menang, Kamis 17 Oktober 2019 – Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1992, kasus HIV AIDS di Kabupaten Lombok Barat setiap tahunnya mengalami peningkatan. Dengan jumlah penduduk 694.985 jiwa (sumber BPS Lombok Barat 2018) tercatat kasus Kumulatif HIV AIDS mencapai 295 kasus dengan rincian 174 HIV dan 121 AIDS, termasuk di dalamnya 48 orang adalah ibu rumah tangga.

Hal itu dilaporkan Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS H. Junaidi dalam rapat koordinasi Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS Lobar tahun 2019 di Aula Excavator Dinas PUPR Lobar, Rabu (16/10) kemarin.

“Sampai bulan Agustus 2019 ditemukan kasus baru sebanyak 30 orang positif HIV dan 6 orang positif AIDS. Ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya (2018, red) di bulan yang sama yaitu HIV 20 orang dan AIDS 7 orang. Kasus ini sudah menyebar di sepuluh kecamatan di Lombok Barat. Kasus terbanyak ditemukan di Kecamatan Batu Layar, menyusul Gerung, Narmada, dan Labuapi,” paparnya.

Junaidi menambahkan, ada tiga lokasi yang beresiko tinggi di Lobar, yakni Pelabuhan Lembar, Tambang Sekotong, dan Senggigi (kawasan wisata) serta mantan TKI.

Di samping jumlah kasus yang meningkat setiap tahunnya, dalam kurun waktu 2008-2018 juga telah terjadi pergeseran sumber temuan kasus. Dari yang sebelumnya didominasi oleh pengguna narkoba khususnya narkoba suntik, sekarang bergeser kepada perilaku seksual baik yang terjadi pada Wanita Penjaja Seks (WPS), waria, dan Lelaki Seks Lelaki (LSL).

Perluasan segmentasi juga telah terjadi tidak hanya pada Kelompok Resiko Tinggi, tetapi juga telah meluas ke kalangan Ibu Rumah Tangga (IRT) dan balita yang tergolong dalam Kelompok Resiko Rendah.

Berangkat dari fenomena itu, Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid menghimbau kepada seluruh masyarakat khususnya di Lombok Barat untuk tidak malu lagi memeriksakan diri (tes HIV) ke fasilitas kehatan yang ada. Menurut Bupati masih banyak sekali masyarakat yang malu untuk memeriksakan diri walaupun secara gratis.

Fenomena Gunung Es (lebih banyak data yang tidak diketahui, red) dalam kasus HIV-AIDS di Lombok Barat (Lobar) memang sangat mengkhawatirkan. Karena sedari awal HIV-AIDS dikaitkan dengan perilaku seksual menyimpang, maka masih dianggap “sesuatu yang memalukan”. Tidak semua orang mau secara sadar untuk memerikasakan dirinya karena malu bahwa perilaku menyimpangnya diketahui publik.

“Ini fenomena Gunung Es, boleh jadi puluhan kali lipat dari data yang kita miliki,” ujar bupati.

“Masih banyak masyarakat kita yang malu untuk memeriksakan diri ke dokter atau ke tempat-tempat pemerikasaan, walaupun gratis. Bahkan kebijakan pemerintah untuk pengobatan HIV-AIDS ini semua ditanggung,” terangnya.

Tentunya Pemkab Lombok Barat tidak tinggal diam menghadapi fenomena ini. Melalui Komisi Penanggulangan AIDS Lombok Barat tercatat telah melakukan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan seperti sosialisi tentang Narkoba dan HIV-AIDS ke sekolah-sekolah khususnya SMA, pondok pesantren, dan Kader Dasawisma. Selain itu juga dilakukan pembinaan kepada Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA), pemberian informasi bahaya HIV-AIDS melalui running text, pemutaran film keliling, melalui siaran radio, media cetak, baliho serta sosialisasi-sosialisasi yang bekerjasama dengan beberapa instansi terkait seperti Dinas Kesehatan, DP2KBP3A, Dikbud, Dispar, Dishub, Diskominfo, KPA Prov, PKK dan lainnya, serta mengadakan VCT Mobile.

 
1 210 211 212 213 214 429