Lobar Siapkan Posluhdes

GIRI MENANG-Untuk meningkatkan pendampingan bagi para petani, Badan Penyuluhan (Bapeluh) Kabupaten Lombok Barat (Lobar) menyiapkan pos penyuluh di tingkat desa (Posluhdes). Keberadaan pos tersebut, diharapkan, bisa menjadi wadah interaksi bagi petugas penyuluh di lapangan dengan pelaku utama.
“Kita sudah menginisiasi pembangunan Posluhdes di semua desa. Sekarang, persiapannya sudah 80 persen. Kita menargetkan, tahun ini sudah siap 100 persen,” kata Kepala Bapeluh Lobar H Moh Najib dalam rapat evaluasi di aula kantornya, kemarin.
Dijelaskan, pembentukan Posluhdes sendiri memiliki dasar hukum UU No 16 Tahun 2006 yang mengharuskan adanya pos penyuluh hingga tingkat terbawah yakni, desa. Tujuannya, untuk mendekatkan pelayanan bagi petani agar mereka lebih mudah mendapatkan informasi, khususnya yang terkait dengan perkembangan teknologi.
Melalui posluhdes, pelaku utama diarahkan agar lebih proaktif dalam mencari dan menghimpun sejumlah informasi. Mereka juga bisa dirangsang agar dapat berkarya dan menemukan teknologi baru yang berasal dari petani sendiri.
“Posluhdes menjadi wadah bagi mereka untuk bertukar informasi demi perubahan ke arah yang lebih baik,” lanjut putra dari TGH Mustafa Al Holidy, pendiri Pondok Pesantren Al Islahudiny Kediri tersebut.
Adapun mekanisme pembentukan Posluhdes sendiri melalui rembuk tani desa. Desa sendiri, kedepannya, diharapkan bisa memberi perhatian dalam pengembangan posluhdes tersebut. Apalagi, anggaran yang diterima setiap desa akan jauh meningkat tahun 2015.
“Desa juga harus mendukung posluhdes ini karena memang dihajatkan untuk kemaslahatan warga, terutama petani,” pungkasnya.
Di sisi lain, kebaradaan penyuluh sendiri berarti penting sebagai ujung tombak di lapangan. Untuk itu, bapeluh pun mendorong penambahan tenga penyuluh di lapangan. Jika sebelumnya satu orang tenaga penyuluh menangani satu desa. Maka, kini dibatasi bahwa satu tenaga menangani 8 hingga 13 kelompok untuk memperbaiki kulitas pendampingan.

Sumber: Lombok Post, Selasa 7 Oktober 2014

Anggaran Responsif Gender Naik 15 Persen

GIRI MENANG-Pemkab Lombok Barat (Lobar) di tahun 2015 memberi porsi anggaran lebih tinggi untuk program- program yang bersifat responsif gender. Kenaikannya diperkirakan mencapai 15 persen dari tahun lalu yang totalnya mencapai sekitar Rp 23 miliar.
Kepala Bidang Sosbud Bappeda Lobar Sumarto mengungkapkan anggaran untuk program ini secara implisit sudah masuk ke penganggaran sejumlah SKPD. Namun saat ini dilakukan evaluasi dan analisa agar program untuk kesetaraan gender di masing-masing SKPD bisa jelas.
“Anggaran ini tersebar hampir di semua SKPD. Penggunaan anggarannya diarahkan untuk penguatan kapasitas pemberdayaan perempuan,” kata Sumarto ditemui usai pembukaan lokakarya penguatan data terpilah di Hotel Jayakarta, kemarin.
Dalam sambutan kepala Bappeda Lobar yang dibacakannya, Sumarto mengungkapkan jika pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak merupakan isu lintas sektor. Semua sektor pembangunan pusat dan daerah harus menjadi penggerak dengan memberikan perhatin dan dukungan dalam proses pembangunan tersebut.
Pada tahun 2009, inisiatif perencanaan penganggaran yang responsif gender (PPRG) dimulai dengan dibentuknya tim pengarah dan tim teknis PPRG melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas.
Pemerintah juga melalui Instruksi Presiden No 9 Tahun 2000 tentang Pengaruustamaan Gender (PUG) dalam pembangunan nasional memerintahkan kepada semua jajaran pimpinan instansi pemerintah dan pemerintah daerah agar dapat menyusun kebijakan, program, kegiatan yang responsif gender yang dituangkan dalam RPJMD, Renstra SKPD, Renja SKPD melalui analisis gender.
“Pembangunan pada dasarnya harus memberikan keadilan dan kemakmuran kepada semua masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan serta kepada yang kaya maupun miskin,” kata Sumarto.
Manfaat data terpilah, lanjut dia, dalam proses perencanaan dan penganggaran responsif gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional. Sementara PUG ditujukan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender yang merupakan upaya untuk menegakkan hak-hak perempuan dan laki-laki atas kesempatan yang sama, pengakuan yang sama dan penghargaan yang sama di masyarakat.
“Karenanya perlu dibentuk mekanisme untuk formulasi kebijakan dan program yang responsif gender, yaitu program yang dilakukan untuk mengakomodir kebutuhan laki-laki dan perempuan dengan ketersediaan data terpilah sehingga intervensi yang dilakukan dapat tepat sasaran,” paparnya.
Data dan informasi terpilah menggambarkan peran, kondisi umum dari laki dan perempuan dalam setiap aspek kehidupan di masyarakat. Misalnya angka melek huruf, tingkat pendidikan yang ditamatkan, kepemilikan usaha, lapangan pekerjaan, perbedaan upah, kepemilikan rumah dan tanah, serta pinjaman dan lainnya.
Adapun tujuan pengumpulan data terpilah adalah untuk memperoleh informasi pembuka wawasan yang dapat menggambarkan kondisi, kebutuhan, persoalan yang dihadapi perempuan dan laki- laki terkait akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam pembangunan sehingga memudahkan dalam proses perencanaan dan penganggaran program serta kegiatan pembangunan.
Sementara manfaat dari lokakarya ini untuk mengetahui kondisi dan situasi perempuan dan laki-laki di berbagai bidang pembangunan atas pelaksanaan PUG. Dapat menjelaskan perbedaan dan nilai-nilai, peranan, situasi, kondisi, aspirasi dan kebutuhan perempuan dan laki-laki menurut potensi yang dimiliki serta dapat juga dimanfaatkan sebagai alat untuk melakukan analisis gender, permasalahan isu gender dan mengukur ada tidaknya kesenjangan gender.

Sumber: Lombok Post, Selasa 7 Oktober 2014

Uniknya Kreasi Cemilan KWT Karya Wanita

Mulai dari Keripik Bayam Sampai Stik Kangkung (1)

KANGKUNG: Tanaman kangkung yang dibudidayakan di pekarangan rumah mulai diolah menjadi produk cemiian berupa stik.
Meski baik bagi kesehatan, seba¬gian orang mungkin tidak doyan mengkonsumsi sayu mayur. Hal tersebut menjadi tantangan bagi Kelompok Wanita Tani (KWT) Karya Wanita di Dusun Dasan Belo, Oesa Jembatan Kembar, Kecamatan Lembar untuk berkrerasi. Mereka mengolah makanan kaya vitamin tersebut menjadi cemilan gurih yang Iezat.

GIRIMENANG
SIANG yang terik, Hartini masih saja sibuk beraktifitas. Ketua KWT Karya Wanita tersebut menyusuri pekarangan rumahnya yang tampak hijau oleh aneka tanaman. Mulai dari buah-buahan, apotik hidup, hingga sayur mayur. Perempuan berjilbab itu memang sudah dikenal akan kepiawaiannya menggarap halaman rumah menjadi lahan produktif untuk bercocok tanam.

Berkat keuletannya tersebut, Hartini pun sukses menghantarkan KWT Karya Wanita sukses memboyong juara pertama lomba Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) tahun ini. Kesuksesan tersebut, rupanya tak lantas membuat Hartini dan anggotanya puas diri. Mereka terus berkreasi untuk membuat sesuatu yang baru.

Sebagaimana yang terlihat siang itu, membawa sebuah baskom putih berukuran sedang, Hartini memasuki area tanaman kangkung yang berada di pojok halaman rumahnya. Perlahan, ia memotong memotong beberapa batang kangkung yang tumbuh subur dan tampak segar tersebut. Setelah dirasa cukup, hasil panen kangkung itu lantas dibawa ke dapur untuk diolah.

Di dapur, beberapa anggota KWT Karya Wanita lainnya sudah menunggu. Kangkung tersebut segera dibersihkan untuk selanjutnya dapat diolah. Berbeda dari biasanya, Hartini dan kawan-kawan tidak mengolah kangkung dengan direbus atau ditumis. Sayuran kaya vitamin tersebut mereka sulap menjadi cemiian khas berupa stik.

“Kangkung-kangkung ini untuk diolah menjadi stik. Jadi, bisa dimakan sebagai cemilan,” kata Hartini. Mulanya, kangkung diblender, kemudian dicampur dengan terigu dan telur. Setelah ditambahi bumbu khusus, adonan kangkung itu pun dimasukan ke dalam cetakan stik. Menurut Hartini, stik kang¬kung ini sangat potensial untuk dijadikan cemilan khas Lombok yang notabene me¬mang sudah dikenal akan hasil kangkung berkualitas baik.

Tidak hanya stik kangkung. Hartini dan anggota KWT Karya Wanita lainnya terus berkreasi membuat cemilan dengan jenis sayur mayur lainnya. Salah satunya adalah membuat peyek bayam. Menurut Hartini, proses pembuatan peyek bayam sebenamya tidak terlalu berbeda dengan peyek pada umumnya.

Ide awal mereka berkreasi membuat ce¬milan dari sayur karena dorongan untuk memproduksi cemiian khas yang sehat. Apalagi, banyak orang yang kesulitan mengkonsumsi sayur mayur, khususnya anak-anak. Padahal, sayur tentunya memiliki banyak manfaat positif bagi tubuh. Dengan diolah menjadi cemilan berupa stik dan peyek, menurut Hartini, bayam dan kangkung terasa lebih nikmat dan lebih digemari semua orang.

“Ini kan nilai gizinya tinggi. Jadi cocok buat cemilan keluarga. Apalagi, kita juga tidak kesulitan untuk bahan baku karena banyak tumbuh di pekarangan rumah,” pungkasnya. FURQAN (bersambung)
Sumber: Harian Lombok Post: Selasa, 30 September 2014

 

Menuju Desa Tematik

Kades Diminta Beri Masukan

GIRI MENANG-Pemerintah Kabupaten Lombok Barat (Lobar) masih dengan rencananya untuk mengklasifikasikan setiap desa atau membentuk desa tematik. Untuk segera merealisasikannya, Bupati Lobar H Zaini Arony pun mendorong seluruh kepala desa (kades) agar aktif memberi masukan terkait potensi ataupun keunggulan dari daerahnya.

“Kades sangat diharapkan masukannya untuk mewujudkan desa tematik. Terutama sebelum palu anggaran tahun 2015 belum diketuk,” kata Zaini saat menghadiri pencanangan Desa Bagik Polak sebagai Desa Bersih, Aman, dan Terang (Bahtera), Jumat lalu.

Pemkab Lobar sendiri memang sedang serius untuk menyusun format atau tipe setiap desa. Menurut Zaini, hal tersebut dapat memaksimalkan potensi dari setiap desa di Lobar yang notabene cukup beragam. Sehingga, setiap desa nantinya dapat memiliki ikon atau ciri tersendiri yang menjadi keunggulannya dibanding wilayah lain.

Diketahui, Lobar rencananya akan membentuk delapan desa tematik dengan klasifikasi tersendiri. Diantaranya, adalah desa mandiri pangan, mandiri energi, desa wisata dan budaya, desa industri kreatif, desa santri, hingga desa koperasi. Wilayah Senggigi, Batulayar, Pusuk Lestari, Suranadi, Narmada, Sesaot, Sedau, Kuranji, Lingsar, Karang Bayan, dan beberapa desa di wilayah Sekotong, dipastikan masuk dalam klasifikasi desa wisata.

“Kita berharap, dengan desa tematik ini, pem- bangunan dan pengembangan di masing-masing desa bisa lebih cepat dan tepat sasaran,” kata Zaini.

Orang nomor satu di Lobar tersebut menambahkan, masing-masing desa kedepannya harus lebih serius dalam mengembangkan potensinya. Terlebih, mengacu pada UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, kata Zaini, kewenangan oleh setiap desa akan lebih besar, khususnya terkait alokasi anggaran yang rencananya bisa mencapai miliaran rupiah pertahun dengan tambahan dana dari APBN.

“Dana yang besar itu nantinya harus bisa dimanfaatkan untuk memajukan desa, mening katkan potensi yang dimiliki. Sehingga, bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa,” pungkas Zaeni. (uki)
Sumber: Harian Lombok Post: Selasa, 30 September 2014.

PLN Tindaklanjuti Tuntutan Warga

Polusi PLTU Jeranjang

GIRI MENANG-Keluhan warga terkait polusi pembakaran batu bara pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeran¬jang, Desa Taman Ayu, Kecamatan Gerung mulai ditindaklanjuti. Berbagai upaya dilakukan Perusahaan Listrik Negara (PLN) wilayah NTB untuk meminimalisir dampak lingkungan dari aktifitas PLTU tersebut.

“Hari ini (kemarin) sudah mulai di¬lakukan pemusnahan limbah ampas batu bara,” kata Humas PT PLN Wilayah NTB Amrullah, kemarin. Menurutnya, pihak PLTU bersama PLN NTB sudah menandatangani perjanjian dengan Farya Beton untuk pengangkutan limbah ampas batu bara. Sehingga, tidak lagi mencemari udara di sekitar lokasi PLTU. Pihaknya, kata Amrullah, juga akan melakukan penyiraman rutin di beberapa ruas jalan setempat. Sehingga, debu yang selama ini dikeluhkan warga pun tidak bertebaran.

Upaya lain yang dilakukan, lanjut Am¬rullah, akan dilakukan penghijauan di sekitar Jeranjang. Bulan depan, segera didatangkan ratusan pohon terembesi dan sekitar 400 bambu dari Jakarta. Pepohonan tersebut akan ditanam di sekitar areal PLTU untuk meminimalisir polusi. Langkah lain, kata Amrullah, juga sudah disiapkan. Yakni adanya penangkal debu menggunakan spandek atau terpal di area- area tertentu. “Kita langsung bertindak, mengupayakan agar tak ada lagi polusi. Sehingga, tak mengganggu aktifitas warga di sekitar PLTU,” katanya.

Diberitakan sebelumnya, puluhan warga Dusun Jeranjang mengamuk pada Senin siang (22/9) di areal PLTU. Warga yang disulut emosi dengan beringas merusak beberapa fasilitas kantor milik PLN dan PLTU. Kekesalan itu salah satunya dipicu polusi yang timbul akibat aktifitas pemba¬karan batu bara. Dampak dari polusi itu, warga mengaku terganggu kesehatannya dan lingkungan setempat kotor.

Sementara, terkait tuntutan warga agar mengoptimalkan penyerapan tenaga kerja lokal pada PLTU tersebut, Amrullah mengatakan bahwa hal itu memang sulit dilakukan. Pasalnya, perekrutan pegawai tetap harus mengikuti standar skill yang dipersyaratkan. Menurut Amrullah, pihaknya pun telah mendorong warga sekitar untuk ikut tes tetapi memang tak banyak yang berhasil terjaring.

“Tes masuk sebagai pekerja kan kita buka secara umum. Bagaimanapun tetap harus mengacu pada standard dan sklill yang dipersyaratkan,” jelasnya.

Sementara, lanjut Amrullah, pengerjaan PLTU Jeranjang yang sudah dimulai tahun 2009, sampai saat ini, memang belum rampung seratus persen. Selama satu tahun terakhir, baru unit 3 yang mulai dioperasikan. Sementara, unit-unit lainnya masih dalam pengerjaan. Ditargetkan, satu unit bisa segera rampung akhir tahun ini.

“Kita target awal tahun atau pertengahan tahun depan, semua unit sudah selesai,” pungkas Amrullah. (uki)

Sumber: Harian Lombok Post: Rabu, 24 September 2014

Pemkab Tetap Upayakan Relokasi

Terkait Pengungsi di Duduk

Giri Menang-Pemerintah Kabupaten Lombok Barat (Lobar) akan tetap mengupayakan relokasi terhadap warga Duduk, Kecamatan Batu Layar pasca kediamannya dieksekusi setelah kalah dalam perkara. Relokasi tersebut dianggap sebagai jalan keluar terbaik bagi warga Duduk yang saat ini masih bertahan di pengungsian.

“Pemerintah terus mengupayakan ada solusi. Sebelumnya,kami sudah tawarkan warga untuk pindah ke Senteluk. Namun coba kita tawarkan lagi,” kata Bupati Lobar Dr H Zaini Arony.
Terakhir, pemerintah mengaku sudah menginisiasi pertemuan bersama warga, perwakilan banjar, serta aparat keamanan untuk bersama-sama mencari jalan keluar. Dari pertemuan tersebut, menurut Zaini, sudah diperjelas duduk persoalannya. Dikatakan, status dari tanah yang disangketakan sendiri sudah jelas menjadi kepemilikan Pura Giri Natha yang beralamat di Tanaq Mbet Timur, Kecamatan Batu Layar.

Zaini memaparkan, lahan itu awalnya disewakan oleh pihak banjar kepada 17 kepala keluarga. Belakangan ada salah seorang diantara warga yang justru menjual belikan tanah tersebut. Lambat laun, jumlah KK yang bertempat tinggal di atas lahan itu pun bertambah hingga 48 KK. Begitu pihak banjar memperkarakan status lahan tersebut, puluhan KK itu pun tergusur dan kini hidup mengungsi.

“Kita sudah mendengar keterangan kedua belah pihak dan sudah dievaluasi. Status lahan itu sudah jelas kepemilikan- nya pada Pura Giri Natha. Mau tidak mau, warga Duduk memang haras menerima,” kata Zaini.

Untuk itu, pemerintah sudah menawarkan warga di pengungsian untuk pindah ke Senteluk. Namun, diakui, puluhan pengungsi tersebut masih ngotot bertahan. Di satu sisi, pemda juga mengaku sempat melobi pihak banjar agar berkenan memberikan lahan seluas 2 hingga 2,5 are untuk masing-masing kepala keluarga di pengungsian. Namun, belum mendapat respon dari pemilik lahan.

“Solusi yang bisa kita tawarkan sejauh ini hanyalah relokasi ke Senteluk. Saya sudah hubungi asisten 1 dan camat setempat untuk terus melakukan pendekatan dengan warga agar mau direlokasi. Yang penting sekarang, tidak ada penggusuran lagi,” tegas Zaini. (uki)

Sumber: Harian Lombok Post: Rabu, 24 September 2014

Mereka yang Mengharumkan Lobar di Bidang Kehutanan (2-Habis)

Kelopok Tani Madu Sari Juara II Wana Lestari Tingkat Provinsi

Udin sebelumnya sama sekali tak menyangka jika usaha budidaya madu yang dilakukannya bersama beberapa warga sekitar kini berkembang dengan baik. Ketekunan dan kerja keras telah mengantar  Kelompok Tani Madu Sari yang diketuai Udin cukup kewalahan memenuhi permintaan pasar terhadap produk mereka.
BAIQ FARIDA, Giri Menang

KAWASAN Dusun Batu Goleng, Desa Tempos, Kecamatan Gerung cukup sejuk karena dikelilingi kawasan hutan. Sejumlah pohon rindang berjajar di pinggir jalan menghiasi pemandangan di kampung ini.

Memanfaatkan kondisi lingkungan yang ditumbuhi aneka flora, Udin bersama warga sekitar tergerak untuk mencoba budidaya madu pada 2001 silam. Mereka tergerak untuk menambah penghasilan sekaligus memelihara kelestarian lingkungan sekitar. Diyakini dengan menggantungkan hidup di kekayaan hutan, para warga yakin akan lebih bertanggung jawab terhadap kawasan hutan di wilayahnya.

Awalnya budidaya yang dilakukan warga bersifat tradisional. Pendapatan dari usaha ini pun tak terlau mencukupi kebutuhan mereka. Kemudian setelah mendapat pendampingan dari penyuluh, mereka kini membuat stup untuk rumah lebah sehingga berimbas pada meningkatnya produktivitas madu yang dihasilkan.

Namun permintaan pasar yang tinggi justru kerap tak sanggup mereka penuhi karena jumlahnya yang cukup banyak dan tak sebanding dengan produksi madu lokal.

‘’Kami cukup kewalahan memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat,” kata Udin. Di sisi lain, produk madu yang dihasilkan kelompok tani beranggotakan 30 orang ini sudah mampu menembus hotel, restoran maupun pasar swalayan lokal. Bahkan ada juga permintaan dari luar daerah yang telah mereka penuhi.

“Intinya kalau dari soal pema- saran kami tidak kesulitan. Berapapun produksi madu yang dihasilkan, pasar tetap siap membeli,” tandasnya. Menurut Udin, madu yang dihasilkan kelompoknya memiliki beberapa keunggulan. Pertama dari segi kemasan, produk mereka sudah memenuhi standar di swalayan. Termasuk soal higienitas. Sementara dari sisi kualitas, dia berani menjamin keaslian madu yang dihasilkan.

“Di kelompok ini, tidak sembarang orang bisa memanen. Hanya pengurus kelompok dan beberapa anggota tertentu yang boleh melakukannya untuk menjaga keaslian madu yang dihasilkan,” ujarnya kembali.

Prestasi lain yang telah diraih kelompok ini adalah mereka berhasil keluar sebagai juara 2 tingkat provinsi NTB dalam lomba wana lestari. Mereka dianggap berhasil melakukan penghijauan dan konservasi alam. (*)

Sumber: Harian Lombok Post: Rabu, 24 September 2014

Pengusaha Lokal Harus Kaya Inovasi

GIRI MENANG-Di tengah persaingan yang semakin tinggi, pelaku usaha di Kabupaten Lombok Barat (Lobar) pun diminta agar terus melakukan invoasi.Peningkatan mutu menjadi syarat mutlak agar produk-produk lokal tetap mendapat tempat di pasaran.

‘’Sekarang, persaingan antara produk UMKM semakin tinggi. Banyak pula berdatangan produk dari luar daerah,’kata Kepala Dinas Peindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Lobar H. Poniman.

Adanya unsur baru dalam suatu produk, lanjut Poniman, akan menarik daya beli masyarakat. Terlebih, saat ini, semakin banyak produk sejenis dari luar daerah yang beredaran di pasaran. Misalnya saja produk kerajinan anyaman bambu maupun gerabah yang semakin banyak diproduksi oleh perajin dari luar daerah.

Untuk itu, ia menekankan setiap pelaku UMKM di Lobar agar senantiasa menggali ilmu dan memperkaya wawasan, terutama terkait inovasi dan peningkatan mutu produk. Menurutnya, Disperindag Lobar sendiri rutin menggagas pelatihan bagi para pelaku usaha lokal tersbeut agar memiliki ide yang lebih inovatif.

“Melalui beberapa pelatihan pelaku usaha lokal itu selalu kita libatkan.Pendampingan juga terus dilakukan, kata Poniman. Terlebih, lanjutnya, Lobar sendiri memiliki banyak sentra industri rumahan.Hampir di setiap kecamatan, industri rumah tangga cukup menggeliat dan patut dikembangkan. Khususnya,imbuh Poniman, yang sedang gencar dikembangkan saat ini adalah usaha makanan olahan.la menekankan,kebangkitan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) akan memicu geliat perekonomian suatu daerah.

“Bagaimanapun, keberadaan pelaku UMKM ini sangat penting untuk mendorong geliat ekonomi Lobar,’lanjutnya. Upaya lain yang dilakukan adalah dengan memperluas pasar.Pemerintah kata Poniman, rutin mengikutsertakan pelaku usaha ke berbagai pameran di luar daerah. Sehingga, produk-produk mereka lebih dikenal luas. Bahkan beberapa produk lokal di Lobar pun saat ini, mulai mendapat tempat di pasar modem.
“Kita sudah koordinasi dengan pasar modern yang ada. Mereka pun sanggup menampung produk lokal kita selama kualitasnya tetap terjamin.’pungkasnya. (uki)

Sumber: Harian Lombok Post: Senin, 22 September 2014

Mereka yang Mengharumkan Lobar di Bidang Kehutanan (1)

SDN 1 Labuan Tereng Raih Penghargaan dari Kementerian Kehutanan

Setelah berhasil keluar sebagai juara I dalam lomba bidang kehuta¬nan 2014 tingkat provinsi beberapa waktu lalu, SDN 1 Labuan Tereng bebas melenggang ke tingkat nasional. Dalam kategori kecil menanam dewasa memanen (KMDM), sekolah ini berhasil mengungguli sejumlah sekolah lainnya di NTB.

GIRI MENANG
KENDATI gerakan menanam yang digalakkan sekolahnya semata-mata bukan diprioritaskan untuk mengejar penghargaan, Kepala SDN 1 Labuan Tereng Emi Rohanah, S.Pd tetap patut berbangga. Bagaimana tidak, usahanya menghijaukan lingkungan sekitar sekolah sejak 2009 silam diganjar penghargaan dari Kementrian Kehutanan RI pertengahan Agustus lalu.

Dalam sebuah kesempatan, Emi mengungkapkan apa yang telah diraih sekolahnya tak lepas dari peran semua pihak. Pertama Ketua TP PKK Lobar Hj Nanik Zaini Arony yang pada dua 2011 telah menyumbang sejumlah bibit pohon. Ada juga badan penyuluh (bape luh), dinas kehutanan, dinas pendidikan dan kebudayaan, badan lingkungan hidup (BLH) serta Bakorluh NTB yang memiliki andil dan mendorong terciptanya sekolah hijau.

Program kepedulian terhadap pelestar- ian lingkungan mulai dikenalkan Erni ke peserta didik di bangku kelas 3 hingga kelas 6. Mula-mula siswa diajarkan cara menanam yang benar. Setiap Sabtu mereka diminta para guru untuk membawa poly bag dua buah.
Untuk menyalurkan minat siswa menanam, sekolah menyediakan lahan di area belakang seluas 2 are. Lahan ini selain ditanami buah- buahan juga sayur mayur yang diyakini memiliki manfaat dari sisi kesehatan. Namun selama lima tahun digulirkan program penana- man secara massif, lahan yang dimiliki seko¬lah pun tak dapat menampungnya sehingga lahan kosong milik masyarakat sekitar yang memang belum digarap dimanfaatkan mereka untuk ditanami.

“Alhamdulillah apa yang kami upayakan se¬lama ini membuahkan prestasi membanggakan. Ini berkat kerja sama semua pihak,” ujamya.

Gerakan penghijauan yang dilakukan seko¬lah ini bukan asal tanam saja. Namun mereka juga memikirkan keberlangsungan usia tum- buhan tersebut. Karena itu, sekolah memiliki seorang pendamping penyuluh pertanian. Salah satu guru di sekolah ini juga merupakan kader konservasi tingkat nasional.

“Jadi bukan asal tanam saja. Para siswa juga diajarkan cara bercocok tanam yang benar sehingga rata-rata pohon yang ditanam tidak mati,” tandas Erni.

Prestasi yang telah diukir sekolah tidak lantas membuat mereka berbesar hati dan berhenti melakukan penghijauan di lingkungan sekitar. Justru ini menjadi amunisi bagi keluarga besar SDN 1 Labuan Tereng berbuat lebih banyak lagi untuk lingkungan. (bersambung) BAIQ FARIDA

Sumber: Harian Lombok Post: Senin, 22 September 2014

Relokasi Warga Duduk Temui Jalan Buntu

_DSC0280Kasus Pengungsian Warga Duduk

GIRI MENANG-Warga Duduk, Desa Batulayar, Kecamatan Batulayar sepertinya akan lebih lama lagi tinggal di pengungsian. Pasalnya, upaya Pemkab Lombok Barat (Lobar) untuk merelokasi pengungsi dari Duduk, Desa Batulayar, Kecamatan Batulayar masih menemui jalan buntu.

Jumat (19/9) lalu, pemkab menggelar rapat dengan muspida, kecamatan, desa dan pihak banjar untuk menyelesaikan persoalan pengungsi Duduk. Dalam pertemuan itu dikabarkan jika pihak banjar selaku pemenang dalam sengketa lahan seluas 32 hektare yang sebelumnya ditinggali warga Duduk masih enggan memberikan lahan mereka bagi para pengungsi. Sementara warga Duduk tetap bersikeras ingin tinggal di lahan yang sempat disengketakan itu. (lebih…)

1 14 15 16 17 18 53