PERINGATI HARI AMAL BHAKTI KEMENAG KE-73

Giri Menang, Kamis 3 Januari 2019 – 73 tahun lalu, pemerintah membentuk Kementerian Agama (Kemenag) sebagai bagian dari perangkat kehidupan bernegara dan berpemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pembentukan tersebut bertujuan untuk menjaga dan memelihara sekaligus mengembangkan kualitas pendidikan keagamaan masyarakat agar tetap terjaga kerukunan hidup antar umat beragama. Hal tersebut disampaikan Asisten 1 Setda Lombok Barat H. Ilham saat membacakan sambutan Menteri Agama pada Upacara Peringatan Hari Amal Bhakti Kemenag Ke-73 Di Halaman Kantor Kemenag Lombok Barat (Lobar), Kamis (3/1).

Sejalan dengan tema hari Amal Bhakti Kemenag yakni “Jaga kebersamaan Ummat”, Ilham mengajak seluruh perserta upacara yang terdiri dari ratusan guru Madrasah se-Lobar untuk menebarkan energi kebersamaan dan merawat kerukunan.

“Mari kita hindari, mari jauhi saling menebar benci, fitnah keji, dan melukai hati antar sesama anak negeri,” katanya.

Tidak lupa Ilham mengingatkan para peserta untuk menegakkan lima budaya kerja Kemenag, yaitu Integritas, Profesionalitas, Inovasi, Tanggung Jawab dan Keteladanan.

“Setiap pejabat dan birokrat Kemenag harus memerankan diri sebagai pelayan masyarakat dan tempat berlabuhnya keepercayaan umat. Jangan sekali-kali mengkhianatti kepercayaan umat dengan perbuatan korupsi dan berbagai perbuatan tak terpuji,” tegasnya.

Upacara juga dirangkai dengan penyerahan penghargaan kepada Bhakti Purna Kemenag yang memasuki masa pensiun. Para Bhakti Purna tersebut adalah Sanusi (Al Azhar Labuapi), H. Amalltajali (KUA Kediri), Marzuki (Pengawas PAI), H. Jamilludin (pengawas PAI) dan H. M. Saleh. (Pengawas PAI).

Pengumuman Hasil Akhir Seleksi CPNS Kabupaten Lombok Barat Tahun 2018

Berdasarkan Surat Kepala Badan Kepegawaian Negara selaku Ketua Panitia Seleksi Nasional Pengadaan CPNS 2018 Nomor : K26-30/B7601/XII/18.01 tanggal 1 Januari 2019 perihal Penyampaian Hasil Integrasi Nilai SKD-SKB CPNS Pemerintah Kabupaten Lombok Barat Tahun 2018, yang kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Bupati Lombok Barat Nomor : 20/800/02/BKD-PSDM/2019 tanggal 3 Januari 2019 tentang Penetapan Kelulusan Peserta Seleksi CPNS Pemerintah Kabupaten Lombok Barat Tahun 2018, bersama ini disampaikan hasil akhir Seleksi CPNS Kabupaten Lombok Barat Tahun 2018.

Pengumuman selengkapnya bisa diunduh disini

Lampiran Pengumuman Kelulusan bisa diunduh disini

Hasil Integrasi SKD-SKB secara detail bisa diunduh disini

Hasil Integrasi SKD-SKB secara ringkas bisa diunduh disini

Sumber : http://bkdpsdm.lombokbaratkab.go.id/berita-pengumuman-hasil-akhir-seleksi-cpns-kabupaten-lombok-barat-tahun-2018.html

DIJATAHKAN SEDIKIT, LOMBOK BARAT KECEWA

Giri Menang, 2 Januari 2019 – Pemerintah Kabupaten Lombok Barat mengaku kecewa dengan pemberian jatah beras Cadangan Pangan Pemerintah yang diberikan oleh Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Pemberian tersebut dirasakan oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Barat kurang adil. Pasalnya, menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Barat, H. Moh. Nadjib, jumlah yang diberikan kepada pihaknya jauh lebih kecil dari Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Lombok Timur, bahkan Kabupaten Lombok Utara.

Berdasarkan surat dari Dinas Ketahanan Pangan NTB, beras yang merupakan Cadangan Pangan Pemerintah itu totalnya berjumlah 139 ton. Lombok Barat sendiri hanya memperoleh 12 ton, sedangkan Kabupaten Sumbawa dijatahkan 15 ton, Lombok Timur memperoleh 25 ton, KSB dijatahkan 10 ton, Lombok Tengah 7 ton dan Mataram hanya memperoleh 5 ton saja. Terbesar adalah Kabupaten Lombok Utara yang diberikan beras sebanyak 65 ton atau 46 persen dari total cadangan itu.

“Dasar penetapan oleh Sekda dan BPBD Provinsi itu apa?,” tanya Nadjib sambil menjulurkan surat yang dimaksud.

Kalau dampak bencana gempa menjadi dasar penetapan, kata Nadjib, mestinya Lombok Barat harus mendapat jatah beras paling banyak.

“Total rumah rusak di NTB, kita yang terbanyak, yaitu 72.222 rumah,” ujar Nadjib saat dihubungi di kantornya di Gerung Lombok Barat, Rabu (2/1).

Masih menurut Nadjib, total rumah rusak di NTB versi BPBD NTB adalah 216.519 rumah. Rumah rusak di Lombok Barat sendiri mencapai 33,3 persennya.

“Kalau KLU (Lombok Utara, red) kan hanya 49.853 atau 23,8 persen dari total rumah rusak di NTB? Bandingkan dengan Lombok Barat, jauh kan?,” tanya Nadjib sengit.

Dinas Ketahanan Pangan NTB, masih kata Nadjib, tidak bisa menjelaskan soal alasan dan bagaimana caranya menghitung alokasi jatah beras tersebut.

“Seperti mengira-ngira saja. Kalau misalnya antisipasi banjir jadi dasar penetapan, daerah kita di Lombok Barat juga banyak yang berpotensi terkena banjir dan rob,” jelas Nadjib.

Pihaknya, aku Nadjib, tetap berterima kasih kepada Provinsi, namun tetap akan mempertanyakan kebijakan tersebut.

“Untuk menjadi perbaikan di masa mendatang agar lebih adil dalam memberi perhatian. Lombok Barat juga masih wilayah NTB kan?,” pungkas Nadjib. (Humas Lobar)

RIBUAN ORANG SAMBUT HARI AMAL BHAKTI DI LOMBOK BARAT

Giri Menang, Senin 31 Desember 2018 – Mengenakan kaus hijau dan putih, ribuan orang dari berbagai unsur mengikuti Gerak Jalan Kerukunan Beragama, Senin (31/12). Kegiatan yang digelar Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Lombok Barat (Lobar) dalam rangka menyambut Hari Amal Bhakti ke-73 ini dilepas langsung Bupati H. Fauzan Khalid.

Para peserta berjalan mulai dari depan Kantor Kemenag Lobar menuju Bundaran Giri Menang Square, kemudian kembali menuju Masjid Baitul Atiq Gerung, dan berputar balik kembali ke Kantor Kemenag Lobar.

“Mudah-mudahan acara gerak jalan ini kita hajatkan sebagai bentuk dari kegiatan sosialisasi kerukunan beragama, kerukunan sosial, dan kerukunan dalam berbangsa dan bernegara,” kata bupati dalam sambutannya.

Ditambahkannya, kegiatan gerak jalan sehat ini dapat menjadi salah satu cara mengajak masyarakat untuk hidup sehat. Hal itu sesuai dengan program pemerintah pusat yakni Gerakan Masyarakat Sehat (Germas).

Bupati berharap Kemenag dapat menjadi lembaga terdepan yang dapat memberikan contoh kepada masyarakat dalam semua hal seperti hal kerukunan antar umat beragama, kesehatan dan pendidikan.

“Semoga acara semacam ini tidak hanya dalam rangka ulang tahun tapi dapat diselenggarakan setiap bulan. Kegiatan ini juga menjadi ajang silaturahim di antara kita semua,” pungkasnya.

LOMBOK BARAT TAHUN BARU DENGAN BERMUHASSABAH

Giri Menang, Sabtu 29 Desember 2018 – Menjelang pergantian tahun 2018, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat (Lobar) mengeluarkan surat edaran yang meminta semua pihak tidak merayakan malam pergantian tahun dengan hura-hura.

Selain itu dihimbau juga agar menyelenggarakan pergantian tahun dengan kegiatan keagamaan. Tidak ingin sekedar menghimbau, Pemkab Lobar secara serentak mengadakan kegiatan keagamaan bertemakan refleksi dan muhasabah akhir tahun 2018.

Muhasabah atau secara sederhana dapat diartikan sebagai introspeksi diri ini dimulai Pemkab Lobar pada Jum’at (28/12) kemarin. Sore harinya, kegiatan serupa diikuti pihak kecamatan di antaranya Kecamatan Gerung yang dilaksanakan di Masjid Nurul Islam Panarukan, Kecamatan Batulayar di Masjid Telage Batulayar dan Kecamatan Kediri di Masjid Nurul Ijabah Ombe Baru. Pagi tadi (29/12) beberapa kecamatan menggelar kegiatan serupa. Kecamatan Labuapi mulai menggelar muhasabah sejak pukul 09.00 Wita di Masjid Asasul Hikmah Jereneng, sedangkan Kecamatan Narmada dam Kecamatan Gunungsari menggelar muhasabah di kantor kecamatan masing-masing.

Kegiatan muhasabah yang digelar di masing-masing kecamatan ini dihadiri oleh Kepala SKPD Pemkab Lobar, ASN lingkup kecamatan, pihak kepolisian dan TNI, kepala sekolah, dan masyarakat umum. Kegiatan juga diisi dengan ceramah oleh para tuan guru.

Mewakili bupati, Kepala Bapeda Lobar H. M. Baihaqi yang hadir dalam kegiatan di Gerung memaparkan pentingnya bermuhasabah. Baihaqi mengingatkan agar dalam menjalani hari-hari di kehidupan, manusia perlu banyak ‘melihat’ dalam arti luas.

“Pertama, melihat ke atas, yakni melihat keberhasilan orang lain. Ini bermanfaat bagi kita untuk memperoleh semangat agar menjadi maju. Kedua, melihat ke bawahyan artinya bahwa masih banyak orang yang hidupnya tidak seberuntung kita. Ini nantinya akan membuat kita tambah bersyukur atas nikmat yang kita dapat. Ketiga, melihat ke samping memiliki makna semangat kebersamaan atau kepedulian kepada sesama. Keempat, melihat ke belakang yakni melihat pengalaman masa lalu, sehingga kita bisa memetik pelajaran darinya. Kelima, melihat ke dalam untuk introspeksi diri, dan keenam adalah melihat ke depan untuk menjadi lebih baik,” jelas Baihaqi.

Himbauan yang dikeluarkan Pemkab Lobar mendapat dukungan penuh dari masyarakat. Camat Gerung, Mulyadi mewakili warganya dengan tegas siap mendukung himbauan tersebut.

“Gerung sebagai ibu kota kabupaten harus tetap aman serta kondusif pada pergantian tahun dengan tidak menyalakan kembang api. Pada malam pergantian tahun nanti kita akan melangsukan acara pengajian dan tahlilan dengan mengundang masyarkat yang Insya Allah akan dilaksanakan di Kantor Desa Kebon Ayu,” katanya usai menggelar muhasabah.

Hal senada dikatakan Camat Narmada, Saefudin Farid. Baginya, momen pergantian tahun hendaknya bias dijadikan sebagai momen untuk melakukan muhasabah, baik muhasabah individual maupun kolektif atas apa saja kebaikan dan kekhilafan yang telah dilakukan pada waktu yang lalu.

“Dengan gemar dan rutin melakukan muhasabah maka akan memberi manfaat yang besar bagi kita. Dengan demikian roda pembangunan di daerah tercinta ini bisa terus berjalan dengan baik,” ujarnya.

Dengan adanya musibah yang menimpa Lombok sejak akhir Juli lalu, Saefudin berharap agar persatuan, kesatuan, kebersamaan, kasih sayang dan jiwa gotong royong tersebut terus dipupuk.

“Semangat untuk peduli kepada sesama harus terus kita tingkatkan, tidak hanya di saat bencana, namun juga di saat bahagia. Insya Allah dengan berbekal semua itu, Allah akan menurunkan rahmat-Nya kepada kita,” pungkasnya. (Humas Lobar)

KEMISKINAN DI LOMBOK BARAT TURUN

Giri Menang, Jum’at 14 Desember 2018 – Kemisikinan di Kabupaten Lombok Barat turun dari 16,46% di Tahun 2017 menjadi 15,20% di Tahun 2018 ini.

Fakta tersebut dipaparkan oleh Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid sesaat pasca menerima hasil rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lombok Barat di Aula Kantor Bupati Lombok Barat, Kamis (13/12).

“Kita bersyukur dengan capaian itu, padahal target kita di RPJMD untuk tahun 2018 ini adalah 15,90%,” ujar Fauzan.

Angka kemiskinan tersebut sama dengan 103.770 jiwa, turun dari 110.692 jiwa di tahun 2017. Sedangkan untuk angka kedalaman kemiskinan turun dari 3,24 menjadi 3,07. Sayangnya, angka tersebut tidak diikuti dengan indeks keparahan kemiskinan, dari 0,92 di tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi 0,95 di tahun 2018.

Dalam rilis BPS itu, garis kemiskinan di Lombok Barat meningkat, dari Rp. 390.979/kapita/bulan di tahun 2017, mengalami peningkatan menjadi Rp. 412.487/kapita/bulan.

“Artinya, masyarakat Lombok Barat perlu biaya yang lebih besar lagi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,” pungkas Fauzan.

Secara umum, seluruh Kabupaten/ Kota di Nusa Tenggara Barat mengalami hal yang sama dengan Kabupaten Lombok Barat. Kabupaten Lombok Utara, menurut BPS menjadi daerah yang paling signifikan dalam menurunkan angka kemiskinan, yaitu dari 32,06% di Tahun 2017 menjadi 28,83% di tahun 2018 ini.

Secara komulatif untuk Provinsi NTB, Kemiskinan di NTB tahun 2017 adalah 793.776 jiwa atau 16,07%, mengalami penurunan 14,75% atau 737.457 jiwa di tahun 2018 atau hanya mampu menurunkan 1,32% saja. (Humas Lobar)

TINGKATKAN PENDAPATAN, BUPATI DORONG BAYAR PAJAK DI LOMBOK BARAT

Giri Menang, Jum’at 14 Desember 2018 – Minimnya realisasi Pendapatan Daerah, baik Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun Dana Perimbangan dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH) membuat Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid meminta jajarannya berinovasi dalam bekerja.

Hal tersebut disampaikannya di hadapan seluruh jajarannya saat memimpin Rapat Pimpinan Daerah di Aula Kantor Bupati, Kamis (13/12).

Fauzan meminta agar tahun 2019 nanti, sektor PAD harus digenjot untuk lebih meningkat lagi dalam capaiannya. Ia memberi contoh pada komponen akomodasi dan konsumsi di sektor pariwisata.

“Saya memprediksi angka kunjungan wisatawan akan normal dan banyak daerah yang akan studi banding ke kita. Wajibkan mereka menginap di Lombok Barat,” pinta Fauzan.

Bagi Fauzan, untuk itu tidak cukup dengan memakai Peraturan Bupati, namun harus dikomunikasikan terlebih dahulu.

“Jadikan syarat kita bisa menerima. Jangan kita yang memfasilitasi, tapi daerah lain yang untung dapat pajak dan retribusi,” ujar Fauzan.

Demikian juga di Dana Perimbangan, Fauzan meminta agar semua yang memiliki usaha atau akan bekerja di Lombok Barat harus membayar pajak di Kantor Pajak yang berafiliasi dengan Lombok Barat.

“Wajibkan mereka memiliki NPWP di Kantor Pajak yang berafiliasi dengan Lombok Barat. Bukan hanya Perusahaan, termasuk ASN, harus punya NPWP di Lombok Barat,” pinta Fauzan tegas.

Bahkan, Fauzan meminta hal tersebut dijadikan sebagai salah satu syarat berkas dalam pengajuan izin.

“Buat dalam bentuk Peraturan Bupati biar bisa jadi syarat,” pinta Fauzan sambil memastikan bahwa besaran DAU juga dipengaruhi oleh raihan pajak suatu daerah.

Untuk diketahui, Pos Pendapatan dalam APBD Lombok Barat di tahun 2018 bersumber dari PAD yang awalnya diestimasi mencapai Rp. 301 milyar lebih, ternyata hanya bisa diproyeksi tercapai sekitar Rp. 254 milyar. Untuk DAU sebesar Rp. 771 milyar lebih dan DBH sebesar Rp. 49 milyar lebih, diproyeksi meningkat menjadi Rp. 63 milyar lebih.

Untuk APBD 2019, untuk PAD diproyeksi mencapai Rp. 279 milyar lebih, DAU diproyeksi meningkat 3,2% menjadi Rp. 769 milyar lebih dan DBH sebesar Rp. 43 milyar lebih.

“Bila semua inovasi itu kita lakukan, saya optimis APBD kita bisa meningkat,” pungkas Fauzan.

INSPEKTORAT : TEMUAN BPK SEMUA SUDAH DITINDAKLANJUTI

Giri Menang, Rabu 12 Desember 2018 – Kepala Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Perwakilan NTB pagi tadi (12/12) menyerahkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Belanja Modal TA 2018, Pengelolaan Keuangan Desa TA. 2017 s/d Semester I TA 2018, serta Efektivitas dan Pengawasan Pengelolaan Dana Desa dan Alokasi Dana Desa TA 2015 s/d Semester I TA 2018 kepada seluruh Kepala Daerah se-NTB. Pemeriksaan Dana Desa ini sendiri mulai dilakukan BPK sejak tahun ini.

LHP untuk Kabupaten Lombok Barat diterima langsung oleh Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid didampingi Ketua DPRD Imam Kafali Aula Gedung BPK RI Perwakilan NTB di Mataram.

Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan, masih terdapat kelemahan atas kepatuhan terhadap perundang-undangan dan kelemahan yang dapat mempengaruhi efektivitas pengelolaan belanja modal daerah dan Dana Desa (DD) serta Alokasi Dana Desa (ADD).

“Ada beberapa hal yang dicatat dalam LHP antara lain bendahara desa tidak memungut atau menyetorkan pajak sesuai ketentuan, kemahalan harga atas pekerjaan barang dan jasa, kekurangan volume pekerjaan fisik, pemebebasan tanah yang tidak sesuai dengan kondisi senyatanya, dan lainnya,” jelas Kepala BPK RI Perwakilan NTB, Hery Pruwanto usai menyerahkan LHP.

Berdasarkan hal tersebut, pihak BPK memberikan rekomendasi untuk melakukan berbagai langkah perbaikan untuk meningkatkan kinerja pengelolaan DD dan ADD.

“LHP ini kami harapakan dapat digunakan dengan baik dalam mengambil keputusan untuk koreksi di tahun 2019. Setelah kami sampaikan (LHP-red) kita mohon 60 hari sudah ada tindak lanjutnya,” pungkasnya.

Wakil Gubernur NTB Hj. Sitti Rohmi Djalillah mengawali sambutannya dengan memberikan apresiasi kepada seluruh kabupaten/kota se-NTB yang meraih predikat WTP. Namun wagub mengingatkan untuk tahun 2019 WTP yang sudah diraih harus mampu dipertahankan bahkan harus lebih berkualitas lagi.

“2019 jadi PR besar untuk kita. Ke depan WTPnya harus berkualitas, tidak boleh turun!” tegasnya.

Terkait LHP atas pengelolaan DD dan ADD, wagub meminta agar para kepala desa diberikan pemahaman lebih agar mampu menggunakan anggaran dengan baik.

“PR berikutnya itu APBDes. Bagi kepala desa, pemeriksaaan menjadi hal yang baru. Tidak heran karena kurangnya pengetahuan, pemeriksaan jadi sedikit terhambat. Mari kita yakinkan kepala desa kita semua agar memahami bagaimana menggunakan anggaran dan mempertanggungjawabkan anggaran sehingga amanah dari Allah SWT ini dapat kita emban sebaik-baiknya,” pesannya.

Sementara itu, Kepala Inspektorat Lombok Barat, H. Rachmat Agus Hidayat mejelaskan beberapa hal yang menjadi temuan di Lombok Barat. Yang pertama tekiat regulasi mengenai pembaharuan peraturan bupati tentang pengelolaan Dana Desa kemudian diikuti dengan julkak dan juknisnya, kedua ada kekurangan spek pada fisik di beberapa desa namun beberapa desa sudah sanggup untuk menindaklanjuti temuan tersebut. Kemudian terkait pajak, administrasi dan persoalan tentang bagaimana perencanaan untuk alokasi dana desa yang harus disingkronkan dengan apa yang disusun dalam APBDes.

“Secara keseluruhan temuan-temuan di desa ini sudah ada kesanggupan dari kepala desa, DPMPD dan daerah untuk menindaklanjuti paling lama 60 hari. Kami di Inspektorat juga diminta untuk melakukan pengawasan terhadap desa-desa ini. Pada prinsipnya kami di Inspektorat, selama menerima alokasi dana desa tiap tahunnya kita memeriksa 30 desa. Jadi selama lima tahun hingga saat ini kami sudah memeriksa 150 desa. Dari total 119 desa berarti ada desa yang sudah diperiksa dua atau tiga kali. Pada prinsipnya apa yang kita temukan dengan apa yang ditemukan BPK ini sama. Dan semua sudah ditindaklanjuti oleh desa. Sementara ini tidak ada yang bersangkut paut dengan hukum,” jelas Agus.

PERKUAT POTENSI DESA WISATA, PEMKAB LOBAR KUMPULKAN STAKEHOLDER

Giri Menang, Rabu 12 Desember 2018 – Dalam upaya memperkuat potensi dan posisi desa wisata di Lombok Barat (Lobar), Pemkab Lobar melalui Dinas Pariwisata mengumpulkan para stakeholder pariwisata hari ini, (12/12) di Gerung. Kegiatan yang dikemas dengan pertemuan rutin forum tata kelola pariwisata itu dihadiri puluhan kepala desa, pelaku wisata, dan ketua pokdarwis. Tujuan dari pertemuan forum ini sendiri adalah untuk mengungkit pertumbuhan ekonomi masyarakat Lombok Barat.

Bupati Lobar yang diwakili Asisten II Hj. Lale Prayatni mengatakan, peningkatan dan memperkuat potensi dan posisi desa wisata untuk mengungkit pertumbuhan ekonomi masyarakat merupakan cita-cita seluruh masyarakat Lobar. Saat ini desa tidak lagi menjadi penonton dalam pembangunan tetapi telah menjadi pelaku dalam kegiatan pembangunan itu sendiri.

Ia mengakui sangat banyak potensi di desa yang bisa dikelola dan dikembangkan bersama oleh pemerintah desa dan masyarakat desa itu sendiri. Dalam pengembangan ini sudah tentu butuh perencanaan yang strategis.

“Tinggal bagaimana kita membuat sebuah perencanaan yang strategis dalam menentukan sektor usaha apa yang akan difokuskan untuk dijalankan,”katanya.

Dijelaskan, salah satu sektor potensi yang dapat dikembangkan adalah pariwisata. Potensi ini ada di hampir semua desa di Indonesia. Bentuknya berupa potensi kebudayaan hingga wisata alam. Ini bisa dijadikan sebuah konsep bisnis yang bisa dijalankan oleh masyarakat desa.
Untuk itu obyek wisata itu harus bisa dikemas agar tetap menarik. Khusus untuk obyek wisata alam, Lale menekankan perlunya menjaga alam agar tetap indah dan alami.

“Jaga lingkungan desa agar tetap selalu bersih dan indah sehingga suasana nyaman selama liburan bisa dirasakan oleh wisatawan selama berkunjung,”jelasnya.

Tak hanya itu, warga desa juga diharapkan bisa menggali potensi budaya untuk dijadikan objek wisata yang bisa dinikmati. Dengan demkian nuansa desa Indonesia yang penuh dengan tradisi budaya bisa menjadi salah satu motivasi wisatawan untuk berkunjung.

Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata Lobar Ispan Junaidi mengatakan industri pariwisata bersifat multi aspek, multi sektor. Oleh karena itu perlu adanya sinergitas antar banyak pihak. Untuk itu harus ada forum bersama, di mana seluruh persoalan industri pariwisata ini bisa dibahas.

Salah satu bentuk sinergitas tersebut adalah kerjasama pengembangan UKM dan Kuliner. Dalam pengembangan sektor ini, Ispan akan bekerjasama dengan sektor lainnya seperti Dinas Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM serta Dinas Pertanian.

“Kami akan bersatu, bersinergi membahas perkembangan UKM dan kuliner,” tegasnya.

Dipilihnya kuliner bukan tanpa alasan. Menurut Ispan, hasil riset menunjukkan, 30 persen orang atau wisatawan datang ke suatu tempat karena kulinernya. Untuk itu kuliner perlu dikembangkan. Dalam pengembangan kuliner ini Industri UKM masyarakat desa memegang peranan penting. Selain itu keberadaan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dinilainya dapat menjadi motor penggerak dalam mengelola desa wisata.

“Pemerintah desa dapat membantu dalam permodalan awal. Selain itu bisa juga bekerjasama dengan pihak bank atau swasta lainnya dalam mengembangkan desa wisata,” ujarnya.

Lebih lanjut dikatakan, Bumdes dan pelaku jasa pariwisata harus melakukan kerjasama yang baik dalam mempromosikan dan pelayanan kepada para wisatawan. Namun ia mengingatkan bahwa desa wisata yang sukses tidak hanya memilki objek wisata yang indah, tetapi juga harus bisa membuat kegiatan- kegiatan dan atraksi yang menarik.

“Ini akan membawa kesan dan pengalaman yang menarik selama liburan bagi wisatawan,” jelasnya. (andi/humas)

JALAN LOMBOK BARAT MAKIN BAIK, PENGADUAN MENURUN

Giri Menang, Selasa 11 Desember 2018 – Sebagai forum yang menampung aspirasi dan kritik terhadap prasarana jalan, Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (FLLAJ) Lombok Barat (Lobar) setiap harinya menerima pengaduan dari masyarakat. Pengaduan-pengaduan tersebut tentunya yang berkaitan dengan kondisi jalan, termasuk lampu jalan.

Ketua FLLAJ Lobar, H. Ahmad Saikhu menjelaskan, angka partisipasi masyarakat terhadap penyelenggaran lalu lintas jalan raya terbilang cukup tinggi. Ini terlihat dari banyaknya aduan masyarakat yang masuk. Di tahun 2018 ini saja, hingga akhir November 2018, sebanyak 113 aduan masyarakat diterima oleh FLLAJ Lobar. Aduan terbanyak yakni terkait prasarana jalan. Sedangkan yang terkait lampu penerangan jalan ada juga yang masuk namun sedikit.

“Kalau dibandingkan Tahun 2017 yang hanya 105 aduan, maka tahun ini meningkat. Ini menunjukkan kepedulian masyarakat terkait jalan meningkat,” ujar Saikhu saat memberikan sambutan pada Rapat Forum FLLAJ, Selasa (11/12).

Jika melihat jenis pengaduannya, lanjut Saikhu, pengaduan terhadap kondisi jalan bisa dibilang menurun. Pada tahun 2017 dari 105 aduan, 53 di antaranya terkait prasarana jalan. Sedangkan pada tahun 2018, aduan terhadap prasarana jalan menurun jadi 48 aduan.

“Ini menunjukkan bahwa jalan kita semakin baik. Kami berharap aduan terus turun, bila perlu sampai nol. Ini menandakan lalu lintas semakin baik,” lanjut pria yang menjabat Kepala Dinas Perhubungan Lobar itu.

Lebih jauh ia memaparkan, pengaduan tahun 2017 sudah dituntaskan sebanyak 93 aduan. Sedangkan sisanya sebanyak 12 aduan masih dalam proses penuntasan. Sementara itu untuk Tahun 2018, dari aduan yang masuk, sudah ditindaklanjuti sebanyak 55 persen, dan sisanya 45 persen masih dalam proses.

Ditambahkan, besarnya aduan masyarakat pada tahun ini adalah karena faktor dampak gempa dan cuaca ekstrim. Ini yang menimbulkan aduan masyarakat semakin tinggi. Adapun katagori pengadu menurut jenis kelamin adalah 80 persen laki-laki, 15 persen perempuan dan 5 persen tidak menyebutkan jenis kelamin.

“Kita harap yang memberikan aduan jelas jenis kelaminnya agar kita tahu keterlibatan kaum perempuan jelas dalam penyelenggaran jalan,” pungkasnya.

Bupati Lobar H. Fauzan Khalid mengatakan, tindak lanjut pengaduan yang bisa mencapai 50 persen menurutnya merupakan hal yang luar biasa. Akan tetapi ia mengingatkan agar FLLAJ terus menajamkan sosialisasi. Sosialisasi yang dimaksud adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran masyarakat agar menjadi pengguna jalan yang baik, dan berbudaya sesuai aturan.

Diceritakan Bupati, dirinya pernah mendapatkan surat dari balai jalan, di mana balai jalan minta atensi Pemkab Lobar terhadap kondisi bagian tengah jalan BIL 1. Bagian tengah jalan yang agak tinggi tersebut beberapa kali dirusak oleh masyarakat. Tujuannya agar mereka bisa menyeberang dan berbelok lewat tengah jalan yang dirusak itu. Akibatnya sering terjadi kecelakaan karena pengendara memutar balik tidak pada tempatnya.

“Ini hubungannya dengan kesadaran. Padahal tengah jalan yang ditinggikan itu untuk keselamatan masyarakat,” ujar H. Fauzan.

Tidak hanya di jalur BIL 1, tapi juga di BIL 2 sering terjadi pelanggaran. Salah satunya aturan bahwa sepeda motor harus melalui jalur kiri dan bukannya jalur kanan. Tapi faktanya banyak pengendara motor yang lewat jalur cepat.

“Maaf, ada polisi juga saya lihat lewat sana. Jangan-jangan kita juga lewat kanan kalau pakai motor. Padahal itu kan untuk keselamatan,” selorohnya.

Oleh karena itu Fauzan minta agar FLLAJ tidak hanya sekedar menerima aduan masyarakat, tapi juga konsen melakukan sosialisasi untuk membangun kesadararn berlalu lintas yang baik. (afgan/humas)

1 216 217 218 219 220 395