Umur 10 Tahun, Jadi Wisudawan Termuda Tahfiz Nasional
Giri Menang – Kebanggaan bagi Lombok Barat (Lobar) khususnya dan Nusa Tenggara Barat (NTB) umumnya. Tiga hafiz ciliknya yaitu Fauqol A`la Faizin Ya`kub (10 tahun kelas 4 SD), Nawawi Latifullah (11 tahun, anak yatim, kelas 6 SD) dan Lalu Atwirul Afkar (12 tahun, baru tamat SD) berhasil mengharumkan daerahnya dalam Wisuda Tahfiz Nasional yang diselenggarakan Yayasan Darul Qur`an pusat pimpinan Ust.Yusuf Mansur. Bahkan secara khusus A`la, sapaan Fauqol A`la Faizin Ya`kub, mendapat penghargaan khusus dari Ustaz Yusuf Mansur karena berhasil menjadi wisudawan tahfiz termuda dari 337 wisudawan.
Ustaz Faizin, ayah kandung A`la saat dihubungi Koran ini mengatakan ada 1.200 penghafal Al-Qur`an (hafiz) yang ikut mendaftar dari seluruh Indonesia untuk mencari hafiz yang termuda dan terbaik, namun hanya 337 hafiz yang memenuhi syarat dan Alhamdulillah A`la menjadi yang termuda dan terbaik.
“Ketika diuji di podium oleh syaikh-syaikh dari Syria, Yaman, Mesir dan dari negara-negara Timur Tengah lainnya serta para hafiz internasional, A`la Alhamdulillah yang tanpa salah,” ujar Ustaz Faizin yang juga pendiri dan pemimpin Pondok Pesantren Tahfizul Qur`an Al-Furqon Desa Batukuta Kec. Narmada Kab. Lobar ini.
Dikatakan alumni Universitas Indonesia ini, ketiga santri cilik Al-Furqon ini telah hafal 30 Juz al-Qur`an yang semuanya belum baligh. Nawawi Latifullah adalah anak yatim yang berasal dari Turide Mataram sedang Lalu Atwirul Afkar merupakan cucu dari pemimpin Ponpes Qomarul Huda, Bagu Lombok Tengah, TGH. Turmudzi Badaruddin. Ketiganya diuji 30 juz secara acak.
“Ujian pertama 7 soal, alhamdulillah A`la dan bisa menjawab semua dan Lalu hanya keliru satu,” ujar Ustaz Faizin. ketiganya
Acara wisuda ini dilaksanakan di Istora Senayan Jakarta. “Boleh semua usia ikut, ada yang dokter, tentara, ada yang pernah ikut MTQ dan dari NTB cuma 3 orang yang lulus, masih kecil-kecil,” ujar Ustaz Faizin.
Ditambahkan, penguji pertama yaitu Hafiz Internasional KH. Muhaimin, dia yang menjadi penguji di seleksi pertama.
“Beliau yang menentukan boleh ikut apa tidak, boleh ikut karantina atau tidak,” ujarnya. Penguji selanjutnya yaitu publik yang hadir yaitu puluhan ribu masyarakat, ribuan hafiz dan ratusan ulama-ulama dunia. Tidak hanya, sebelumnya A`la ditemani ayahnya juga mendapat hadiah umrah yang diberikan oleh Ustaz Yusuf Mansur.
Para hafiz terpilih ini telah mengikuti seleksi sejak tangal 1 Juni, dikarantina tanggal 10 Juni dan puncaknya, penilaian dan pemilihan hafiz terbaik tanggal 14 Juni 2015 yang lalu.
Sejak Bayi A`la Dididik Jadi Hafiz
Pahlawan penghafal Al-Qur`an (Hafiz) tidak mensyaratkan harus sudah baligh dan berusia matang, namun bisa jadi mereka adalah insan-insan yang masih muda, remaja, bahkan anak-anak seperti A`la, Nawawi, dan Lalu Afkar .
Sebagai informasi, A`la yang merupakan salah satu siswa SDN 1 Batukuta telah dilatih menghafal Al-Qur`an dari sejak masih menyusu. A`la lahir dari pasangan Ustaz Muh. Faizin, SE. (putra dari Alm. Tuan Guru Haji Ya`kub) dengan Ibu Nurwahidah (seorang murid dari TGH. Safwan Hakim Kediri).
A`la lahir pada tanggal 3 Februari 2004. “Anak saya mulai menghafal Al-Qur’an sejak usia 2,5 tahun, caranya ialah dengan tasmi,` memperdengarkan ayat-ayat Al-Qur`an,” beber Ustaz Faizin. Menariknya, saat masih disusui ibunya, menyusu menjadi hadiah bagi A`la kalau bisa menghafal. “Pada umur 3 tahun anak ini masih disusui oleh ibunya dan hafalannya sudah sampai pada surat Al-Fajr. Bahkan kalau dia minta disusui dia harus menyetorkan hafalannya terlebih dahulu baru dia disusui oleh ibunya,” cerita Ust. Faizin.
Kendala yang dihadapi saat itu dari penghafal cilik ini adalah karena belum bisa membaca Al-Qur`an sehingga distop dulu hafalannya untuk dibimbing membaca. Setelah A`la mampu menghafal 1 juz, dia diajar membaca menggunakan hafalannya tidak memakai Iqro. “Hafalan yang sudah dihafal mulai dari an-Naba’ sampai an-Naas itu dipakai jadi contoh-contoh untuk membacanya sehingga cepat hafalnya,” kata Ust. Faizin. Dan itu terbukti efektif cuma 1 bulan bahkan baru 2 minggu A`la sudah bisa membaca sendiri. “Satu bulan itu sudah lancar sekali membaca surat yang lain selain hafalannya,” ungkap Ust. Faizin rinci.
Metode Al-Furqon
Dalam mengajar A`la, Ustaz Faizin menggunakan metode khusus. Caranya ialah dilepas dulu Qur’an-nya kemudian dituliskan di papan, misalnya Alif dikaitkan dan diambilkan alif seperti yang ada dalam hafalannya seperti Amma dan sebagainya. Dengan cara demikian, diakui alumnus Fakultas Ekonomi UI ini, A`la cepat sekali mengertinya dan itu seperti di luar target belajar biasanya.
“Cara ini kita (saya, red) yang rumuskan sendiri karena kalau memakai Iqro’ akan lama khatamnya. Yang kita latih ini adalah yang punya hafalan sendiri. Setelah bisa membaca baru kita tingkatkan ke juz 29 dari surat Al-Mulk, bahkan urutan suratnya dihafal,” kata Ust. Faizin menceritakan metode kreatif mengajarnya.
Untuk membuktikan hafalan A`la, Ust. Faizin mencoba menguji A`la . “Coba A`la bacakan Surat An-Nisa`,” seru Ust. Faizin yang langsung disambut A`la menghafal surat An Nisa` dengan fasih dan lancar. Juga dengan hanya menyebut halaman, A`la mampu menghafal.
Dan ternyata A`la dikenal oleh tuan-tuan guru sepuh seperti TGH Turmuzi Badaruddin Bagu dan TGH. Safwan Hakim Kediri. “Dia pernah diundang TG Turmuzi kemudian diuji para tuan guru yang hadir di acara tersebut, pernah juga waktu datang menteri kesehatan dia naik ke atas panggung kemudian semua tuan guru yang hadir pegang al-Qur’an kemudian mengujinya,” ungkap Ust Faizin yang sudah sepantasnya bangga dengan A`la.
Do`a yang Terkabul
Saat diwawancarai 2 tahun yang lalu (Mei 2013), Ust. Faizin berdoa dan menargertkan agar sebelum tamat SD A`la mampu menghafal 30 juz dan alhamdulllah terkabul.
“Kita berdo’a kepada Allah mudah-mudahan 2 tahun ke depan dia sudah khatam yang 30 juz itu,” harap Ustaz Faizin saat itu.
Keluarga A`la memang keluarga penghafal Al-Qur`an. Kakeknya TGH. Yakub adalah seorang hafiz Al-Qur`an. A`la juga mempunyai seorang kakak yang namanya Maliqus Shogir Al-Lomboki, yang hafal 30 juz yang mengambil Jurusan Tafsir di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir. Selain itu, ada juga 1 santri tidak mampu namun pintar dibiayai Pondok al-Furqon kuliah di Mesir, dia juga sudah hafal 30 juz namanya Irwan Yuliadi.
Yayasan Al-Furqon
Mengenai Yayasan Al-Furqon sendiri disebutkan Ust. Faizin berdiri tahun 1998. Ustaz Faizin sebelum memutuskan membuka Al-Furqon bekerja sebagai Ajun Akuntan di Kantor Akuntan Brate, koperasi jasa audit NTB, satu-satunya koperasi yang bergerak di bidang audit. Ust. Faizin mengatakan, 150-an jumlah total santri dan hanya ada 35 orang yang mondok setengahnya anak-anak Tuan Guru dan setengahnya anak yatim, sehingga ada subsidi silang. Ada anak Pimpinan Ponpes al-Falah Pancor, anak TGH. Maliki 4 orang, cucu TGH. Turmuzi, cucu TGH. Muharrar, dan lain-lain. Dan uniknya, setelah A`la umrah banyak sekali yang datang untuk memasukkan anaknya, saat ini 25 orang santri yang masih mengantri untuk masuk.
Masalah ngaji, menurutnya, itu nomor 2, yang paling utama adalah kenyamanan mereka belajar. “Ada kelompok murid yang wataknya keras, ada juga anak TK NW Narmada yang belajar di sini sudah hafal 1 juz, ad juga yang wataknya bermain-main caranya, ada yang serius, ada yang senang menyendiri dan semua watak-watak itu kita beri metode pelajaran yang pas dengan watak mereka masing-masing,” ungkap Ustaz yang memilih mengurus ponpes daripada menjadi pejabat bank ini.
Selain Malikus Shagir Al-Lomboki, putra Ust. Faizin lainnya bernama Rijal Ya’qub yang telah hafal 30 juz juga. “Dia saya persiapkan jadi direktur di pondok ini, dia anak saya paling besar. Dia juga dibantu oleh beberapa santri yang mirip wataknya dengan dia. Sampai masalah lobi untuk bantuan di pondok dia yang mengurusnya. Ust. Faizin mengaku belum menerima santriwati karena berprinsip mengurus yang lebih kecil itu jauh lebih bagus hasilnya daripada megurus yang banyak tapi sedikit yang bisa menghafal.
“Kami berpendapat sedikit saja dulu yang kami terima asal jadi sampai kami bisa mengirimkan murid kami untuk belajar ke Mesir, Yaman, Depok dan sebagainya dan mereka mampu bicara sampai tingkat nasional ataupun internasinal,” tutur Ust Faizin sangat masuk akal.
Ust. Faizin pun telah memiliki rencana dan ikhtiar bagi A`la yaitu di SD dia khatamkan Qu’an, SMP dia belajar menafsirkan Qur’an sehingga ketika masuk SMA dia sudah bisa menafsirkan sendiri Al-Qur’an. Diharapkannya, setelah selesai SMA dia tinggal memilih mana yang cocok untuk dirinya. Namun, Ust. Faizin punya keinginan agar A`la bisa masuk Ummul Qurra’ di Arab Saudi. Sekolah tempat Prof. Said Agil Siraj, Ketua Umum PBNU meraih gelar doktornya.
Syarat masuk di sana mutlak 30 juz hafalan. Ummul Qura’ itu, kata Ustaz Faizin, merupakan kampus paling bergengsi di Timur Tengah dan semuanya ditanggung oleh Raja Saudi, tapi syarat masuknya sangat ketat. Dalam 1 angkatan hanya 2 orang dari Indonesia yang diambil, ada 3 orang yang dites, kemudian dididik dan mereka bertiga harus berkompetisi untuk mendapatkan 1 jatah tersebut, sedangkan yang 2 itu cadangan. “Kalau itu bisa dia tembus berarti kematangan bahasa dan hafalannya sudah luar biasa. Cuma kita perlu bekali dengan tauhid yang bagus,” ujar Ust. Faizin berharap. Semoga apa yang menjadi cita-cita A`la dan ayahandanya bisa tercapai. Dan A`la bisa menjadi ikon, bagi anak dan orang tua lain untuk bisa mencontoh bagaimana mendidik anak sehingga menjadi generasi muslim yang berkualitas. (Muhammad Busyairi-Humas Lobar)