GIRI MENANG-Pemkab Lombok Barat (Lobar) melalui dinas kehutanan merasa terbantu dengan Proyek SCBFWM (Strengthening Community Based Forest and Watershed Management) atau Penguatan Pengelolaan Hutan dan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat yang telah berlangsung di wilayahnya selama 4 tahun.

Menurut Kabid Pengembangan Usaha Dinas Kehutanan (Dishut) Lobar, L Saladin, program ini cukup bagus dan berhasil membina kelompok-kelompok masyarakat yang ada di sekitar kawasan hutan. Sejauh ini, produksi makanan olahan yang dihasilkan kelompok masyarakat atau CBO (Commu­nity Based Organization) dengan memanfaatkan hasil hutan bukan kayu (HHBK) sudah jauh mengalami peningkatan, baik dari segi volume maupun higienitas produk.

‘’Empat tahun terakhir hasil proyek ini cukup menggembirakan. Kami selaku pemda setelah proyek ini selesai hanya tinggal melanjutkan yang sudah tercapai,” ujar Saladin kembali.

Berbicara soal DAS (dari aliran sungai) Jangkok yang menjadi wilayah kegiatan SCBFWM, Saladin mengatakan upaya konservasi terhadap wilayah hulu masih tetap ditingkatkan. Meski pemkab bekerja sama dengan SCBFWM sudah bekerja sama melakukan upaya-upaya mendasar dan sekarang tinggal mengamankan pohon atau tumbuhan yang sudah tertanam.

Sebagai tindaklanjut dari pelaksanaan proyek SCBFWM yang akan berakhir 2014 mendatang, Saladin memastikan pihaknya akan mencoba melaksanakan program atau pelatihan dari sisi pengem­bangan usaha CBO. Tahun 2014. anggaran untuk hal itu termasuk pembentukan Pam swadaya masyarakat sudah disiapkan.

“Ada juga dana DAS untuk menunjang SSBFWM. Hanya saja, nanti BPDAS juga harus membantu karena anggaran di kabupaten sangat minim. Keterpaduan lintas sektor dan kementrian sangat diharapkan karena tujuan kita satu bagaimana hutan lestari dan masyarakat sejahtera paparnya.

Terpisah, Regional Fasilitator SCBFWM NTB Ir Lilik Yuliarso mengatakan, proyek SCBFWM berada dibawah naungan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BP­DAS) Dodokan Moyosari, UPT Kementerian Kehutanan pada Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial. SCBFWM NTB merupakan satu dari 6 lokasi pada 6 provinsi yang melaksanakan kegiatan proyek ini.

Selama kurun waktu 4 tahun tersebut lebih dari 25 kelompok tani dan kelompok masyarakat telah mendapatkan bantuan dari SCBFWM. Dengan bantuan dana hibah SCBFWM, kelompok yang mengusulkan bantuan dapat melaksanakan kegiatannya sesuai dengan keinginan yang mereka tuangkan kedalam proposal usulannya. Selain bantuan dana hibah, SCBFWM juga meningkatkan kemampuan seluruh anggota kelompok masyarakat dengan mengadakan pelatihan, workshop, bimbingan teknis serta kegiatan studi banding ke wilayah lain untuk membuka wawasan seluruh anggota kelompok dalam mencapai peningkatan kemampuannya.

Hasil proyek yang telah dapat dinikmati oleh CBO selama proyek SCBFWM ber­langsung antara lain adanya peningkatan penghasilan kelompok. Sebelum adanya SCBFWM mereka hanya mendapatkan omset sekitarRp 3 juta, setelah mendapat­kan dukungan, omset mereka meningkat menjadi Rp 12 juta.

Kelompok yang sebelumnya hanya menjual hasil olahan HHBK di sekitar tempat tinggal mereka di wilayah Kecamatan Narmada dan Lingsar, saat ini dengan dukungan SCBFWM mereka sudah mendapat­kan ijin P-IRT serta label halal dari MUI.

“ Setelah itu didapat, pemasaran kelompok dapat semakin luas dan diterima oleh pasar swalayan di Kota Mataram,” kata Lilik.

Ditambahkan Ketua Kelompok Pade Mele Baru, Desa Sesaot, Narmada, Ida Laeli, dana bantuan SCBFWM yang diterima telah digunakan untuk berbagai kegiatan. Seperti pelatihan di tingkat ke­lompok termasuk melibatkan orang luar seperti para kader desa.

Menurutnya. banyak dampak positif yang dirasakan setelah adanya proyek tersebut.

Mulai dari bertambahnya keterampilan khusus yang dimiliki para anggota serta kawasan hutan yang lebih terjaga.

Sumber: Lombok Post, Senin 30 Desember 2013