Salah satu pendekatan yang kian populer dalam melakukan strategi perubahan perilaku adalah melalui metode NLP atau singkatan dari Neuro-Linguisitic Programming. Secara sederhana, Neuro-Linguistic Programming bisa diartikan sebagai metode untuk mengelola cara berpikir otak kita (neuro language) agar bisa mendorong kinerja kita pada titik yang optimal (excellent performance).

Dengan kata lain, NLP sejatinya merupakan proses pengendalian mindset agar selalu berada pada jalur yang tepat, dan membantu kita menampilkan kinerja yang cemerlang. Di pagi menjelang lebaran ini, kita mau menelisik lebih jauh tentang manfaat NLP to build a better life. Ada sebuah premis dasar yang menarik dari konsep NLP, yakni : seringkali persepsi kita atas sebuah realitas jauh lebih penting dibanding realitas itu sendiri.

Contoh : ada dua orang yang sama – sama mengalami realitas yang serupa yakni, dua-duanya mendapatkan gaji yang pas-pasan saja. Nah, persepsi dua orang atas realitas yang sama itu (yakni fakta bahwa keduanya bergaji kecil) jauh lebih menentukan kinerja dua orang itu, dibanding realitas itu sendiri.

Persepsi orang yang pertama mungkin lebih berwarna positif : oke, gaji saya sekarang memang kecil (dan ndak bakal cukup buat beli rumah). Namun saya melihat ini sebagai tantangan. Saya harus introspeksi : kenapa gaji saya kecil begini. Mungkin saya kurang kreatif memanfaatkan peluang. Mungkin saya harus lebih bisa menghasilkan kinerja yang jauh diatas ekspektasi atasan saya. Kalau begitu, saya harus segera merancang langkah-langkah pengembangan diri, agar lebih inovatif dan responsif dalam menjalankan pekerjaan ini.

Persepsi orang yang kedua mungkin sangat berbeda : sudah lama saya bekerja disini, namun karir dan gaji naiknya ndak seberapa. Manajemen sama sekali ndak peduli dengan nasib karyawannya. Kalau begini terus buat apa saya bekerja keras setengah mampus.

Dari contoh diatas, kita melihat dua persepsi yang amat kontras atas realitas yang sama persis. Dan pengalaman berkali-kali menunjukkan, perbedaaan persepsi tersebut jauh lebih menentukan nasib kedua orang itu dalam jangka panjang (dibanding realitas itu sendiri, yakni fakta keduanya bergaji pas-pasan).

Berangkat dari prinsip “persepsi atas realitas lebih menentukan dibanding realitas”, maka NLP kemudian merancang serangkaian metode agar persepsi kita bisa lebih positif. NLP merancang berbagai metode agar “neuro language” atau “bahasa otak dan mindset” kita bisa menjadi lebih cemerlang. Sebab, begitu bahasa otak dan mindset kita dapat diarahkan pada “jalur yang benar”, maka kinerja dan nasib hidup yang lebih baik hanyalah tinggal menunggu waktu. Pertanyaannya : metode apa saja yang dapat dilakoni agar proses transformasi mindset/persepsi kita bisa berjalan dengan baik dan optimal?

Ada  berbagai metode untuk mengelola “neuro language” kita.

1. Metode yang pertama adalah Visualisasi Pikiran :

Atau cara melakukan visualisasi atas tujuan hidup yang kita harapkan. Dengan teknik visualisasi ini, kita menggiring arah perilaku agar lebih sesuai dengan impian yang ingin direngkuh. Anda punya mimpi melakukan perjalanan keliling dunia? Mungkin langkah pertama yang perlu Anda lakukan adalah sederhana : belilah poster peta dunia, lalu tempelkan peta itu di dinding rumah Anda. Kemudian : seminggu sekali tataplah tajam-tajam gambar peta negara-negara yang ingin Anda kunjungi.

Welcome to the Power of Visualization. Inilah sebuah lelakon yang mencoba melentingkan kekuatan imajinasi positif dalam sekujur raga Anda – demi sebuah proses panjang perwujudan impian-impianmu. Itulah sebuah lelakon yang percaya bahwa ada “law of attraction” dalam semesta jagat raya ini. Mentalitas berpikir positif akan mendorong serangkaian peristiwa positif. Sebaliknya, mentalitas berpikir yang negatif akan melentingkan kita dalam serpihan kehidupan yang kelam dan penuh kesenduan. Kisah tentang ritual membaca peta dunia agar bisa pergi keliling dunia itu terjadi secara nyata. Informasinya saya baca di harian Kompas beberapa bulan silam.

Ada sosok yang bercerita ia telah keliling ke puluhan negara. Ia berkisah salah satu kiat agar ia bisa melakukannya adalah ya itu tadi : ia memasang poster peta dunia yang besar di kamarnya. Lalu, secara berkala ia kemudian memandang gambar negara-negara di peta itu. Ajaibnya, beberapa bulan/tahun kemudian, ia bisa benar-benar berkunjung ke negara itu.

Lalu langkah apa saja yang harus dilakoni agar ritual visualisasi itu berjalan efektif? Berikut tiga langkah krusial yang layak dicatat.

Step 1 : Identify Your Dream. Pertama-tama, kita harus menetapkan sasaran atau impian apa yang dicapai. Ingin punya rumah yang indah? Punya keluarga dan anak-anak yang saleh? Atau mungkin punya usaha resto yang laris?

Step 2 : Visualize dan Feel Your Dream. Disini teknik visualisasi mulai berjalan. Visualisasikan impian yang hendak kita capai itu dalam sekujur benak kita. Makin detil imajinasi visualisasinya, makin bagus. Jika Anda ingin punya rumah yang indah, bayangkan bentuknya seperti apa, berapa luas, tamannya akan seperti apa, lalu warna ruang tidurnya, hingga berapa mobil yang akan berada di garasi rumahmu itu. Visualisasi itu akan terasa lebih nancep jika kemudian sekujur raga kita juga “benar-benar ikut merasakan sensasinya” – seolah-olah impian kita itu benar-benar nyata, real. Rasakan sensasi lantai marmer rumah yang kamu impikan itu. Rasakan senyum kepuasan para pelanggan yang membeli makanan di resto-mu..

Step 3 : Watch and Energize Your Dream. Langkah yang terakhir ya itu tadi : sering-seringlah Anda menatap obyek yang menjadi impianmu itu. Lalu salurkan energi positif dalam tatapan matamu yang tajam itu. Suasana resto KFC yang laris perlu sesekali kita observasi, sambil yakin dalam hati : someday saya akan punya bisnis resto selaris mereka. Dan gambar rumah indah yang ada di majalah-majalah bisa sesekali kita telisik, sembari memberikan energi positif dalam jiwa : Demikianlah tiga langkah sederhana yang bisa membantu mewujudkan impian-impian kita.

2. Metode yang lain adalah Teknik Afirmasi :

Sejenis metode untuk meningkatkan rasa percaya diri akan kemampuan kita dalam mencapai impian yang kita harapkan. Mindset. Belief. Pola pikir. Ini adalah serangkaian elemen yang ternyata begitu krusial dalam menentukan nasib kita dalam bentangan sejarah kehidupan. Mindset yang positif sembari terus terus yakin bahwa masa depan hidup akan lebih cemerlang; mungkin bisa jadi bekal berharga untuk benar-benar merajut lukisan hidup yang cemerlang.

Sebaliknya, mindset yang muram, yang acap mengeluh pada keadaan, yang kadang merasa frustasi dengan situasi yang kian menekan, yang tak jarang jatuh dalam rasa iri dan ketidak-berdayaan; mungkin justru akan benar-benar mendorong kita dalam lorong kelam yang tak berujung. Di pagi yang mendung ini, kita mau menjelajah jagat itu : tentang bagaimana kita bisa menyelinap dalam jalan kecemerlangan, dan bukan terpelanting dalam sejarah hidup yang sarat kesenduan.

Pada akhirnya, semesta ini hanya memantulkan apa yang Anda pikirkan dan rasakan. Ingatlah selalu hukum resonansi dan gaya tarik menarik (law of attraction ) : Anda berprasangka positif akan hidupmu, maka Kekuatan Semesta akan mengirim balik energi positif yang dahsyat itu dalam kehidupan anda yang real. Anda berprasangka negatif akan nasib hidupmu, maka Invisible Hand akan benar-benar mengirim balik rentetan ketidakberuntungan dalam sejarah hidupmu. (Jadi tidak ada yang namanya “luck”, dan tidak pernah ada yang kebetulan di dunia ini. Semuanya telah dan terus dirancang dalam prasangka yang ada dalam mindset Anda. Yang dianggap luck itu murni benar-benar hanya hasil dari pola pikir dan mindset Anda selama ini).

Dilatari oleh bentangan hukum resonansi, saya mau menghadirkan dua teknik praktikal yang mungkin bisa dipraktekkan untuk melukis jalan kecemerlangan.

Teknik # 1 : Self Affirmation. Ini adalah teknik untuk penguatan keyakinan, tentang cara untuk menginjeksikan mindset dan keyakinan positif dalam sekujur ragamu. Tentang repetisi kalimat untuk membuat dirimu sendiri benar-benar yakin bahwa masa depan yang Anda imajinasikan akan menjelma menjadi kenyataan.

Contoh sederhana : jika misalkan Anda punya cita-cita membangun bisnis yang sukses, maka afirmasi itu mungkin bisa berupa kalimat : Insya Allah saya akan menjadi pebisnis sukses dengan profit yang terus tumbuh. Atau contoh lain, jika Anda ingin menjadi sales manager hebat, maka afirmasinya bisa seperti ini : saya yakin suatu saat saya akan menjadi best sales manager di perusahaan ini.

Kalimat-kalimat diatas adalah self affirmation; dan akan lebih ampuh jika diucapkan dalam hati secara periodik (regular self talk ). Rasakan aura kekuatan kalimat itu di waktu senggang Anda : saat sedang menunggu, saat sedang mau tidur, atau saat sedang merenung di pagi hari.

Teknik # 2 : Self Visualization. Ini adalah teknik tentang membayangkan kalimat yang Anda afirmasikan itu dalam gambaran visual yang nyata. Tentang cara melakukan visualisasi atas gambaran hidup yang hendak Anda rancang. Begitulah, kala afirmasi itu adalah impian membangun bisnis yang profitabel, maka visualisasi yang Anda pikirkan bisa berujud seperti ini : tentang produk bisnis Anda yang kian terkenal, cabang bisnis Anda yang ada di 10 kota besar Indonesa, tentang wajah-wajah pelanggan produk Anda yang puas, atau juga tentang gambaran strategi pemasaran yang sukses dan menghasilkan ledakan penjualan.

Jika afirmasinya adalah tentang menjadi best sales manager, maka visualisasi yang muncul dalam pikiran Anda bisa seperti ini : tentang wajah-wajah sales team Anda yang antusias, tentang sales presentation Anda yang amat memukau dan mampu meyakinkan calon klien, atau juga tentang saat-saat Anda dengan bangga menerima Sales Award dari perusahaan tempat Anda bekerja. Visualisasi adalah kombinasi antara imajinasi positif dan juga rencana detil yang berjalan dengan penuh keindahan. Sejumlah penelitian empirik menunjukkan, visualisasi yang detil atas apa yang Anda ingin kerjakan dan raih, memberikan dampak signifikan bagi kinerja real Anda.

Visualisasi positif melatih sel-sel otak kita untuk benar-benar bergerak sesuai dengan harapan yang kita inginkan. Pelan-pelan, proses ini benar-benar akan mendorong raga dan tubuh fisik Anda untuk bergerak persis seperti yang Anda visualkan.

What You Think is What You Get. Teknik self affirmation dan self visualization akan menjadi alat bantu untuk membuat apa yang Anda pikirkan itu benar-benar menjadi kenyataan.

3. Metode yang berikutnya adalah Strengths Focus :

Sebuah metode untuk mengajak kita lebih fokus pada kekuatan yang sudah ada dalam diri kita, alih-alih terlalu banyak menghabiskan waktu untuk berkeluh kesah Mungkin benar ketika sebuah pepatah menyebut : untuk mengubah nasib hidupmu, maka yang pertama-tama harus kamu ubah adalah mindset yang bersembunyi dibalik otakmu. Prinsip dasar dari pendekatan ini adalah : kita akan berhasil menuju ke arah yang lebih baik, jika inisiatif perubahan itu bertumpu pada kekuatan yang telah kita miliki saat ini. Kuncinya adalah ini : focus on your positive strenghts.

Jadi alih-alih menghabiskan energi untuk berfokus pada kekurangan (ingat : competency gap analysis) atau pada problem organisasi, kita justru harus mencari elemen kekuatan yang telah ada pada diri kita, atau elemen positif yang telah hadir inside our organization. Alih-alih menggunakan bahasa “root cause of problem”, kita harus menggunakan frasa “root cause of success” untuk melacak kisah keberhasilan yang pasti sudah pernah ada dalam organisasi kita.

Konkritnya : alih-alih meratapi kelemahan diri Anda terus menerus, mengapa tidak mengingat apa kira-kira kekuatan (strenghts) yang ada dalam diri Anda, atau pengalaman positif yang pernah Anda miliki (pasti dong Anda punya kelebihan atau pengalaman positif). Nah, studi menunjukkan bahwa kinerja individual akan jauh melesat jika kemudian “poin-poin positive” yang sudah ada itu terus diakumulasi, diduplikasi dan terus dimekarkan menuju titik yang optimal.

Dalam konteks organisasi, hal itu juga berlaku. Alih-alih sibuk mendiagnosa problem yang ada dalam organissasi/perusahaan, dan kemudian lelah mengobatinya, maka energi kita justru harus diarahkan untuk menggali “momen-momen positif” atau “fitur kekuatan” yang telah ada dalam organisasi. Lalu ciptakan serangkaian tindakan untuk menduplikasi “momen positif” tersebut, dan terus tumbuhkan fitur kekuatan yang telah ada menuju ke level yang makin maksimal.

Secara ekstrem pendekatan ini mau mengatakan hal seperti ini : forget your weakness/problems, and just focus on your strenghts/positive expectations. Find your positive areas and discover your bright spots. Dan ajaibnya, beragam studi menunjukkan premis semacam itu ternyata telah berhasil mengubah banyak individu dan organisasi melesat menjadi lebih sukses.

Penulis : H. Prasetya Utama, M.Kes., Widyaiswara BKD Kab.Lombok Barat,